www.zejournal.mobi
Minggu, 22 Desember 2024

Kebenaran dan Kebohongan – Menelaah Pidato Obama di Pertemuan PBB

Penulis : F. William Engdahl | Editor : Admin | Kamis, 08 Oktober 2015 13:14

Bagi mereka yang peduli mendengarkan pidato Obama dalam Pertemuan Majelis Umum PBB tanpa tertidur seperti yang diinginkan oleh Sekretaris John Kerry, ada sebuah kontras yang membedakan yang dlanjutkan oleh Presiden Rusia. Pertama, sebelum Barack Obama menyelesaikan kalimat pertamanya kita bisa merasakan emosinya. Hal tersebut menunjukkan rasa jijik dan arogansi: “Kami memiliki militer terbesar dan terhebat; Kami yang menentukan, Anda pion-pion dari bangsa-bangsa dunia.”

Membaca teks resmi Obama, tak ada satupun kalimat di mana ia berbicara dengan jujur. Ini adalah bukanlah contoh dari propaganda abu-abu, melainkan propaganda hitam. Saya mengutip beberapa contoh yang paling mengerikan.

Berdekatan dengan mulainya setelah penghormatan khidmat untuk sejarah PBB selama 70 tahun, Obama mengatakan, “Amerika serikat telah bekerjasama dengan banyak negara di Majelis ini untuk mencegah terjadinya perang dunia ketiga – dengan membuat aliansi dengan musuh-musuh lama; dengan mendukung munculnya demkrasi yang kuat dan bertanggung jawab kepada para rakyatnya, bukan kepada kekuatan asing.

Saya merasa tertantang untuk memikirkan satu contoh demokrasi yang kuat dan bertanggung jawab kepada rakyatnya yang telah didukung oleh intervensi AS dari tahun-tahun terakhir. Sebaliknya, catatan sebenarnya menunjukkan sejak AS ikut campur tangan, Afghanistan hancur di tahun 2001 dan kemudian Irak pada tahun 2003. Kemudian kita telah melihat peluncuran LSM dan memperkeruh Revolusi Arab (Arab Spring) yang dikendalikan oleh sosial media di bawah bendera palsu untuk mendirikan demokrasi. Kemudian Washington melanjutkan ke penghancuran Libya Qaddafi, negara paling stabil dan damai di Afrika. Dan pada tahun 2013 atas arahan AS kudeta Maidan dikerahkan untuk menempatkan pemberontak neo-nazi untuk mengacaukan Rusia. Setiap intervensi AS secara rahasia maupun tidak telah membawa dunia lebih dekat kepada Perang Dunia lll. Langkah terbaru kearah sana adalah desakan AS untuk menempatkan bom nuklir yang paling maju di daratan Jerman dan mengacaukan status quo saat ini antara NATO dan Rusia.

Lebih lanjut dalam pidato Obama, setelah kata-kata yang terdengar baik tentang prinsip-prinsip yang indah dari hak-hak khusus PBB, “usaha bersama”dan “kerjasama diplomatik antara negara-negara besar di dunia”, ia menyisipkan kata-kata yang tidak ada hubungannya dan aneh: “Saya memimpin militer terkuat yang pernah ada; dan saya tidak akan pernah ragu untuk melindungi negara saya dan sekutu-sekutu kami, secara sepihak dan dengan paksa jika perlu.” Semacam versi cover modern dari lagu Jim Croce tahun 1970-an yang mungkin bisa diberikan judul, “Anda tidak bisa bermain-main dengan Barack...” Hak-hak khusus PBB menjadi percuma. Ini adalah sebuah kepalan tinju di dalam sarung tangan beludru yang terlalu sering digunakan dekade terakhir ini adalah substansi kebijakan politik dan militer asing.

Kemudian Bapak Presiden tersebut melanjutkan dengan berbicara mengenai para diktator dan tiran. Mencoba untuk menangkis tuduha bahwa AS menciptakan perubahan rezim melalui LSM, Barack Obama menyatakan. “Bukanlah konspirasi LSM yang didukung oleh AS yang menunjukkan korupsi dan meningkatkan harapan orang di seluruh dunia, melainkan teknologi, sosial media...” Kenyataannya adalah LSM-LSM inilah yang didukung AS seperti yang diketahui oleh kebanyakan hadirin PBB dari pengalaman pribadinya dengan LSM-LSM yang didanai oleh Kongres AS seperti National Endowment for Democracy, Freedom House dan Soros Open Society Foundations. Justru dari perubahan rezim Washington ini lah yang dilakukan oleh “LSM-LSM yang didukung oleh AS mengekspos korupsi”, melalui “demokrasi dan hak asasi manusia yang dipersenjatai” menumbangkan rezim-rezim sah yang menolak untuk tunduk pada agenda-agenda Washington, dari Brazil sampai Suriah. Pengungkapan baru-baru ini oleh Snowden dan lainnya mengungkapkan justru media-media sosial yang berbasis di AS seperti Facebook, Twitter dan lain-lain terkait dengan atau bekerjasama dengan CIA, NSA, Departemen Luar Negeri dan memfasilitasi perubahan rezim LSM.

