Akankah Catur Menjadi Permainian Masa Depan di Eurasia?
AS terpaku dengan sirkus pemilunya yang bernilai milyaran dolar. Uni Eropa lumpuh oleh penghematan, ketakutan akan para pengungsi, dan sekarang para jihad berkeliaran di jalan-jalan Paris. Jadi dunia Barat mungkin dapat dimaafkan jika mereka tidak mendengar kabar tentang impian China.
Setelah bertahun-tahun perluasan ekonominya yang meledak-ledak, baru-baru ini President Xi Jinping meluncurkan Rencana Lima Tahun nya, dan juga dipopulerkan dalam versi video Shisanwu. China juga merencanakan untuk meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto nya sebesar 6,5% per tahun setidaknya sampai tahun 2020.
Negara tersebut juga membenarkan strategi ekonomi nya yang telah diperbarui: dengan strategi yang didasarkan pada produksi barang-barang ekspor menggunakan pekerja berupah rendah dan dengan sebuah kejutan baru, yaitu revolusi industri ketiga versi Cina. Dan sementara kepemimpinan China berfokus pada menciptakan masa depan bagi kelas menengah yang didukung oleh perekonomian konsumen, presiden mengatakan kepada siapa pun yang mau mendengarkan bahwa, meskipun adanya kekhawatiran terhadap pemerintahan Obama dan beberapa negara tetangganya, tidak ada alasan bagi peperangan untuk berada dalam agenda AS dan China.
Mengingat kewaspadaan Washington tentang apa yang disebut-sebut sebagai Beijing diam-diam berupaya untuk memperluas wilayahnya di Laut Cina Selatan, Presiden Xi telah bersikap tegas mengenai masalah baru-baru ini. Baik Beijing maupun Wshington, ia menegaskan, tidak boleh terjebak ke dalam perangkap Thucydides, sebuah keyakinan bahwa meningkatnya daya dan kekuasaan sebuah kekaisaran yang berkuasa di dunia dikutuk untuk berperang dengan satu dan lainnya cepat atau lambat.
Hanya dua bulan yang lalu Presiden Xi mengatakan kepada sekelompok pengusaha besar dalam perekonomian digital di Seattle bahwa, “Perangkap Thucydides itu tidak ada di dunia ini. Namun jika negara-negara besar membuat kesalahan perhitungan strategis, mereka mungkin akan membuat perangkap tersebut untuk diri mereka sendiri.”
Sebuah contoh dapat diambil – dan Xi siap untuk menyampaikannya – bahwa Washington, dari Afghanistan sampai Irak, Libya sampai Suriah telah membuat “kesalahan perhitungan strategis” di abad kedua puluh satu ini, dan mungkin akan melakukannya lagi. Pada akhirnya, dokumen strategi militer AS dan tokoh-tokoh Pentagon telah cukup terbuka menganggap China secara resmi sebagai sebuah “ancaman” (seperti Rusia).
Untuk memahami mengapa Washington mulai berpikir China seperti itu, bagaimanapun juga, Anda perlu memalingkan pandangan Anda terhadap Laut Cina Selatan sejenak, tentang Donald Trump atau Ben Carson, serta pagar betis lainnya dan mempertimbangkan perubah permainan yang sebenarnya, yang menggetarkan seluruh Washington ketika berbicara tentang Permainan Besar Baru di Eurasia.
Bacaan sebelum tidur Presiden Xi Jinping
Kawanan wisatawan China menelpon dengan iPhone mereka dan membeli segala suatu yang terlihat di sebagian besar ibukota negara-negara Barat, memberikan gambaran awal mengenai masa depan Eurasia terkait erat dan berlabuh pada pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh dengan pesat, dipacu oleh revolusi industri ketiga. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, negara tersebut akan memanfaatkan semua konektivitas dan infrastruktur efisien berteknologi tinggi yang digunakan untuk perluasan pusat-pusat penghijauan. Panel-panel tenaga surya di gurun Gobi.
Ya, Xi adalah pembaca dari teori ekonomi dan sosial Jeremy Rifkin, yang pertama disusun dengan adanya kemungkinan dari revolusi industri ketiga yang didukung oleh internet dan sumber energi daur ulang.
Ternyata kepemimpinan China tidak memiliki masalah dengan gagasan untuk memanfaatkan “soft power” Barat yang mutakhir untuk keperluannya sendiri. Bahkan, mereka tampak yakin bahwa semua kemungkinan harus dimanfaatkan ketika mengupayakan kesuksesan bagi negaranya, dan membawa negara lain di Eurasia besertanya.
Sangat membantu karena China memiliki cadangan dana sebesar $4 triliun dalam cadangan mata uang asing dan berkelimpahan dengan baja dan semen. Sumber daya ini memungkinkan China untuk merencanakan “pembangunan negara” pada skala pan-Eurasia. Oleh karena itu, gagasan Xi untuk menciptakan infrastruktur tersebut, pada akhirnya dapat menghubungkan China ke Asia Tengah, Timur Tengah dan Eropa Barat. Ini juga apa yang disebut oleh orang China sebagai “Satu Jalur, Satu Jalan” / “One Belt, One Road”; yaitu persimpangan antara Jalur Perekonomian Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim yang baru.
Sejak Xi mengumumkan kebijakan One Belt, One Road nya di Kazakhstan pada tahun 2013, PricewaterhouseCoopers di Hong Kong memperkirakan bahwa negara tersebut telah mengalokasikan dana lebih dari $250 milyar kepada proyek-proyek yang berorientasikan Jalur Sutra mulai dari jalur-jalur kereta sampai pembangkit listrik. Sementara itu, setiap pelaku usaha besar China berada di peringkat atas, mulai dari produsen raksasa Huawei pada peralatan telekomunikasi sampai e-commerce raksasa Aibaba. Bank China telah memberikan batas kredit sebesar $50 milyar bagi segudang proyek yang terkait dengan Jalur Sutra. Pembuat semen peringkat atas China, Anhui Conch membangun sedikitnya enam pabrik semen raksasa di Indonesia, Vietnam dan Laos. Usaha untuk menyatukan Asia melaju dengan pesat. Sebagai contoh, kontrak kerja pembuatan jalur kereta China-Laos, China-Thailand dan Jakarta-Bandung – senilai lebih dari $20 milyar – akan dirampungkan oleh perusahaan-perusahaan China sebelum tahun 2020.
[...]
- Source : www.unz.com