Cabang Al-Qaeda di Suriah mendesak serangan lebih lanjut terhadap posisi Alawite Presiden Assad
Disaat pasukan Suriah dibantu oleh kekuatan udara Rusia untuk memerangi para teroris di Suriah, Front Al-Nusra telah meminta para pemberontak untuk “meningkatkan skala pertempuran” dan menghantam benteng-benteng dari sekte Alawite yang dimiliki oleh Presiden Bashar Assad.
Dalam sebuah pesan audio, pemimpin Front Al-Nusra, Abu Mohammad al-Golani mendesak “semua fraksi” untuk menyerang sekte Alawite, kelompok Syiah dari Presiden Suriah Bashar Assad sebagai pembalasan atas keberhasilan tentara Suriah dalam memerangi para pemberontak Sunni Muslim.
“Tidak ada pilihan selain untuk meningkatkan pertempuran untuk menargetkan kota-kota dan desa-desa di Latakia dan saya memanggil semua fraksi untuk... menghantam mereka di setiap harinya dengan ratusan misil seperti yang mereka lakukan terhadap kota-kota dan desa-desa Sunni,” kata Golani dalam pesan yang diposting di YouTube, menurut Reuters.
“Serangan baru Rusia adalah panah terakhir dari persenjataan musuh-musuh umat Muslim dan musuh-musuh Suriah,” kata Golani.
Al-Nusra, yang bersumpah setia kepada Al-Qaeda dua tahun lalu adalah salah satu kekuatan yang paling aktif dan kuat untuk memerangi pemerintah Suriah. Sebelum keterlibatan angkatan udara Rusia pada tanggal 30 September, kelompok tersebut telah merebut beberapa kota strategis di provinsi Idlib, di samping sejumlah tempat lainnya di seluruh negara yang sedang dilanda peperangan.
Sementara Angkatan Udara Rusia melakukan 55 serangan di empat provinsi Suriah, menghancurkan pos-pos komando dan kamp-kamp pelatihan para ekstrimis ini, angkatan bersenjata Suriah melakukan operasi militer besar-besaran terhadap kelompok-kelompok teroris di seluruh negeri.
Disasat pihak militer tersebut menargetkan posisi-posisi dan infrastruktur ISIS, Syrian Arab News Agency (SANA) melaporkan bahwa target-target Al-Nusra terkena pada sejumlah kesempatan.
Di desa Al-Mastumah di bagian utara provinsi Idlib, tentara Suriah setidaknya menewaskan 31 pejuang teroris sementara menghancurkan salah satu “sarang” yang digunakan oleh kelompok tersebut. Sebuah serangan udara menghancurkan instalasi-instalasi ISIS yang digunakan sebagai titik transfer bagi para militan yang datang ke Suriah dari negara lain.
Sementara itu, Komando Jenderal pasukan Suriah mengumumkan bahwa tentaranya telah mengendalikan Zona Bebas di Aleppo dan 13 kota dan desa serta daerah yang mencakup Hama dan provinsi Latakia.
Pada hari sening, pasukan AS yang sedang melakukan kampanye mereka sendiri di Suriah dilaporkan menerjunkan persenjataan kecil, amunisi dan perlengkapan lainnya bagi kelompok pemberontak moderat Suriah yang sama, yang telah dipersenjatai selama bertahun-tahun, menurut Reuters.
Bulan lalu AS mengakui bahwa para pemberontak “moderat” Suriah memberikan beberapa peralatan mereka ke Front Al-Nusra yang bekerja sama dengan ISIS dan para pemberontak jihadis, dan terkadang kelompok Tentara Kebebasan Suriah yang melawan pasukan pemerintah Suriah.
Amerika Serikat secara resmi menunjuk Front Al-Nusra sebagai organisasi teroris pada bulan Desember 2012. Rusia juga mengikuti petunjuk tersebut dua tahun kemudian, dan mengidentifikasikan kelompok jihad tersebut sebagai kelompok teroris.
Sejak Rusia memulai operasi anti-terror nya di Suriah, Moskow telah dituduh utnuk “berkomplot dan mendukung” rezim Assad.
Gedung Putih menyebut serangan udara Rusia sebagai “operasi-operasi militer tanpa pandang bulu terhadap oposisi Suriah,” dan juga menambahkan bahwa kampanye tersebut akan memperpanjang konflik Suriah. Moskow telah menawarkan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Washington untuk mencegah kesalahpahaman mengenai operasi-operasi serangan udara, dan juga untuk membahas cara-cara untuk menghindari konflik antara pesawat tempur AS dan Rusia di atas Suriah.
Rusia telah berulang kali menekankan bahwa operasi tersebut ditujukan untuk “menstabilkan otoritas yang sah di negara ini dan menciptakan kondisi untuk dapat melakukan kompromi secara politik.”
Berbicara kepada media Rusia, Presiden Vladimir Putin mengesampingkan kemungkinan bahwa Moskow akan mengirim pasukan untuk berperang di daratan Suriah.
“Apapun yang terjadi, kami tidak akan melakukan (operasi di daratan) ini dan teman-teman Suriah kami sangat menyadari hal itu,” kata Presiden Vladimir Putin dapam sebuah wawancara dengan seorang anchor TV Rusia, Vladimir Solovyov pada hari Minggu.
- Source : www.rt.com