www.zejournal.mobi
Jumat, 27 Desember 2024

Intoleransi HTI Kian Menjadi, Habib Lutfi Jadi Sasaran Tapi Negara Masih Diam!

Penulis : Niha Alif | Editor : Anty | Jumat, 28 Agustus 2020 12:51

Sejak pertama kali dibubarkan pada pertengahan 2019 silam, benih-benih intoleransi HTI terbukti masih tumbuh subur. Sama seperti FPI yang berganti nama menjadi GNPF MUI, PA 212 dan sejenisnya, keberadaan HTI hanya berganti wujud tapi dengan misi yang sama.

Benih-benih kebencian pada pemerintah terus mereka pupuk pada generasi penerus karena tujuannya memang menghancurkan negara seperti kelakuan ISIS. Mereka bukanlah pembawa agama islam karena justru ulama-ulama islam yang mereka jadikan sasaran tembak, seperti yang kini menimpa Habib Lutfi.

HTI dikenal memiliki banyak ustadz-ustadz yang baru belajar agama, lebih parah lagi yang baru muallaf. Kenapa demikian? Karena memang tujuannya untuk cuci otak. Tentunya lebih mudah mencuci otak orang yang baru belajar agama ketimbang yang paham betul agamanya apalagi lulusan pesantren.

Maka orang seperti Felix Siauw, Yahya Waloni, Chris Bangun Samudera dan muallaf lain mereka puja-puja. Mungkin penilaian orang awam akan mudah terpikat oleh baju agamis dan beberapa hadis atau ayat yang dihafal di luar kepala. Tapi, orang yang dalam ilmu agamanya tak bisa hanya dinilai dari penampilan fisik semata.

Paling tidak ada banyak tingkatan ilmu agama seseorang baru dirinya dinyatakan sebagai alim ulama. Tapi logika ini dibalikkan oleh HTI, gembar gembor fenomena hijrah jadi acuan mereka.

Mereka bukan mabok agama tapi mabok kebodohan. Penampilan janggut lebat, celana cingkrang, cadar dan poligami suka-suka selalu melekat ke jati diri mereka. Kelakuan yang tak ubahnya arab jahiliyah tapi merasa ahli surga.

Saya kira seluruh Indonesia juga tahu kalau Habib Lutfi lebih terhormat ketimbang ustadz-ustadz HTI. Tapi bagi pengikut mereka yang lebih buruk ketimbang PKI, menilai sosok Habib Lutfi adalah tokoh yang harus dibunuh karakternya. Bukan hanya karena kecintaan Habib Lutfi terhadap NKRI dan dukungan terhadap pemerintah, tapi sosoknya jelas meredupkan pesona ustads gadungan HTI.

Sebelumnya banyak diberitakan media mainstream seminggu yang lalu bahwa akun Abdul Halim di Facebook telah menghina ulama NU Habib Luthfi bin Yahya, Rabu (19/8).

Atas informasi yang diterima Ketua PAC GP Ansor Rembang Gus Zainul, ratusan Banser meradang. Ketua PC GP Ansor Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Saad Muafi lantas berkoordinasi dengan Kasat Korcab Banser Pasuruan Hariono. Hasil koordinasi itu ialah GP Ansor harus melakukan tabayun secara langsung kepada Abdul Halim.

Berikutnya pada Kamis (20/8) dini hari, tepatnya pukul 00.12, Hariono selaku Kasat Korcab Banser secara resmi mengeluarkan instruksi via WhatsApp Group kepada jajarannya untuk berkumpul dan melaksanakan apel pada pukul 09.00 WIB.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Muafi bergerak memimpin aksi tabayun ke rumah Abdul Halim di Rembang dengan dikawal  sekitar 150 Banser. Pukul 10.30 WIB, rombongan tiba di tujuan dan bertemu langsung dengan Abdul Halim.

Proses tabayun itu juga dihadiri kepala desa dan muspika setempat. Dalam tabayun itu pula Abdul Halim mengaku  sering melakukan pertemuan dengan anggota HTI lainnya di sebuah lembaga pendidikan yang ada di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang.

Saat itu pula Muafi langsung bereaksi akan melaporkan Abdul Halim ke Polres Pasuruan. Selanjutnya, Banser bergerak ke lembaga pendidikan di Desa Kalisat yang sering dipakai sebagai tempat pertemuan anggota HTI.

Lokasinya tak jauh dari rumah AH. Namanya Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah. Ketika negosiasi dengan Zainulloh, salah satu pimpinan PC GP Ansor menemukan foto Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam kondisi dicoret-coret.

Selain itu, di yayasan tersebut juga ditemukan banyak buletin terbitan HTI. Namun tidak ada bendera Merah Putih di tempat tersebut sekalipun masih dalam momen agustusan.

Dalam pertemuan itu Zainulloh selaku pimpinan HTI menolak menyatakan sikap untuk tidak lagi menyebarkan ideologi organisasinya. Zainullah malah  menantang Banser membawa persoalan itu ke ranah hukum.

Sontak Pimpinan Cabang GP Ansor Bangil di lapangan menyatakan sikap secara langsung. Saat itu, PC GP Ansor Bangil menyatakan akan memolisikan dedengkot HTI yang sudah menghina NU dan Habib Lutfi selaku panutan nahdiyini, serta presiden Jokowi sebagai kepala negara. PC GP Ansor Bangil juga akan berupaya menempuh jalur hukum untuk menutup  Yayasan Al Hamidi Al Islamiyah pimpinan Zainulloh.

Kini kita tahu kalau antek HTI sedang bermain playing victim menuduh Banser yang bukan-bukan. Itulah strategi kotor yang selalu mereka mainkan.


Berita Lainnya :

 

Dengan cara memprovokasi para pengikut NU kemudian mengaku korban kedzaliman Banser dll. Mereka sejatinya hanya bisa menarik simpati dari golongan sejenis mereka yang jumlahnya kalah jauh dari simpatisan NU.

Semoga penegak hukum kali ini tidak kalah oleh tekanan massa dari pengikut ormas terlarang HTI. Jelas-jelas ormas ilegal ini sudah tak boleh beredar lagi apalagi dengan angkuhnya menghina kyai NU sebagai ormas yang selalu diakui di republik ini. Polisi harus menyeret Abdul Halim beserta rekan-rekannya yang melakukan propaganda ideologi HTI.

Pemerintah setempat juga harus turun tangan menutup yayasan HTI ini. Jangan sampai ideologi terlarang dibiarkan karena rasa kemanusiaan, tapi akhirnya merusak mental generasi mendatang. Sudah jelas selamanya HTI jadi organisasi terlarang.

Periode kedua ini harusnya presiden menangkap seluruh antek HTI yang aktif menyebarkan ideologi terlarang. Kalau tidak giliran mereka yang ambil ancang-ancang untuk merusak negara dari dalam. 

Referensi:

https://www.wartabromo.com/2020/08/21/dinilai-hina-habib-luthfi-banser-polisikan-warga-rembang/

https://www.google.com/amp/s/m.jpnn.com/amp/news/kronologi-banser-di-rembang-meradang-gara-gara-dedengkot-hti


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar