'Yerusalem Tidak Untuk Diobral’ Reaksi Keras Presiden Abbas Terhadap Kesepakatan Perdamaian Trump
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam rencana perdamaian Timur Tengah buatan Presiden AS Donald Trump. Ia mengatakan dengan tegas bahwa “Yerusalem tidak untuk diobral’ dan memperingatkan kalau kesepakatan konspirasi tersebut tidak akan disahkan.
“Kesepakatan konspirasi butanmu tidak akan disahkan dan rakyat Palestina akan menolaknya,” Abbas memperingatkan hari Selasa usai Trump merilis rencana perdamaian antara Israel dan Palestina yang sudah lama ditunggu-tunggu.
“Yerusalem tidak untuk diobral.”
Menyebut kesepakatannya “mustahil” diterima rakyat Palestina lantaran dalam kesepakatannya Yerusalem tetap diakui AS sebagai ibukota Israel, Abbas kembali menegaskan sikapnya terhadap kesepakatan ini.
“Tidak, tidak, tidak. Saya tidak setuju dengan kesepakatannya.” Abbas memprediksikan kalau kesepakatan ini akan berakhir menjadi sampah sejarah.
Bersumpah tidak akan tunduk pada penjajahan, Abbas belum lama ini kembali mengumumkan serangkaian negosiasi baru dengan Fatah dan menyatakan bahwa Palestina siap untuk bertemu dengan empat negara Timur Tengah (Middle East Quartet), yang selama dua dekade terkahir ikut andil dalam proses perdamaian Israel-Palestina.
This is what a future State of Palestine can look like, with a capital in parts of East Jerusalem. pic.twitter.com/39vw3pPrAL
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 28, 2020
Sementara itu, Trump telah merilis gambar “peta konsep” yang merepresentasikan isi solusi dua negara buatannya di Twitter. Dalam peta ini terlihat wilayah Tepi Barat yang kian menyempit lantaran diduduki Israel.
Meskipun postingan semacam ini dianggap ilegal dalam hukum internasional, rencana perdamaian buatan Trump justru mengakui pendudukan Israel atas sebagian besar wilayah Tepi Barat.
Dlam peta tersebut terlihat sebuah terowongan yang menghubungkan Tepi Barat dan Gaza, sementara dua bongkahan gurun yang terletak di barat daya Israel dimasukkan ke dalam wilayah Palestina, lengkap dengan sebidang kecil tanah di Gaza.
Untuk diketahui, kesepakatan ini menempatkan ibukota Palestina, yang rencananya berada di Yerusalem Timur, di luar pembatas keamanan yang memisahkan wilayah Arab dari seluruh Yerusalem, yang saat ini merupakan rumah bagi mayoritas penduduk Palestina.
Anehnya, di saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berdiri di samping Trump saat sang presiden AS merilis kesepakatan perdamaiannya, tak satupun perwakilan dari Palestina yang hadir di sana.
Tak tinggal diam, Presiden Palestina Abbas langsung mencaci maki kesepakatan tersebut dan memutus komunikasi dengan AS sejak Trump memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Trump sendiri telah memprediksikan respon ini.
Untuk diketahui sehari sebelumnya, kepada para reporter Trump mengatakan, “kemungkinan besar rakyat Palestina tidak akan menerima kesepakatannya”. Namun begitu, Trump mengisyaratkan bahwa tekanan ekonomi yang siap AS jatuhkan pada Palestina akan membawa negara Arab tersebut kembali ke negosiasinya.
- Source : www.rt.com