Membaca Ketegasan Jokowi Tentang Gerindra Bergabung Partai Koalisi
Seusai acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024, Presiden terlantik, Jokowi, menyatakan di hadapan para pendukung dan relawannya dengan tegas bahwa Partai Gerindra masuk Koalisi Indonesia Hebat. Sebagian para pendukung Jokowi di luar partai koalisi menyatakan pula kekecewaan mereka atas keputusan Jokowi menerima Partai Gerindra menjadi bagian partai koalisi pengusungnya. Pertanyaannya, mengapa para pendukung di luar partai koalisi harus kecewa?
Saya tidak melihat alasan lain bagi para pendukung Jokowi untuk kecewa, kecuali bahwa ternyata para pendukung ini tidak mempercayai keputusan Jokowi. Lebih jauh dari itu, sikap para pendukung Jokowi ini pun bisa diartikan tidak sepenuhnya mempercayai Jokowi sebagai sosok yang mereka dukung. Kalau sudah seperti ini, pilihannya hanya ada satu, berhenti mendukung Jokowi.
Lalu para pendukung ini menyanggah pernyataan saya di atas dengan mengatakan, “Ya, walaupun kita pendukung, tapi tidak semua keputusan atau kebijakan Jokowi harus kita dukung…”. Bagi saya, ini kalimat pembenaran sikap yang mereka ajukan. Kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh seorang atau sekelompok orang yang menyatakan diri mereka “Pendukung”.
Jika suara kekecewaan para pendukung atas keputusan yang dibuat Jokowi terhadap Gerindra terus digaungkan, Jokowi juga bisa menyatakan dirinya kecewa oleh sikap para pendukungnya yang ternyata tidak sepenuhnya mendukung dirinya, kecewa atas sikap para pendukung yang bersebrangan dengan kebijakan-kebijakannya, menentang keputusan-keputusannya.
Karena di dalam bahasa Indonesia, jelas sudah ada beberapa istilah atau kata yang berbeda yang memiliki arti, makna dan fungsi yang berbeda pula untuk digunakan. Orang-orang yang menyatakan kalimat pembenaran sikap seperti kalimat di atas itu, seharusnya menyatakan diri mereka sebagai kelompok “Penilai atau Juri”, bukan “Pendukung”.
Kelompok Penilai atau Juri ini, memiliki hak untuk setuju dan tidak setuju atas apapun yang diputuskan oleh Jokowi, namun tetap saja, kelompok Penilai atau juri tidak memiliki hak untuk menyatakan kekecewaan mereka pada keputusan Jokowi. Karena Penilai atau Juri itu berdiri pada posisi netral!
Para pendukung yang merasa kecewa dengan keputusan Jokowi tentang Partai Gerindra ini sudah lupa, bahwa dalam merumuskan keputusan menerima Partai Gerindra masuk menjadi bagian dari Partai Koalisi Pengusung, pasti sudah dibicarakan bersama dengan Partai-Partai Pengusung lain. Sama halnya seperti ketika Golkar akhirnya memutuskan untuk bergabung mendukung Jokowi di Pilpres 2019, yang pada saat Pilpres 2014, Partai Golkar mendukung Prabowo.
Lalu isu kedua yang dimunculkan adalah juga tentang ketidak setujuan para pendukung tentang adanya kader Partai Gerindra duduk di jajaran Kabinet Kerja jilid II. Ya sama saja. Toh orang yang paling berhak untuk menentukan pilihan siapa yang akan menjadi menteri di kabinet jokowi adalah Jokowi, karena memilih menteri itu adalah hak prerogative presiden. Kok pendukung minta jokowi untuk berempati pada apa yang mereka rasakan terhadap partai eks oposisi.
Pada pidato perdananya saat pelantikan, Presiden Jokowi dengan tegas mengatakan bahwa jika ada menteri yang tidak dapat memberikan laporan keberhasilan “Mendelivery” program yang dicanangkan, dirinya tidak akan segan-segan untuk mencopotnya. Artinya, jikapun pada gelombang pertama ini banyak kader-kader dari partai eks oposisi yang dia tempatkan sebagai menteri, kalau dia tidak mampu memenuhi apa yang Jokowi targetkan, nasibnya akan sama seperti Anies Baswedan dan Rizal Ramli. Tapi kalaupun para menteri ini datang dari partai eks oposisi, dan mereka mampu memenuhi apa yang ditargetkan Jokowi, mereka bisa terus menjabat sebagai menteri.
Kita tidak bisa menutup kesempatan pada putra bangsa yang memiliki potensi hanya karena mereka berasal dari partai eks oposisi. Aturan main Jokowi terhadap kinerja para menterinya sudah jelas. Lalu apa yang harus kita khawatirkan?
Karena selama ini apa yang Jokowi minta dari para pendukungnya hanya satu, yaitu dukungan dan masukan JIKA DIMINTA!! Karena kalau Jokowi sudah memutuskan, saya yakin itu semua sudah dengan perhitungan, dan bukan sekedar keputusan politik semata, atau keputusan abal-abal.
Seperti yang Jokowi katakan, “Layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang. Kita bersama menuju Indonesia maju”, dan itu yang harus menjadi pegangan para pendukungnya. Kalau para pendukung Jokowi masih saja meributkan apa yang sudah diputuskan, ya sudah, kita tinggalkan saja mereka. Yang pasti Jokowi sudah dilantik dan siap untuk bekerja lima tahun ke depan.
- Source : seword.com