www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Arab Saudi bisa menjadi bangkrut pada tahun 2020

Penulis : RT | Editor : Admin | Senin, 26 Oktober 2015 07:29

Arab Saudi, negara yang memiliki perekonomian terbesar di Timur Tengah mungkin akan kehabisan aset keuangannya dalam lima tahun ke depan jika pemerintah tersebut tetap mempertahankan kebijakan-kebijakannya, Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF) memperingatkan.

Arab Saudi diperkirakan akan mengalami defisit pada anggarannya dari 21,6 persen pada tahun 2015 dan 19,4 persen pada tahun 2016, menurut pandangan ekonomi regional terbaru IMF.

Negara tersebut perlu menyesuaikan perbelanjaannya, desak IMF.

IMF menguraikan dua faktor kunci yang membentuk pandangannya di kawasan tersebut. Faktor-faktor tersebut menyebar dan memperdalam konflik regional dan harga minyak yang merosot.

Konflik tersebut telah melahirkan sejumlah besar pengungsi dan orang-orang yang pindah, pada skala yang sebelumnya belum pernah terjadi sejak tahun 1990-an, menurut laporan tersebut.

“Mencapai kesinambungan fiskal dalam jangka menengah akan sangat menantang mengingat sebuah kebutuhan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi lebih dari 10 juta orang pada tahun 2020 di negara-negara pengekspor minyak itu,” Direktur IMF Timur Tengah dan Asia Tengah, Masood Ahmed mengatakan kepada para wartawan setelah pembukaan laporan tersebut di Dubai.

Menurut penelitian tersebut, banyak ahli menyarankan bahwa harga minyak yang rendah akan menetap untuk masa mendatang.

“Bagi para eksportir minyak di kawasan tersebut, penurunan harga telah menyebabkan penurunan besar pada pendapatan, penurunan sebesar $360.000.000 hanya untuk tahun ini saja, dan angka ini sangatlah mengejutkan,” kata Masood Ahmed.

Para anggota OPEC: Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, UEA, Aljazair dan Libya semua telah mengalami penurunan pendapatan yang tajam sebagai akibat dari penurunan harga minyak.

Arab Saudi saat ini sedang menghadapi defisit anggaran untuk pertama kalinya sejak 2009. Penurunan harga minyak mentah ini telah sangat mempengaruhi perekonomian kerajaan tersebut sejak akun penjualan minyak turun 20 persen dari pendapatan. Hal ini telah mendorong pemerintahan untuk memotong pengeluarang, menunda proyek-proyek dan menjual obligasi.

Aset asing bersih negara itu turun sekitar $82 miliar dari Januari hingga Agustus. Pemerintah Arab Saudi telah menjual obligasi negara senilai $15 miliar tahun ini.

“Ada sejumlah proposal belanja tahun ini yang telah datang, dan inisiatif tersebut telah ditambahkan ke dalam kebutuhan perbelanjaan negara,” kata Masood Ahmed.

Defisit anggaran tersebut menyebabkan pemberhentian proyek-proyek di Arab Saudi. Perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam infrastruktur negara belum dibayar selama enam bulan atau lebih. Penundaan pembayaran telah meningkat akhir-akhir ini karena pemerintah ingin mengurangi harga kontraknya dalam rangka melindungi uang tunai.

Meskipun adanya banding terus-menerus untuk mengurangi pengeluaran dan mendukung harga minyak mentah, OPEC telah menolak untuk melakukannya sementara juga ingin mempertahankan pangsa pasarnya. Namun, bulan lalu OPEC mengisyaratkan kemungkinan dalam perubahan sikap, mengatakan bahwa mereka mungkin untuk memangkas produksi dan siap untuk berbicara dengan produsen lainnya (yang bukan produsen OPEC). Namun para ahli mengatakan bahwa pernyataan OPEC tidaklah penting tanpa perubahan kebijakan oleh produsen minyak mentah terbesar, Arab Saudi.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar