www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Emas yang diperkokoh oleh Rubel, Yuan akan memicu de-dolarisasi global

Penulis : Sputnik News | Editor : Admin | Senin, 07 Desember 2015 13:18

Emas yang diperkokoh rubel dan yuan dapat memulai sebuah “efek snowball” catat F. William Engdahl, menambahkan bahwa hal ini akan mengurangi kemampuan Amerika untuk menggunakan peran ativa dolar untuk membiayai peperangan luar negeri Washington.

Ironinya dari situasi ini adalah bahwa bank sentral China, Rusia, Brazil dan negara-negara lain yang “bertentangan” dengan kebijakan-kebijakan luar negeri AS dipaksa untuk menyimpan dolar dalam bentuk hutang “aman” Treasury AS untuk melindungi perekonomian mereka, peneliti Amerika-Jerman, sejarawan dan konsultan resiko strategis, F. William Engdahl menekankan.

Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa peran dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia adalah kelemahan dari negara tersebut, Engdahl menguraikan.

Dalam saat yang sama, dengan membeli utang Treasury AS dalam bentuk dolar adalah mendukung operasi luar negeri militer Washington yang “tak berujung”.

Untungnya, “hal ini diam-diam berubah. Pada tahun 2014, Rusia dan China menandatangani dua kontrak raksasa yang akan berlangsung selama 30 tahun atas gas Rusia ke China. Kontrak tersebut menjelaskan bahwa pertukaran tersebut akan dilakukan dengan mata uang Renminbi (yuan) dan rubel Rusia, tidak dalam dolar. Ini adalah mulainya percepatan proses de-dolarisasi yang sedang berlangsung saat ini,” Engdahl menulis dalam artikelnya untuk New Eastern Outlook.

Peneliti tersebut menunjukkan bahwa pada tanggal 27 November, Bank Sentral Rusia melaporkan bahwa bank tersebut telah menambahkan mata uang Renminbi China menjadi cadangan resmi untuk pertama kalinya.

Selanjutnya, pada bulan Agustus 2015 para pedagang mata uang Russia telah membeli hampir 18 miliar yan dan hanya membeli 3 miliar dolar AS. Ini jelas bahwa Rusia secara bertahap meningkatkan penggunaan yuan di pasar keuangan Rusia.

“Namun tindakan Rusia dan China untuk menggantikan dolar sebagai mata mediasi dalam perdagangan bersama mereka bukanlah langkah akhirnya, sebuah perdagangan di mana volumenya telah tumbuh secara signifikan sejak sanksi-sanksi AS dan Uni Eropa pada bulan 2014,” Engdahl berkomentar.

Menurut Engdahl, ada tanda-tanda jelas yang menunjukkan bahwa emas “akan kembali dalam panggung moneter dunia.”

Dan ini bukanlah berita yang baik bagi Washington.

Sementara diyakini bahwa Federal Reserve AS memegang sekitar 8.133 ton emas, rumor-rumor yang beredar adalah bahwa ini tidak seperti yang terlihat dan “ruang-ruang emas Fort Knox” hampir kosong, Engdahl menceritakan.

Menambahkan lebih banyak minyak ke dalam api yang berkobar adalah keraguan atas statistik emas pejabat AS, sebuah kejadian yang aneh terjadi pada tahun 2012.

“Pada tahun 2012 Pemerintah Jerman meminta Federal Reserve untuk mengembalikan emas yang ‘ditahan’ kepada bank sentral jerman Bundesbank. Mengejutkan dunia, bank sentral AS menolak untuk mengembalikan emas Jerman, menggunakan alasan yang lemah bahwa Federal Reserve ‘tidak bisa membedakan emas batangan Jerman dan AS...’ Mungkin kita dapa percaya bahwa auditor dari Federal Reserve AS emas diberhentikan karena pemotongan anggaran AS?” sang peneliti bertanya.

Engdahl menyatakan bahwa Jerman dianggap sebagai pemegang emas terbesar kedua dengan cadangan emas seberat 3.381 ton.

Sementara itu, Moskow dan Beijing juga meningkatkan kepemilikan emas mereka secara stabil.

Engdahl menekankan bahwa dari bulan Januari 2013 cadangan emas resmi Rusia meningkat sebanyak 129 oersen menjadi 1.352 ton pada tanggal 30 September 2015, menambahkan bahwa selama “tahun-tahun gelap Yeltsin” tahun 1990-an  penyimpanan emas Rusia hanya berisi 343 ton.

“Rusia sekarang memegang emas sebanyak emas yang diperdagangkan di bursa dana emas (ETF),” ia menekankan.

Menurut peniliti tersebut jua bahwa Rusia dan China secara tegas membuka jalan bagi de-dolarisasi perekonomian dunia.

“Pilihan alternatif Rusia-China terhadap dolar dalam bentuk emas yang diperkokoh oleh yuan dan rubel bisa memulai sebuah ‘efek snowbal’ bagi pengurangan penggunaan dolar AS, dan dengan itu, adalah sebuah penurunan drastis atas kemampuan Amerika untuk menggunakan peran cadangan dolar untk membiayai perangnya dengan uang orang lain,” Engdahl menyimpulkan.


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar