Menerka 'Langkah Catur' Presiden Jokowi Terkait Kepulangan HRS
Kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia saya yakini bukan sekadar kepulangan biasa, melainkan ada maksud terselubung, terutama dari kelompok oposisi pemerintah, juga mereka yang berkepentingan pada Pilkada 2019 (dan selanjutnya) maupun terkait Pilpres 2024 nanti.
Buktinya saja, tak butuh waktu lama setelah kepulangan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) tersebut, beberapa figur “tak biasa” segera merapat ke kediaman HRS, mulai dari Gubernur DKI Jakarta hingga elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan tak ketinggalan orang macam Tengku Zulkarnain yang kita tahu sepak terjangnya, terutama cuitannya di lini masa Twitter.
Kepulangan HRS seperti kita tahu bersama juga menyisakan hal yang tak mengenakkan bagi pengguna transportasi udara, yang harus menerima nasib penerbangan kena delay hingga 4 jam, pihak bandara yang dirugikan dengan rusaknya fasilitas bandara, juga sebagian masyarakat yang terganggu ketika iring-iringan penyambut HRS memenuhi jalanan umum, terutama yang mengarah ke bandara Soekarto-Hatta.
Suara sumbang lantas mulai bermunculan, tak hanya mengecam ulah kelompok FPI yang tampak mengalami euforia kepulangan sang pemimpin yang selama 3,5 tahun terakhir berada di Arab Saudi, tetapi juga mengarah pada sikap pemerintah yang terkesan diam, lunak, dan mengalah terkait hal ini.
Ada kesan pula bahwa pemerintah melakukan pembiaran, meski aparat keamanan tetap dikerahkan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Namun, ada pula yang menilai tindakan pemerintah sudah tepat. Kalau semisal yang kemarin itu sempat terjadi bentrok dan huru-hara, ada yang menyebut bahwa itulah yang dikehendaki oleh para bohir yang diduga mengerahkan massa berjumlah besar untuk menyambut kepulangan HRS itu.
Alhasil, tindakan pengamanan yang dilakukan oleh aparat keamanan memang diarahkan untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Yah, itu baru sebatas dugaan atau penilaian dari masyarakat awam.
Saya tidak tahu persis seandainya diterapkan adanya larangan untuk kerumunan di area bandara Soetta, lalu pasukan FPI tetap ngotot untuk datang dan melakukan tindakan anarkis karena tidak terima dengan pelarangan itu... apakah akan pecah bentrokan massa FPI dengan aparat keamanan ... kita tidak tahu persis. Meski ada kemungkinan pula bahwa hal itu bisa terjadi, tetapi bisa pula tidak terjadi.
Sementara, Presiden Joko Widodo sendiri terlihat masih bungkam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun terkait kepulangan HRS maupun aksi massa FPI yang menyisakan kerusakan di beberapa titik yang mereka lalui atau kerumuni. Presiden Jokowi malah melakukan tabur bunga ke Taman Makam Pahlawan, karena hari itu bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Selanjutnya, RI-1 juga sibuk dengan agenda pemberian gelar pahlawan untuk beberapa nama, dilanjutkan pemberian Bintang Mahaputera untuk beberapa orang, termasuk rencananya memberi Gatot Nurmantyo tetapi kabarnya ditolak oleh yang bersangkutan karena alasan tertentu.
Dalam situasi begini, biasa lantas muncul istilah langkah catur Jokowi, yang kerap disebut ketika Jokowi sedang membuat keputusan atau tindakan yang sukar dipahami oleh masyarakat awam, hingga pengamat politik kenamaan sekalipun.
Mereka hanya menerka bisa ini dan itu, tetapi tidak bisa memastikan karena masih menantikan apa langkah selanjutnya yang akan Jokowi lakukan.
Sebagai penyuka catur, saya paham artinya langkah-langkah dalam olah raga yang satu ini. Ada kalanya pentolan bidak lawan, termasuk menteri dibiarkan “berulah” tetapi sudah ada langkah jebakan yang disiapkan. Kalau lawan tak menyadari, bukan hanya menteri yang terancam tapi rajanya juga.
Ada kalanya pula, seorang pecatur membiarkan dirinya tampak dalam posisi terdesak, tetapi sebenarnya dia sudah mengkalkulasi langkah itu. Setelah memastikan pertahanan dan posisi rajanya aman, dalam tiga langkah gantian lawan yang terdesak, bahkan bisa melakukan skakmat.
Namun, ada kalanya terjadi pula salah perhitungan ... sehingga dalam posisi menyerang, mendadak lawan bisa menyerang balik dan mengakhiri permainan.
Bagaimana dengan “langkah catur” terkait kedatangan HRS kali ini? Saya yakin beliau pasti sudah memiliki strategi dan perhitungan tersendiri, termasuk di balik sikap diamnya. Deg-degan ya menunggu? Geregetan? Inginnya langsung des, des, des ... biar terlihat wibawa negara di hadapan mayoritas rakyat?
Saya berharap semoga kali ini “langkah catur” Jokowi tidak berbuah blunder, yang kelak akan disesalinya. Meski saya juga sebenarnya ingin, kalau pun main catur ... Pakde Jokowi bisa inisiatif menyerang, menyerang, dan menyerang ... lalu skakmat. Biar gak kelamaan ...!
- Source : seword.com