Kini mengenai kebohongan yang besar. Presiden Amerika Serikat menyatakan, “Tidak peduli seebrapa kuat ekonomi kami, kami memahami bahwa Amerika Serikat tidak dapat memecahkan masalah-masalah di dunia sendiri. Di Irak, Amerika Serikat belajar pelajaran keras yang bahkan ratusan ribu pasukan efektif yang berani, triliunan dolar dari perbendaharaan kami tidak bisa dengan sendirinya memaksakan stabilitas di negeri asing.”

Dengan hormat Bapak Presiden, jika Anda belajar pelajaran keras setelah membuang-buang “triliunan dolar”, bukanlah dari perbendaharaan Anda, melainkan dari para warga AS yang membayar pajaknya dan Cina serta negara-negara lainnya yang berinvestasi dalam obligasi perbendaharaan AS Anda, untuk membiayai sebuah bencana yang disebut Perang Irak, mengapa sekarang Anda berada di Suriah? Untuk apa sekarang Anda melatih militer Ukraina? Mengapa Anda ikut campur di seluruh dunia dan mengacaukan semua orang? Mengapa Anda membangun pangkalan militer di seluruh dunia di mana Anda dapat menancapkan bendera Amerika? Anda bahkan mengakui bahwa itu adalah sebuah kegagalan yang menyeluruh. Ada simpang-siur kenyataan di Washington hari ini.

Akhirnya Presiden AS sampai pada titik nyata ketidakpuasannya saat ini: Rusia. “Pertimbangkan aneksasi Rusia di Krimea dan agresi lebih lanjut di Ukraina Timur. Amerika memiliki beberapa kepentingan ekonomi di Ukraina... kita tidak bisa berdiri ketika kedaulatan dan integritas wilayah bangsa dilanggar secara terang-terangan. Jika itu terjadi tanpa adanya konsekuensi di Ukraina, hal tersebut dapat terjadi pada setiap negara yang berkumpul di sini hari ini. Itulah dasar dari sanksi-sanksi yang kami dan rekan-rekan kami kenakan terhadap Rusia.” Pernyataan ini dengan terampil mengabaikan kenyataan dari peristiwa yang terjadi di Ukraina dari tahun 2013-2014.

Ini adalah masalah catatan yang dapat didokumentasikan bahwa sebenarnya Color Revolution yang didukung oleh Washington lah yang meluncurkan protes di Maidan Square pada bulan November 2013 untuk melawan pemerintahan Presiden Viktor Yanukovych yang sah dan terpilih namun korup. Hal itu dipicu oleh LSM-LSM George Soros dan lainnya yang didukung oleh AS dalam beberapa detik setelah tweet dari Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk yang juga didukung oleh AS, menyerukan protes-protes “euromaidan” terhadap keputusan yang sah dari kabinet Yanukovych untuk menerima tawaran Rusia untuk bergabung dalam Uni Ekonomi Eurasia yang menarik secara ekonomi, menerima pengurangan biaya gas Rusia sebanyak 30% dan tawaran untuk membeli utang negara Ukraina sebesar $15 miliar.

Victoria “Persetan Uni Eropa” Nuland lah (yang mengatakan bahwa Washington saat  ini telah melupakan seni diplomasi?) yang bersama-sama dengan Wakil Presiden Joe Biden dan Duta Besar AS di Kiev, Jeffrey Pyatt serta agen-agen CIA yang telah membuat apa yang disebut “kudeta paling mencolok dalam sejarah” oleh CEO Stratfor George Friedman pada bulan Februari 2014. Sejak saat itu Washington telah memilih menteri-menteri pemerintahan Ukraina, bahkan menempatkan seorang warga negara AS, seorang veteran departemen AS sebagai Menteri Keuangan, dan menunjuk putra dari Wakil Presiden Biden sebagai dewan perusahaan gas negara Ukraina dan kepentingan AS lainnya.

