Peneliti Membuat Electronic Skin (E-Skin) yang Mampu Merasakan Sakit
Di masa depan, e-skin bisa menjadi dasar untuk kulit elektronik yang lebih canggih yang memungkinkan robot mampu menjelajahi dan berinteraksi dengan dunia dalam berbagai cara baru. Ini mungkin akan segera terealisasi karena para peneliti membuat e-skin yang mampu merasakan sakit.
Robotika peka sentuhan dengan kulit buatan telah menjadi tujuan para peneliti selama beberapa dekade. Untuk mengurangi latensi dan konsumsi daya, jenis kulit elektronik (e-skin) baru dari tim Universitas Glasgow terinspirasi oleh bagaimana sistem saraf perifer manusia memproses impuls dari kulit.
Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh seorang insinyur asal India di Inggris telah membuat kulit elektronik (e-skin) yang mampu mengalami "sakit" dengan harapan menghasilkan generasi baru robot pintar dengan sensitivitas seperti manusia.
Profesor Ravinder Dahiya dari James Watt School of Engineering di University of Glasgow memberi tahu agensi media PTI bahwa terobosan tersebut merupakan langkah maju yang signifikan dalam pengembangan e-skin cetak neuromorfik skala besar yang dapat bereaksi dengan benar terhadap input.
Tim universitasnya menciptakan prototipe e-skin komputasi dengan bentuk baru dari sistem pemrosesan berdasarkan transistor sinaptik yang mereplikasi jalur saraf otak untuk belajar.
Pada hari Rabu, para ilmuwan merilis publikasi baru dalam jurnal 'Science Robotics' berjudul 'Printed Synaptic Transistors Based Electronic Skin for Robots to Feel and Learn,' yang menggambarkan tangan robot dengan e-skin pintar yang memiliki kapasitas mengejutkan untuk belajar dan menanggapi rangsangan eksternal.
Video di halaman YouTube Bendable Electronics and Sensing Technologies (BEST) menunjukkan bahwa begitu kulit manusia mendapat masukan, sistem saraf tepi mulai memprosesnya di tempat kontak, mempersempitnya menjadi hanya data yang paling penting sebelum mengirimkannya ke otak.
Para ilmuwan mencetak grid 168 transistor sinaptik yang dibangun dari kawat nano seng-oksida langsung ke permukaan permukaan plastik fleksibel untuk menciptakan e-skin yang mampu melakukan reaksi seperti sinapsis yang efisien secara komputasi.
”Apa yang dapat kami ciptakan melalui proses ini adalah kulit elektronik yang mampu mendistribusikan pembelajaran di tingkat perangkat keras, yang tidak perlu mengirim pesan bolak-balik ke prosesor pusat sebelum mengambil tindakan. Sebaliknya, ini sangat mempercepat proses merespons sentuhan dengan mengurangi jumlah komputasi yang diperlukan,” kata Dahiya.
“Di masa depan, penelitian ini bisa menjadi dasar untuk kulit elektronik yang lebih canggih yang memungkinkan robot mampu menjelajahi dan berinteraksi dengan dunia dengan cara baru, atau membangun kaki palsu yang mampu menyentuh tingkat sensitivitas sentuhan manusia,” kata Fengyuan Liu, perwakilan dari kelompok BEST dan salah satu penulis makalah ini.
- Source : greatgameindia.com