Nadiem Siap Luncurkan Digitalisasi Sekolah 2021 Nanti, Revolusi Mental Dimulai!
Beberapa hari belakang ada berita kalau Belanda sudah mulai mengoperasikan mobil terbang. Tak ketinggalan, Indonesia juga memulai mengambil alih pabrik baterai untuk kendaraan listrik. Tentu saja rencana epik Jokowi harus diimbangi sumber daya manusia yang memadai. Inilah PR besar yang harus dihadapi Nadiem sebagai Mendikbud. Sebagai CEO Gojek yang levelnya sudah unicorn, harusnya tak susah bagi Nadiem untuk merevolusi pendidikan kita. Apalagi setelah dihantam pandemi corona yang menjadi bukti pentingnya peran teknologi dan informasi di dunia pendidikan kita.
Selama pandemi ini tak semua murid dan guru bisa memanfaatkan internet, terutama di daerah pinggiran dan pelosok. Tak hanya keterbatasan jaringan internet, fasilitas seperti laptop, komputer pun tak selengkap di kota besar. Padahal di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia atau bahkan Australia sangat mengedepankan mutu pendidikan. Ini berhubungan dengan kepentingan pemerintah yang ingin menjadikan negara ini maju lewat pengembangan bahan baku. Tanpa SDM yang mumpuni, meski kita sanggup mengolah sendiri, tetap saja tak bisa lepas dari ketergantungan negara lain.
Beberapa artikel saya yang lalu sudha menyebutkan kalau China dan Uni Eropa sudah melakukan penelitian besar-besaran tentang baterai dan bisa saja mengganti bahan baku yang lebih ramah atau murah. Meski kita sanggup mengolah nikel menjadi baterai, tapi kalau mentok tanpa ada penemuan lanjutan, akhirnya teknologi kita akan kalah dari negara lain. Memasukkan investor saja tak cukup, manusia kita harus disiapkan untuk bisa mengelola sumber daya alam yang ada. Digitalisasi di sekolah bisa jadi gerbang revolusi mental yang bisa kita harapkan dari Nadiem.
Seperti dilansir kompas.com, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) memastikan pada tahun 2021 pemerintah akan melanjutkan program digitalisasi sekolah. Sekolah di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), kata Nadiem, akan diprioritaskan menerima bantuan berupa laptop, proyektor, serta perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Program digitalisasi yang akan dimulai tahun depan telah mendapat persetujuan dari Presiden Joko Widodo untuk dikerjakan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Menurut Nadiem, Kemenkominfo dalam hal ini akan memenuhi kebutuhan jaringan internet di semua wilayah sasaran. Sementara itu, Kemendikbud akan memastikan ada alat yang bisa digunakan di setiap sekolah.
“Jadi itu yang pasti akan kita dorong untuk tahun depan, digitalisasi sekolah,” kata Nadiem.
Tidak hanya terkait pengadaan alat elektronik, lanjut Mendikbud, pada program digitalisasi sekolah ini rencananya Kemendikbud akan membuat suatu platform di mana para guru bisa dengan mudah mengunduh kurikulum dan memilih kurikulum dalam bentuk modul-modul sehingga proses pembelajaran akan jauh lebih efisien.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri menjelaskan, untuk tahun depan anggaran untuk digitalisasi sekolah mencapai Rp 3 triliun. Rencananya, kata Jumeri, setiap sekolah akan menerima 15 laptop dan satu access point.
Laptop yang akan diberikan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti untuk asesmen kompetensi minimum, asesmen nasional, dan praktikum. Dari segi penggunaan, Kemendikbud menilai laptop lebih tahan lama daripada tablet. Selain itu, laptop yang dimiliki sekolah itu dapat digunakan oleh siswa atau guru, serta memiliki fungsi yang lebih banyak.
“Total dana yang diinginkan untuk digitalisasi sekolah ini sebenarnya mencapai Rp15 triliun namun untuk setiap tahunnya baru bisa dianggarkan Rp 3 triliun,” tutur Jumeri.
Meski begitu, Nadiem mengatakan digitalisasi sekolah itu bukan hanya penyediaan sarana TIK.
"Tetapi juga mempermudah guru untuk memilih apa yang paling cocok untuk anaknya," terang Nadiem.
Semoga berita bagus ini cepat terealisasi agar pendidikan kita tidak ketinggalan jauh dari negara tetangga. Karena adanya pembangunan infrastuktur dan prasaran lain harus terus diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia. Tentunya harapan Jokowi dengan menempatkan Nadiem sebagai Mendikbud untuk membantu mewujudkan revolusi mental yang telah ia galakkan jauh-jauh hari.
Revolusi mental tak hanya tentang pejabat jujur yang mampu mengemban amanah dan menolak usap serta kongkalingkong. Revolusi mental juga mengenai sistem pendidikan sebagai dasar pembentukan mental manusia kita. Saat ada pengesahan UU cipta kerja yang harusnya menguntungkan buruh karena banyak mendatangkan investor, dari pihak buruh malah menentang bulat-bulat. Ini karena kebanyakan tingkat pendidikan mereka yang rendah serta rentan diprovokasi.
Termasuk adik mahasiswa yang selalu ikutan demo tanpa mau memahami isi undang-undangnya. Kalau dibiarkan terus menerus, akhirnya manusia Indonesia sendiri yang menghambat kemajuan negara. Harus ada revolusi mental besar-besaran. Guru dan murid harus melek teknologi dan informasi, serta menyesuaikan dengan standar internasional. Dengan begitu Indonesia baru bisa dikatakan siap bersaing secara SDM. Bukan hanya bisa mengembangkan sumber daya alam, tapi masih bergantung dari luar.
Referensi:
- Source : seword.com