Delapan Menteri Yang Layak Ditendang Dari Kabinet Indonesia Maju
Perekonomian Indonesia di kuartal kedua mencatat pertumbuhan negatif hingga 5 persenan, artinya jika Oktober nanti masih negatif dipastikan Indoensia masuk resesi. Kegalauan Jokowipun menjadi nyata. Dari sekian banyak menteri-menterinya di kabinet Indonesia maju nyatanya tak ada yang benar-benar bisa diandalkan. Jokowi seperti kerja seorang diri di tengah pandemi dan ancaman krisis ekonomi. Maka dari itu, posisi kementrian strategis harus segera dirombak.
Dalam banyak artikel yang saya tulis dan penulis lainnya, posisi kementrian kesehatan memegang posisi strategis saat ini. Mau tidak mau kita harus mengakui, wabah Covid 19 berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tak hanya anak sekolah dan para guru yang terpaksa belajar jarak jauh, bahkan banyak pegawai juga tak bisa bekerja normal. Sektor retail juga terdampak parah, penurunan belanja terjadi di mana-mana yang kemudian disusul penutupan pabrik, mall hingga PHK besar-besaran.
Tak hanya kota-kita besar yang awalnya diidentikan dengan asal mula pesebaran Covid 19 yang terdampak secara ekonomi. Bahkan di wilayah pelosokpun ikut terdampak. Ini semua lantaran aturan PSBB, rapid test dan pembatasan jam malam yang mengganggu alur dsitribusi logistik dari pedesaan ke kota dan sebaliknya. Ketika aturan new normal diberlakukan, itupun bisa dikatakan terlambat karena ekonomi kita sudah babak belur.
Kembali lagi pada posisi kementrian kesehatan. Alih-alih mengambil kebijakan untuk menekan Covid 19. Nyatanya anggaran yang yang ada malah tak disalurkan sepenuhnya. Aturan batas maksimum rapid tes senilai 150k rasanya juga sudah basi. Bukannya belajar dari negara lain yang blunder akibat kebanyakan aturan mengenai Covid 19, Terawan justru terkesan main aman. Akibatnya Covid 19 tak kunjung mereda, angka kematian yang bisa ditekan lewat TPK justru terhambat. Ujungnya ekonomi kita juga terdampak karena ketidakbecusan kementrian satu ini.
Berbicara soal ekonomi, tentu tak bisa dipisahkan dari kementrian ekonomi. Sejauh ini Airlangga Hartanto lebih banyak bertugas sebagai petugas parpol ketimbang menteri ekonomi sendiri. Jokowi dan Sri Mulyani terlihat sibuk berhemat dan menghitung anggaran. Sedang menteri ekonomi entah ke mana rimbanya. Kalau Jokowi mau tegas, tak hanya Terawan yang diganti tapi juga Airlangga.
Setelah 2 menteri kabinet di atas, menteri tenaga kerja juga perlu disorot. Seharusnya pemberian stimulus bagi pelaku usaha sudah dilakukan jauh hari. Apalagi kini sudah terjadi PHK besar-besaran di lapangan. Maka nama Ida Fauziyah sebagai Menteri Tenaga Kerja harus ditimbang ulang. Karena kita tahu sendiri Jokowi harus turun gunung memberi bantuan 2.4 juta rupiah secara simbolis. Artinya perannya sebagai menteri sudah tak berarti lagi.
Empat nama menteri lain yang layak dipertimbangkan untuk direshuffle adalah Edhy Prabowo sebagai menteri KKP, Fachrul Razi sebagai menteri agama, Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko kemaritiman dan investasi, Syahrul Yasin Limpo sebagai menteri pertanian, dan Johhny Gerard Plate sebagai menkominfo.
Untuk Edhy Prabowo dan Luhut sendiri sudah sering saya bahas dan penulis lainnya mengenai kebijakan ngawur soal ekspor benih lobster. Luhut juga memberi karpet merah untuk Bakrie dalam investasi dengan pemerintah meski bermasalah dengan Lapindo dan Jiwasraya.
Fachrul Razi sangat layak diganti karena minimnya pengetahuan serta pengalaman dibidang keagamaan. Jokowi lebih baik mengambil tokoh NU atau Muhammadiyah untuk mengisi posisi menteri agama. Semua orang juga tahu kalau Lukman yang sebelumnya menjadi Menag jauh lebih baik ketimbang Fachrul Razi. Sebagaiknya menteri agama diberikan pada Gus Ishom karena pengetahuan agamanya tidak diragukan lagi, muda, energetik dan berani berbeda pandangan soal kasus Ahok hingga ditendang dari MUI.
Posisi Kementan yang dijabat Syahrul Yasin Limpo juha layak dipertimbangkan. Pertemuan Jokowi dan Prabowo yang membahas masalah ketahanan pangan merupakan sinyal jeleknya kementrian ini. Kalau memang mau mengganti Syahrul dengan Prabowo, bisa dilakukan saat ini. Sedang posisi kemenenhan bisa diserahkan kembali pada Ryamizard.
Terakhir posisi Menkominfo yang sama dengan menteri ekonomi yakni lebih banyak berfungsi sebagai petugas partai. Sebaiknya untuk masa-masa seperti ini posisi kementrian ini diserahkan pada yang lebih berpengalaman. Menkominfo yang diharapkan bisa menyalurkan informasi malah kerap memberikan pernyataan maupun kebijakan blunder.
Akhirnya semua kembali pada Jokowi bagaimana mengatur kabinetnya di era yang serba tidak pasti ini. Kalau posisi kabinet Indonesia maju masih diisi ornag yang sama, bisa dipastikan Indonesia sebentar lagi masuk jurang resesi. Doa kita semua agar Tuhan menyelamatkan Indonesia. Bukan hanya dari tangan Jokowi, tapi juga anak buahnya di kementrian sebagai perpanjangan tangan..
Referensi:
- Source : seword.com