www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Studi Menemukan Hampir 20% Penyintas COVID-19 Didiagnosis Penyakit Mental

Penulis : Sputniknews.com | Editor : Anty | Kamis, 12 November 2020 12:14

Penelitian baru menunjukkan bahwa hampir 1 dari 5 pasien yang terjangkit COVID-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, atau insomnia.

Studi yang diterbitkan dalam The Lancet Psychiatry, didasarkan pada studi catatan kesehatan elektronik dari 62.254 individu yang tertular virus corona.

Para peneliti melacak pasien tiga bulan setelah diagnosis COVID-19 dan membandingkan diagnosis kesehatan mental mereka dengan ribuan pasien lain dengan kondisi berbeda, seperti flu dan patah tulang.

Temuan tersebut mengungkapkan bahwa 18% dari sampel pasien COVID-19 didiagnosis dengan penyakit kejiwaan, sementara hanya 13% dari mereka yang terkena flu dan 12,7% dari mereka yang mengalami patah tulang didiagnosis dengan penyakit mental.

Para peneliti juga menemukan bahwa 5,8% dari pasien COVID-19 didiagnosis dengan gangguan mental untuk pertama kalinya, dibandingkan dengan 2,8% dan 2,5% pasien dengan flu dan patah tulang.

Diagnosis penyakit kejiwaan yang paling umum di antara pasien COVID-19 adalah kecemasan, termasuk gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan umum, dan gangguan stres pascatrauma. Gangguan suasana hati, seperti depresi, dan insomnia adalah diagnosis paling umum berikutnya.

Selain itu, para peneliti mengidentifikasi risiko demensia yang lebih tinggi secara signifikan pada pasien COVID-19. Demensia dikaitkan dengan hilangnya ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya.

"Kami sangat membutuhkan penelitian untuk menyelidiki penyebab dan mengidentifikasi pengobatan baru," kata profesor psikiatri Universitas Oxford, Paul Harrison, penulis utama studi tersebut, BBC melaporkan.

Studi ini juga menemukan bahwa orang dengan penyakit mental yang sudah ada sebelumnya 65% lebih mungkin untuk didiagnosis dengan COVID-19 daripada mereka yang tidak.

Dr. Michael Bloomfield dari University College London, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada BBC bahwa hubungan antara COVID-19 dan penyakit mental mungkin disebabkan oleh "kombinasi stres psikologis yang terkait dengan pandemi khusus ini dan efek fisik penyakit."

Namun, Jo Daniels dari University of Bath mengatakan bahwa penelitian tambahan harus diselesaikan sebelum menarik kesimpulan konkret.

"Kita harus menyadari bahwa hasil psikologis yang lebih buruk umum terjadi pada mereka yang mengalami masalah kesehatan fisik dalam bentuk apapun," katanya kepada BBC.

"Menjadi sakit parah atau kronis hanyalah pengalaman yang sulit," tambah Daniels.


Berita Lainnya :


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar