www.zejournal.mobi
Minggu, 22 Desember 2024

Terungkap: AS hampir meluncurkan senajata nuklirnya selama Krisis Misil Kuba

Penulis : RT | Editor : Admin | Kamis, 29 Oktober 2015 16:51

Selama puncak Krisis Misil Kuba, seorang pilot Angkatan Udara mengatakan bahwa unitnya diperintahkan untuk meluncurkan sebuah serangan nuklir terhadap Uni Soviet. Penggunaan akal sehat dari kaptennya pada saat itu mungkin telah menyelamatkan dunia dari peperangan nuklir global.

Sebuah artikel dalam Bulletin of the Atomic Scientists melukiskan sebuah gambaran dari John Bordne, seorang pilot Angkatan Udara yang ditempatkan di salah satu dari empat situs rudal rahasia AS di Jepang selama puncak Krisis Misil Kuba. Sementara Angkatan Udara AS belum memverifikasikan klaim-kalim tersebut, pengakuan Bordne adalah bahwa di pagi hari pada tanggal 28 Oktober 1962, unitnya dari 32 Mace B rudal-rudal jelajah menerima perintah-perintah peluncuran misterius.

Setiap rudal jelajah Mace B memiliki muatan besar 70 kali lebih kuat dari pada bom atom yang meledakkan Hiroshima dan Nagasaki. Dalam rentang jarak serangan ada beberapa ibukota negara komunis: Hanoi, Vietnam; Beijing, China; dan Pyongyang, Korea Utara serta fasilitas-fasilitas militer Soviet di Vladivostok.

Bordne mengatakan bahwa beberapa jam sebelum pergerakan unitnya mulai, komandan dari Pusat Operasi Misil di Okinawa memulai transmisi radio rutinnya ke situs-situs rudal, memberikan serangkaian-serangkaian kode yang biasanya tidak sesuai dengan kode yang dimiliki oleh para kru. Namun kali ini berbeda: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kodenya cocok.

Nasib seluruh dunia tergantung pada keseimbangan ketika seorang kapten Angkatan Udara William Bassett mendapatkan izin untuk membuka kantongnya untuk melihat apakah serangkaian kodenya cocok. Dan ternyata cocok. Ini memberikannya otoritas untuk membuka amplop yang berisikan instruksi peluncuran rudal terhadap sasaran-sasaran, namun sang kapten menolak untuk menuruti perintah peluncuran serangan nuklir tersebut.

Bassett kemudian melihat bahwa tiga dari empat targetnya yang dijelaskan di dalam amplop tidak terletak di Uni Soviet. Ini adalah sebuah fakta yang dikuatkan melalui korespondensi telepon dengan seorang perwira di situs yang berbeda. Memang, fakta bahwa mereka hanya pada status siaga DEFCON 2 menambah ketidakpercayaan atas perintah tersebut: Jika mereka memang seharusnya meluncurkan rudal-rudal nuklir dan memulai Perang Dunia III, seharusnya mereka dalam status siaga DEFCON 1, tingkat kewaspadaan maximum yang memungkinkan serangan seperti itu terjadi.

Para kru dengan jari-jari mereka berada di atas tombol telah siap untuk meluncurkan rudal-rudal nuklir AS, namun Bassett menghentikan mereka, seperti yang Bordne ingat, dan memerintahkan dua penerbang bersenjata untuk “menembak para kru jika ia mencoba untuk meluncurkan tanpa adanya otorisasi lisan dari ‘perwira senior di lapangan’ atau peningkatan status siaga ke DEFCON 1 oleh Pusat Operasi Rudal.”

“Jika ini adalah sebuah kesalahan dan kita tidak meluncurkan, kita tidak akan mendapatkan pengakuan, dan anggap ini tidak pernah terjadi,” kenang Bordne tentang apa yang dikatakan sang kapten.

Dan memang, kegagalan tersebut adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang hanya beberapa jengkal dari peperangan nuklir.

“Tak satu pun dari kita akan membahas apa yang terjadi malam ini di sini, dan saya bermaksud semuanya. Tidak ada diskusi di barak, di sebuah bar atau bahkan di sini di tempat peluncuran. Anda tidak boleh menulis tentang ini ke rumah. Apakah sudah sangat jelas?” dilaporkan bahwa Bassett mengatakan kepada para perwira setelah krisis tersebut berlalu.

Bassett meninggal pada tahun 2011, dan selama hidupnya, kru nya setia pada perintahnya, dan masyarakat tidak mengetahuinya sampai sekarang.

Tapi bahkan mereka yang ditempatkan di pangkalan-pangkalan rahasia di Okinawa dapat mengetahui bahwa Uni Soviet saat itu sedang menghadapi potensi Perang Dunia III.

Pada tanggal 27 Oktober 1962, hanya sehari sebelum Bordne mengalami situasi tegang tersebut, seorang petugas Angkatan Laut Soviet, Vasili Arkhipov juga menyelamatkan dunia dari kehancuran di tengah-tengah momen Perang Dingin yang paling menegangkan. Ia adalah orang kedua dari yang memegang kendali di dalam kapal selam B-59 ketika kapal-kapal perang Amerika mulai menjatuhkan ledakan-ledakan di kedalaman lautan tepat diatasnya, mencoba untuk memaksa kapal selam Soviet tersebut untuk ke permukaan.

Sang kapten kapal selam mengasumsikan bahwa Amerika berusaha untuk menghancurkan kapal selam bersenjatakan nuklirnya dan bahwa peperangan besar telah dimulai. Ia memerintahkan agar sepuluh kiloton nuklir torpedo B-59 dipersiapkan untuk ditembakkan sebuah kapal induk musuh yang memimpin gugus tugas Amerika dekat Kuba. Peluncuran torpedo B-59 ini membutuhkan otorisasi dari ketiga perwira senior di dalam kapal selam tersebut, dan hanya Akhipov yang menolak untuk memberikan otoritas tersebut. Akal sehatnya, seperti Bassett mungkin telah menyelamatkan spesies manusia.

Bulletin of the Atomic Scientists tersebut, yang terkenal dengan jam Kiamatnya, kini menyerukan agar Angkatan Udara AS merilis rincian dari kejadian yang mengerikan di Okinawa. Organisasi-organisasi lain telah berusaha untuk mengungkap informasi ini melalui permintaannya kepada Freedom of Information Act, namun Bulletin mencatat bahwa permintaan ini dapat memakan waktu beberapa tahun dan jika permintaan tersebut berhasil.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar