Kekerasan daripada demokrasi: Putin mengecam 'kebijakan eksepsionalisme dan impunitas' dalam pidatonya di pertemuan PBB
Politik ekspor yang disebut ‘revolusi yang demokratis’ berlanjut, namun telah menyebabkan kemiskinan dan kekerasan daripada kemenangan demokrasi, Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara kepada Majelis Umum PBB.
Upaya untuk mendorong perubahan di negara lain berdasarkan preferensi ideologis telah menyebabkan “konsekuensi yang tragis dan terjadinya degradasi daripada kemajuan.” Kata Putin dalam pidatonya kepada para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan yang berkumpul di sesi ke-70 ulang tahun Majelis Umum PBB di New York pada hari Senin.
“Kita semua harus ingat apa yang diajarkan oleh masa lalu kita,” kata Putin. “Kami, misalnya mengingat contoh-contoh dari sejarah Uni Soviet.”
Namun tampaknya beberapa orang tidak belajar dari kesalahan orang lain, tapi terus mengulanginya, katanya dan menambahkan bahwa “ekspor yang disebut revolusi demokratis terus berlanjut”.
“Saya tidak bisa tidak menanyakan mereka yang menyebabkan situasi ini: Apakah Anda menyadari sekarang apa yang telah Anda lakukan?” tanya Putin. “Tapi saya takut pertanyaan ini hanya menggantung, karena kebijakan-kebijakan yang berdasarkan kepercayaan diri dan keyakinan sesorang akan eksepsionalisme dan impunitas tidak pernah ditinggalkan.”
Ia memberi contoh revolusi-revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara, dimana orang-orang berharap adanya perubahan. Namun, bukannya reformasi dan kemenangan demokrasi dan kemajuan “kita melihat adanya kekerasan, kemiskinan dan bencana sosial, dan hak-hak manusia termasuk hak untuk hidup yang tidak ada artinya”.
“Daripada membicarakan tentang reformasi, campur tangan asing yang agresif telah mengakibatkan kehancuran yang memalukan pada badan-badan nasional dan gaya hidup itu sendiri,” katanya.
Sebuah pusat tunggal kekuasaan muncul di dunia setelah era Perang Dingin berakhir, Putin menyatakan. Mereka yang berada di “puncak piramida ini” tergoda untuk berpikir bahwa “jika mereka begitu kuat dan luar biasa, mereka tahu apa yang harus dilakukan lebih baik daripada orang lain.”
“Oleh karena itu mereka tidak harus memperhitungkan PBB, yang mana secara otomatis mengotorisasikan, melegitimasikan keputusan-keputusan yang sering kali menimbulkan hambatan.”
Rusia percaya bahwa upaya-upaya untuk merusak otoritas dan legitimasi PBB yang “sangat berbahaya” dapat menyebabkan runtuhnya seluruh sistem hubungan internasional, kata Presiden Rusia. Berbicara kepada para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan yang sedang berkumpul dihadapannya, ia mendesak untuk terciptanya persatuan dalam pengembangan lebih lanjut dari PBB.
‘Berhentilah bermain-main dengan para teroris, bergabunglah dibawah PBB untuk melawan ISIS’
Kekosongan kekuasaan di Timur Tengah atau wilayah Afrika Utara telah menyebabkan munculnya daerah-daerah tanpa hukum yang segera diisi oleh para ekstrimis dan teroris, kata Putin.
Para militan Negara Islam (ISIS), yang memperoleh pijakan di Irak dan Suriah sekarang berusaha untuk mendominasi seluruh dunia Islam, katanya.
“Jajaran ISIS ini termasuk para mantan prajurit Irak yang dicampakkan setelah invasi ke Irak pada tahun 2003. Banyak orang-orang yang direkrut juga berasal dari Libya – sebuah negara yang kenegaraannya telah hancur sebagai akibat dari pelanggaran berat resolusi PBB 1973.”
Beberapa ekstrimis telah membelot dari ‘moderat’ perlawanan di Suriah, yang juga didukung oleh beberapa negara Barat, tegasnya.
“Pertama-tama, mereka bersenjata dan terlatih dan kemudian membelot ke organisasi teroris yang disebut ISIS. Selain itu, ISIS tidak muncul dengan sendirinya. ISIS juga awalnya ditempa sebagai alat untuk melawan rezim sekuler yang tidak diinginkan,” jelasnya.
