www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Pilpres 2024 Nanti akan Diramaikan oleh "Capres Boneka"

Penulis : Widodo SP | Editor : Anty | Jumat, 17 Desember 2021 10:38

Istilah "Capres Boneka" terlintas di benak saya setelah membaca semakin liarnya isu-isu terkait Pilpres 2024, yang kita tahu akan diikuti oleh para Calon Presiden bersama Calon Wakil Presiden tanpa harus bersaing dengan petahana.

Ada sih runner-up langganan yang diprediksi masih akan ngebet bertarung pada Pilpres 2024 nanti, meski pernah kalah tiga kali, yang mana dua kali mimpi orang ini untuk menjadi RI-1 kandas oleh Joko Widodo pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

Namun, sisanya terbilang akan diisi oleh nama-nama baru. Bisa jadi nama-nama yang sekarang menghiasi berbagai media seperti Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Puan Maharani, dan Anies Baswedan. Namun, ada pula nama-nama yang terdengar guyonan seperti Rizal Ramli, Giring Ganesha, hingga Novel Bamukmin yang sempat sesekali disebut akan ikut meramaikan bursa Pilres 2024 nanti.

Sementara, ada pihak tertentu yang kini sedang ngebet ingin menjadikan syarat Parliamentary Treshold (PT) menjadi nol persen dari yang semula 20 persen. Tahu kan kelompok mana dan kira-kira arahnya ke mana? Ya pasti agad bisa mengusung Capres sendiri tanpa kudu berkoalisi dengan partai lain.

Tampaknya partai ini terlihat kurang pede kalau calonnya nanti, sang putra mahkota dari Presiden RI ke-6, akan mampu menarik simpati atau minat partai-partai lain, buat menggenapi syarat PT yang 20 persen tadi, plus rela jagoan dari partai mereka cukup menjadi Cawapres saja.

Fakta bahwa dahulu partai itulah yang menaikkan syarat PT supaya partai-partai lain menjadi terkunci posisinya, biar memuluskan jalan sang petahana agar meneruskan periode kedua sebagai Presiden RI pun seperti menguap dari ingatan mereka, kayak orang yang terkena amnesia.

Kembali soal Capres Boneka

Jokowi pada masa awal kepemimpinan beliau sebagai RI-1, sempat ada tudingan bahwa beliau akan terlihat sebagai "Presiden Boneka" yang akan menuruti segala permintaan atau permainan dari partai asalnya PDI Perjuangan.

Jokowi juga semula dianggap akan tunduk begitu saja terhadap keinginan dan kepentingan partai-partai pengusungnya, yang berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Namun, selang 7 tahun berselang anggapan itu dapat dipatahkan dengan bukti-bukti bahwa beliau tak bisa disetir oleh siapa pun.

Ancaman dari negara luar, terutama negara adikuasa seperti USA, juga negara seperti China, tak berhasil mengatur agar Jokowi mau menuruti keinginan mereka, bahkan menggoyang sedikit saja keberanian Jokowi saja, dua negara itu terlihat gagal.

Susah memang mencari sosok penerus seperti beliau, bukan soal gaya bicara, gaya blusukan, atau hal-hal lain yang otentik khas seorang Jokowi ... melainkan sosok yang dianggap "punya panggilan murni" untuk memimpin negeri ini akan menjadi berjaya di tingkat dunia, tak hanya di tingkat Asia.

Bagi saya, beberapa nama yang beredar belakangan ini berpotensi hanya menjadi semacam boneka dari kelompok yang mendukung dan mengiyakan niat atau mimpi untuk menjadi RI-1 menggantikan Jokowi.

Ada potensi mereka dicalonkan sambil membawa boncengan kepentingan dari kelompok radikal, kepentingan bisnis, hingga deal-deal politik tertentu yang arahnya bukan demi kepentingan bangsa ini agar menjadi semakin baik.

Saya khawatir jika orang model begitu yang terpilih, akan mudah membuat keputusan dan kebijakan yang hanya menguntungkan sebagian pihak, tetapi rakyat secara umum akan dirugikan dan sengsara karena pembangunan SDM dan potensi-potensi daerah diabaikan.

Saya pun khawatir jika nantinya para "Capres Boneka" ini akan meniadakan semua hal yang telah Jokowi perbuat di negeri ini, yang memang seharusnya dilakukan oleh Presiden RI yang baik, lalu menggantinya dengan segala hal yang dapat membawa Indonesia mundur hingga terasa seperti 20-30 tahun lalu.

Daan ... puncak kekhawatiran saya adalah bahwa negeri ini akan terpecah belah karena politik identitas, semangat kedaerahan yang diutamakan di atas kepentingan nasional, hingga konflik antaranak bangsa yang menggunakan SARA sebagai strateginya.


Berita Lainnya :


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar