Corona Telah Menghasilkan Banyak Limbah Berbahaya (Bagian 1)
The National Post, sebuah harian Kanada, telah menyarankan bahwa paspor vaksin diperpanjang untuk memasukkan skor karbon. Forbes berpendapat bahwa ID digital dapat membantu mengurangi "tantangan limbah seismik". Namun, realitas pandemi ini tertulis besar jika bencana iklim yang dibuat oleh perusahaan farmasi ini telah mengorbankan kebebasan kita.
“Perusahaan menggunakan gas hidrofluorokarbon (HFC) untuk membekukan vaksin ke suhu yang sangat rendah — minus 70 derajat Celcius untuk vaksin BioNTech/Pfizer. Emisi HFC memiliki efek pemanasan global hingga 23.000 kali lebih besar daripada CO2,” menurut Politico. Pejabat Prancis menghitung jika hingga 30 persen dosis vaksin akan terbuang percuma karena kendala logistik.
Pandemi Corona telah membawa segala macam "efek samping". Salah satunya adalah sampah plastik. Limbah masker tidak hanya berakhir di jalanan, di hutan atau di lautan, tetapi ada juga banyak limbah medis, yang disebut “limbah berbahaya”, seperti yang dilaporkan surat kabar Jerman Bild.
WHO sekarang menuntut agar strategi pembuangan diperkenalkan di seluruh dunia. “Sekitar 30 persen dari semua rumah sakit dan praktik medis di seluruh dunia tidak memiliki fasilitas pembuangan yang memadai untuk jarum suntik, pakaian pelindung, dan limbah medis lainnya,” dikutip dari WHO.
Sampah dan resikonya
Selain masalah akumulasi sampah, staf yang bersentuhan dengan benda tersebut dapat “terkena risiko cedera, misalnya dari jarum suntik dan instrumen lain yang terkontaminasi”. Selain itu, populasi dapat terancam oleh air yang terkontaminasi, hama pembawa penyakit dan sejenisnya.
Terlalu banyak orang sembarangan dan kejam hanya membuang sampah mereka, tidak lagi peduli atau berpura-pura bahwa seseorang akan membersihkan setelah mereka. Tapi sampah tetap ada, disimpan di alam dan sebagian besar terbawa ke lautan.
Sebuah studi ilmiah menemukan bahwa sampah tambahan juga telah mendarat di sana sejak pandemi Corona – yaitu masker, sarung tangan, dan peralatan pelindung lainnya yang tak terhitung jumlahnya termasuk alat tes corona. The Daily Mail mengutip para peneliti dari California menggunakan model komputer untuk mensimulasikan nasib sampah plastik ketika meninggalkan pantai, mengapung di sepanjang tepi laut dan pecah berkeping-keping.
Mereka memperkirakan dari awal pandemi hingga Agustus 2021, 8,4 juta ton sampah plastik terkait pandemi dihasilkan di 193 negara. Hampir tiga perempat atau 71% kemungkinan akan terdampar di pantai pada akhir tahun 2021, menurut prediksi model tersebut.
Lanjut ke bagian 2 ...
- Source : freewestmedia.com