Ia menggambarkannya sebagai “kemunafikkan dan tidak bertanggung jawab” untuk menutup mata pada saluran-saluran melalui mana para teroris dibiayai sementara membuat sebuah deklarasi tentang ancaman mereka ke seluruh dunia.
“Kami percaya bahwa setiap upaya untuk bermain-main dengan para teroris, lupakan mempersenjatakan mereka, tidak hanya terbutakan tapi ini juga sangat berbahaya. Ini dapat mengakibatkan meningkatnya ancaman teroris global secara dramatis dan melanda wilayah-wilayah baru di dunia.” Ia berkata.
ISIS melatih para militan dari berbagai negara, termasuk Eropa dan Rusia tidak terkecuali, katanya. Putin mendesak untuk kerjasama dengan pasukan pemerintah Suriah dalam memerangi teroris di darat.
“Kami pikir ini adalah kesalahan besar untuk menolak kerjasama dengan pemerintah Suriah dan pasukan bersenjatanya yang gagah berani memerangi terorisme secara tatap muka,” katanya.
“Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa yang benar-benar memerangi ISIS dan organisasi teroris lainnya di Suriah adalah angkatan bersenjata Presiden Assad dan para milisi Kurdi,” tambahnya.
Rusia telah menyediakan bantuan militer teknis kepada Irak, Suriah dan negara-negara lain yang memimpin perang melawan terorisme di wilayah itu, katanya.
Putin mengusulkan penggabungan usaha dan penciptaan koalisi internasional yang luas melawan terorisme. Ia mengusulkan diskusi-diskusi di DK PBB mengenai sebuah resolusi yang bertujuan untuk mengkoordinasikan pasukan-pasukan untuk menghadapi ISIS dan organisasi teroris lainnya, berdasarkan prisnsip-prinsip hak khusus PBB.
‘Solusi akhir untuk krisis pengungsi adalah pemulihan Timur Tengah’
Jika sebuah strategi komprehensif yang menstabilkan politik dan ekonomi di negara-negara yang sedang dilanda krisis dikembangkan, maka akan ada harapan untuk menanggulangi masalah krisis penungsi, Putin menyatakan.
“Aliran orang-orang yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka telah benar-benar membanjiri negara-negara tetangga dan kemudian Eropa,” katanya dan menyebutnya sebagai “migrasi memilukan baru dari masyarakat”.
Ia menekankan bahwa solusi mendasar untuk krisis prngungsi berakar dari pemulihan kenegaraan yang telah hancur, memperkuat lembaga-lembaga pemerintahan yang lemah dan memberikan bantuan komprehensif bagi negara-negara yang memerlukannya.
‘Integritas teritorial Ukraina tidak dapat dipastikan dengan senjata’
Pemikiran-pemikiran Perang Dingin dan keinginan untuk menjelajahi daerah-daerah geopolitik baru masih hadir diantara sebagian komunitas internasional, kata Putin.
“Pertama mereka melanjutkan kebijakan mereka untuk memperluas NATO,” katanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet, “mereka menawarkan negara-negara bekas Uni Soviet dengan sebuah pilihan yang salah – untuk menjadi bagian dari Barat atau Timur. Cepat atau lambat logika konfrontasi akan terikat untuk memicu krisis geopolitik yang parah. Ini adalah apa yang terjadi di Ukraina dimana ketidakpuasan penduduk dengan otoritas pemerintahan digunakan dan kudeta militer diatur dari luar untuk memicu peperangan sipil sebagai hasilnya.”
Putin sekali lagi menyerukan implementasi penuh dari Kesepakatan Minsk yang ditengahi oleh Normandia Empat pada bulan Februari. Ia mengatakan bahwa perjanjian tersebut akan menjamin pengembangan Ukraian “sebagai negara yang beradab”.
“Integritas wilayah Ukraina tidak dapat dipastikan dengan ancaman dan kekuatan senjata. Apa yang dibutuhkan adalah pertimbangan asli kepentingan dan hak-hak masyarakat di wilayah Donbass, dan juga menghormati pilihan mereka.”
- Source : www.rt.com