Penipuan Suriah

Akhirnya Barack Obama datang langsung ke Suriah, isu bahwa diplomasi Rusia baru-baru ini terkena pengawasan dunia. Presiden Obama menyatakan, “tidak ada tempat lain selain di Suriah di mana komitmen kami untuk tatanan internasional lebih diuji. Ketika seorang diktator menyembelih puluhan ribu rakyatnya sendiri, ini bukan hanya urusan internal suatu bangsa – ini menciptakan penderitaan manusia dalam skala besar yang mempengaruhi kita semua.”

Pertama-tama, belum pernah dikonfirmasikan bahwa Assad telah menewaskan “puluhan ribu” warga Suriah. Kedua, ini adalah cara licik untuk membenarkan sebuah ide yang berbahaya, “Responsibility to Protect” (RTP) yang digunakan oleh Washington di Libya pada tahun 2011 untuk menghancurkan negara tersebut. RTP adalah sebuah pelanggaran langsung terhadap piagam PBB. “Koalisi” pemboman Washington yang dilaporkan telah mengenai ISIS juga melanggar hak-hak khusus PBB, di mana membom sebuah negara berdaulat tanpa adanya undangan resmi dari pemerintah mereka sebagai syarat yang diperlukan dalam piagam Washington yang disusun pada tahun 1944 di Dumbarton Oaks.

Oposisi Moderat Suriah?

Permainan pertama Washington adalah untuk menggulingkan Assad, pada saat yang sama mengklaim ingin menghancurkan ISIS. Posisi Rusia sangatlah jelas: Satu-satunya kekuatan terorganisir di Suriah saat ini yang mampu menghancurkan teroris Salafi, semua teroris Salafi adalah pemerintah Bashar al Assad dan Tentara Nasional dan Intelijen Suriah yang tetap setia kepadanya.

Pidato Obama tersebut menyerukan agar mendukung oposisi “moderat”. Namun sejak April 2013, ketika ISIS masih dipanggil dengan Al-Qaeda di Irak dan Suriah dan sekarang dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri dari Mesir, seorang letnan almarhum Osama bin Laden yang dilatih oleh AS. New York Times mengutip sejumlah pejabat AS, mencatat bahwa hampir semua pejuang pemberontak di Suriah adalah para teroris Islam garis keras. Tidak ada oposisi “moderat” yang berjuang saat ini. Yang disebut sebagai Tentara Kebebasan Suriah “moderat” juga telah menandatangani perjanjian non-agresi dengan ISIS sejak tahun 2014.

Pada tanggal 16 September 2015, hampir dua minggu setelah pidato Obama di PBB, Jenderal Lloyd Austin III, pemimpin “peperangan melawan ISIS” AS selama sidang Senat Komite Angkatan Bersenjata di Suriah, mengakui bahwa program militer tersebut bermaksud untuk menghasilkan 5.400 pejuang yang terlatih dan selama ini hanya menghasilkan “empat atau lima” yang masih tetap bertahan di darat dan aktif dalam pertempuran. Sisanya telah bergabung dengan ISIS atau Front Al Nusra dari Al-Qaeda, “oposisi moderat” dukungan AS untuk melawan ISIS. Pada sidang Senat yang sama, Christine Wormuth Wakil dari Pentagon yang bertanggung jawab atas peperangan Suriah mengkonfirmasikan pernyataan Rusia baru-baru ini, mencatat bahwa militer Assad “masih memiliki kekuatan besar” dan menambahkan bahwa “militer tersebut masih yang terkuat di darat. Dan penilaian saat ini adalah rezim Assad tidak dalam bahaya.”

Ada sebuah lelucon Rusia saat ini yang berkelakar di Moskow. Presiden Putin tiba kembali di Kremlin setelah pertemuan September di New York dengan Presiden Obama mengenai Suriah dan topik lainnya. Seorang ajudan yang dipercaya bertanya bagaimana hasil dari pembicaraan dengan Obama. Putin mengatakan kepada ajudannya bahwa, untuk mengurangi ketegangan dan menenangkan saraf sebelum beralih ke topik berbahaya seperti peperangan di Suriah dan Ukraina, Presiden Rusia tersebut mengusulkan untuk pertama-tama agar mereka duduk untuk bermain satu permainan catur. Putin mengatakan kepada ajudannya seperti apa bermain catur dengan Obama. “Seperti bermain dengan seekor merpati. Pertama menjatuhkan semua pion-pion, kemudian mengotori papan catur dengan kotorannya dan akhirnya berjalan-jalan dengan sombongnya seolah-olah ia telah menang.”


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar