www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Bagaimana jika warga AS mengetahui di tahun 2013 bahwa pemerintahnya menolak kesepakatan Suriah pada tahun 2012?

Penulis : David Swanson | Editor : Admin | Rabu, 16 September 2015 13:50

Di Amerika mempertahankan ketidaktahuan dan percaya bahwa semua perang yang diluncurkan oleh Amerika sebagai langkah terakhir telah menjadi tren. Sekolah-sekolah kami belum mengajarkan bahwa Spanyol menginginkan sebuah arbitrase internasional, bahwa Jepang ingin Hiroshima damai, bahwa Uni Soviet mengusulkan perundingan perdamaian sebelum Perang Korea, atau bahwa AS menyabotase proposal perdamaian untuk Vietman dari warga Vietnam, Soviet dan Perancis. Ketika sebuah surat kabar Spanyol melaporkan bahwa Saddam Hussein telah menawarkan untuk meninggalkan Irak sebelum invasi 2003, media AS sama sekali tidak tertarik. Ketika media Inggris melaporkan bahwa pasukan Taliban bersedia menyerahkan Osama bin Laden untuk diadili sebelum invasi Afghanistan pada tahun 2001, wartawan-wartawan AS menguap ngantuk. Tawaran Iran pada tahun 2003 untuk bernegosiasi mengakhiri program energi nuklirnya tidak disebutkan banyak selama debat tahun ini – yang hampir ditolak sebagai halangan untuk berperang.

The Guardian melaporkan pada hari Selasa bahwa Presiden Finlandia dan peraih hadiah Nobel perdamaian Martti Ahtisaari, yang telah terlibat dalam negosiasi tahun 2012 mengatakan bahwa pada tahun 2012 Rusia telah mengusulkan proses penyelesaian perdamaian antara pemerintah Suriah dan lawan-lawannya yang akan menyebabkan turunnya Presiden Bashar al-Assad. Namun, menurut Ahtisaari, AS sangat yakin bahwa Assad akan segera digulingkan dengan sendirinya dan menolak proposal tersebut.

Bencana perang saudara Suriah sejak tahun 2012 telah mengikuti kebijakan AS dimana kompromi perdamaian biasanya menjadi langkah terakhir. Apakah pemerintah AS percaya bahwa kekerasan cenderung menghasilkan hasil yang lebih baik? Catatan menunjukkan hal yang sebaliknya. Lebih tepatnya adalah bahwa kekerasan akan menyebabkan pengaruh kendali AS yang lebih sementara memenuhi permintaan industri perang.

Panglima tertinggi Sekutu Eropa NATO 1997-2000, Wesley Clark mengklaim bahwa pada tahun 2001, Menteri Perang Donald Rumsfeld mengeluarkan memo yang mengusulkan untuk mengambil alih tujuh negara dalam lima tahun: Irak, Suriah, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan Iran. Garis dasar rencana ini dikonfirmasi oleh tidak lain dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang menyematkannya pada Wakil Presiden Dick Cheney pada tahun 2010.

“Cheney inging memaksakan ‘perubahan rezim’ di semua negara Timur Tengah yang ia anggap memusuhi kepentingan AS,” menurut Blair. “Ia akan bekerja keras di Irak, Suriah dan Iran, dan berusaha menghadapi para penggantinya – Hizbullah, Hamas, dll.” Blair menulis. “Dengan kata lain, ia (Cheney) pikir dunia harus diperbaharui, dan bahwa setelah insiden 11 September, perubahan dunia harus dicapai dengan kekerasan dan dengan urgensi.”

Telegram-telegram Departemen Luar Negeri AS yang dirilis di WikiLeaks melacak upaya AS untuk melemahkan pemerintah Suriah setidaknya sejak tahun 2006. Pada tahun 2013, Gedung Putih mempublikasikan bahwa mereka akan meluncurkan beberapa rudal ke Suriah, yang berada di tengah-tengah perang saudara mengerikan yang sebagiannya disulut oleh senjata-senjata AS dan kamp-kamp pelatihan, serta oleh sekutu AS yang kaya di wilayah ini juga para pejuang-pejuang buatan AS yang muncul dari wilayah tersebut.

Alasan atas rudal-rudal tersebut adalah pembunuhan-pembunuhan terhadap warga sipil termasuk anak-anak menggunakan senjata kimia – sebuah kejahatan yang Presiden Barack Obama akui memiliki bukti-bukti tertentu telah dilakukan oleh pemerintah Suriah. Tontonlah video-video dari anak-anak yang mati dan dukunglah kengerian itu atau peluncuran rudal-rudal saya, kata sang presiden. Kedua hal tersebut adalah pilihannya, semestinya.

“Bukti” dari tanggung jawab atas penggunaan senjata kimia hilang, dan penentangan publik untuk apa yang kemudian kita ketahui sebagai keberhasilan dari kampanye pemboman besar-besaran. Penentangan publik berhasil tanpa mengetahui tentang usulan untuk perdamaian pada tahun 2012. Namun hal tersebut berhasil tanpa adanya tindak lanjut. Tidak ada usaha baru yang dibuat bagi perdamaian, dan Amerika Serikat melancarkan rencana perangnya dengan para pelatih, senjata-senjata dan drone (pesawat tanpa awak).

Pada bulan Januari 2015, sebuah penelitian ilmiah menemukan bahwa masyarakat AS percaya bahwa setiap kali pemerintahnya mengusulkan peperangan disaat sudah habis segala kemungkinan lain atas perdamaian. Disaat sebuah kelompok yang diteliti ditanyakan, kelompok pertama ditanya apakah mereka mendukung peperangan tertentu, dan keloompok kedua ditanyai dukungannya terhadap perang tersebut setelah diberitahu bahwa semua alternatif tidak baik, dan kelompok ketiga ditanyai apakah mereka tetap mendukung peperangan meskipun ada alternatif lain yang bagus. Kedua kelompok pertama mendukung peperangan dan yang ketiga tidak sama sekali. Hal ini menyebabkan para peneliti menyimpulkan bahwa jika sebuah alternatif tidak disebutkan, maka orang-orang tersebut menganggapnya tidak ada – bukannya orang-orang menganggap bahwa alternatif tersebut telah diusahakan. Jadi, jika Anda menyebutkan adanya alternatif yang serius, permainannya selesai. Anda harus menghentikan peperangan Anda.

Berdasarkan catatan dari peperangan terakhir, terlibat dan terhindari, sementara disulut keluar pada tahun-tahun berikutnya, asumsi masyarakat harus selalu mengansumsikan bahwa perdamaian telah dihindari secara hati-hati disetiap kesempatan.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar