www.zejournal.mobi
Jumat, 27 Desember 2024

Giring Nidji Uda Kaya Farhat Abbas dan Rhoma Irama Aja, Jadi Capres Digoreng Dadakan

Penulis : Fery Padli | Editor : Anty | Rabu, 26 Agustus 2020 09:12

Untuk bisa terpilih jadi presiden itu tidak mudah, karena ada banyak proses dan lika-liku kehidupan yang mesti dilewati.

Ibarat jadi presiden itu puncak karir politik seseorang, maka ada beberapa langkah panjang yang mesti dilalui supaya bisa sampai ke tahap itu.

Kita lihat saja presiden terpilih, baik di Indonesia maupun di negara lain. Tidak ada yang ujug-ujug nyalon langsung menang. Untuk dia bisa sampai ke tahap pencalonan itu saja sudah mesti melewati berbagai jenjang karir yang luar biasa yang mendekatkannya ke jabatan paling prestisius itu.

Ok, kita ambil contoh SBY, Presiden RI ke-6. Sebelum memimpin Indonesia, ada banyak jejak gemilang yang ditinggalkan oleh eks ketua umum Partai Demokrat itu.

Pertama, di militer ia punya prestasi yang cukup baik. Do’i merupakan peraih Adhi Makayasa, yakni sebagai lulusan terbaik di Akmil.

Kemudian, Pak Beye juga meraih penghargaan Tri Sakti Wiratama, yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual seorang tentara. Karirnya di militer juga terbilang cukup moncer, dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal.

SBY pensiun pun bukan karena masa waktunya berdinas di militer itu habis, melainkan karena ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi oleh Gus Dur kala itu.

Kemudian diangkat lagi jadi Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam). Di era Megawati, ia juga dipercaya menjabat sebagai Menko Bidang Politik dan Keamanan.

Persoalan ia disebut menghianati Ketua Umum PDIP itu dan gagal jadi presiden karena banyak pembangunan yang mangkrak serta banyak kader Partai Demokrat yang tersandung kasus korupsi saat ia memimpin negeri ini, itu biarlah pembaca Seword yang menilai.

Tapi yang ingin penulis tonjolkan di sini, untuk jadi pemimpin sebuah negara itu ada proses panjang yang mesti dilewati. Dan tidak ada jalan pintas.

Begitupun Presiden Jokowi. Tidak ujug-ujug ditunjuk oleh Megawati dan Parpol lainnya untuk bertarung di Pilpres 2014 lalu dan 2019.

Sebelumnya, ia juga melewati proses yang panjang dan bahkan memelahkan. Harus bertarung di Pilwakot Solo dua kali dulu.

Kemudian di Pilgub DKI 1 kali. Saat menjadi walikota dan gubernur dia juga dianggap berprestasi. Baru-lah dipercaya untuk bertarung melawan Prabowo.

Kalau seandainya Jokowi tidak punya rekam jejak yang baik seperti itu, tentu Megawati akan malas untuk mengusungnya. Mending ia mengusung dirinya sendiri. Hehehe

Jadi presiden PKS saja susah. Harus ikut liqo dulu, jadi murabbi, pengurus partai di tingkat bawah, menengah hingga atas. Baru kemudian bisa dipilih sebagai presiden partai dakwah itu. Apalagi menjadi Presiden Republik Indonesia.

Akan tetapi, ada juga lho orang yang rekam jejaknya kurang menunjang untuk jadi Capres, tapi ia tetap ngotot mau nyapres.

Pertanyaannya, siapakah Capres digoreng dadakan itu?

Setidaknya, ada 3 orang yang mau memimpin negeri ini tanpa berkaca terlebih dahulu. Mereka adalah Rhoma Irama, Farhat Abbas dan Giring Nidji.

Pertama, kita mula dari Rhoma dulu.

Kita tahu sendiri bahwa Bang Haji tersebut merupakan musisi dangdut. Dan dari dangdut itu pula ia bisa menghidupi anak dan banyak istrinya.

Bahkan, karena begitu berpengaruhnya Rhoma di musik dangdut, sampai-sampai ia digelari 'Raja Dangdut', dan Elvy Sukaesih sebagai ratunya kala itu.

Namun, meskipun suaranya merdu mendayu-dayu, pandai main gitar, Rhoma tidak pernah memegang jabatan apapun di pemerintahan, seperti halnya Jokowi dan Esbeye

Pernah sih jadi anggota DPR mewakili seniman dan artis pada 1993 silam, tapi statusnya itu kaya Anang saja. Gak ada prestasi atau hasil kinerja yang bisa dibanggakan.

Nah, menyandang status sebagai 'Raja Dangdut' inilah yang dijadikan modal oleh Rhoma untuk memimpin negeri.

Siapa coba yang mau pilih dia? hehehe. Yang ada dia malah dimanfaatkan oleh sang Ketua Umum PKB, Cak Imin.

Cak Imin awalnya menjanjikan akan menjadikan Rhoma sebagai Capres dari PKB. Terperdaya oleh janji itu, Rhoma pun kala itu ikut berkampanye untuk memenangkan PKB.

Tapi apa yang terjadi? Setelah Pileg selesai, PKB malah mendukung pasangan Jokowi-JK.

Kecewa telah di-PHP, Rhoma pun langsung meninggalkan PKB tanpa pamit dan mendirikan Partai Idaman kala itu.

Hanya saja, sangat disayangkan, namanya saja Idaman, tapi tidak menjadi idaman setiap orang.

Kedua, Farhat Abbas.

Semua orang sudah tahu kalau Farhat ini merupakan pengacara yang kerap mendampingi selebritis yang berkasus.

Lucunya, dia ini pernah jadi calon bupati di Pilkada Kolaka, Sulteng dan kalah. Kemudian tiba-tiba mengkampanyekan dirinya sebagai Capres dengan slogan 'Aku Indonesia'.

Eh, bukannya mendapat dukungan dari masyarakat maupun partai, Farhat malah dibully rame-rame oleh netizen dunia maya dan sekitarnya waktu itu.

Teranyar, ada Giring Ganesha yang menyatakan diri siap jadi Capres.

"Ya, saya memang memberanikan diri untuk maju sebagai calon presiden di 2024" ujar Giring dengan Pede--nya dalam sebuah video yang diunggah di channel YouTube PSI.

Memang sih menyampaikan pernyataan mau jadi Capres itu adalah haknya Giring yang dilindungi oleh undang-undang.

Tapi pertanyaannya, apakah rekam jejaknya mendukung pencapresannya tersebut, seperti halnya SBY dan Jokowi? Belum tentu.

Berikut kita lihat dulu bagaimana track record-nya.

Sebelum terjun ke dunia politik, Giring ini merupakan vokalis grup band Nidji. Pada 2017 lalu ia bergabung ke PSI. Artinya, do’i masih baru banget di politik.

Lantas, apa yang telah diperbuat oleh Giring untuk bangsa ini selain dari menghibur? Nyaris tidak ada.

Partainya juga tidak memenuhi syarat presidential threshold dalam Pemilu. Modalnya cuma popular doang. Itu pun hanya dikalangan penggemar pop, bukan dangdut.

Jadi, meskipun niat Giring ini baik dan terkesan sesuai dengan lagunya 'mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia', tetap saja tidak realistis.

Kalau Giring serius mau jadi Capres mending jadi calon walikota/wakil walikota dulu deh, seperti halnya Pasha Ungu. Atau fokus saja membesarkan PSI yang masih gurem itu.

Karena kalau gak seperti itu, siap-siap saja PSI gak maju-maju lantaran plt Ketumnya sibuk ngurusin copras-capres yang masih jauh itu. Dan siap-siap juga, partai tempat Giring bernaung itu dibully oleh netizen yang maha benar dengan segala cuitannya.


Berita Lainnya :


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar