Presiden Rouhani Katakan Iran Ingin Menyampaikan Pesan Perdamaian Ke Seluruh Dunia

Pernyataan ini dilontarkan saat presiden Iran tiba di Bandara John F. Kennedy New York untuk ikut menghadiri sidang Majelis Umum PBB yang ke-74.

Dilansir dari media IRNA, hari Senin lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Iran berharap dapat menyampaikan pesan perdamaian dan stabilitas, meliputi pengakhiran intervensi di Teluk Persia dan Timur Tengah kepada dunia.

“Saya akan menyampaikan pesan Iran kepada komunitas internasional. Saat ini rakyat Iran tengah menderita akibat perang ekonomi. Iran sendiri akan terus melawan dan berharap seluruh pihak akan kembali pada komitmennya dan mematuhi hukum yang ada,” Rouhani mengatakan.

Menurut jadwal, Rouhani akan membacakan pidatonya hari ini. Dalam kesempatan itu, sang presiden Iran kabarnya akan mengumumkan gagasan “Perdamaian Hormuz” buatannya yang bertujuan untuk meredakan ketegangan di Teluk Persia.

Seperti yang telah diketahui, ketegangan di Timur Tengah, khususnya di wilayah Teluk meningkat setelah terjadinya serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi pada 14 September lalu. Meski kelompok Houthi telah mengklaim bertanggung jawab atas serangannya, AS dan sekutunya tetap ngotot menyalahkan Iran. Padahal, sudah berulang kali Iran menyangkal terlibat dalam serangannya.

Kondisi di Timur Tengah sendiri tetap panas lantara AS terus melanjutkan kebijakan “tekanan maksimumnya” pada Iran yang dicap sebagai ancaman terhadap perdamaian regional.

Iran Menghindari Sanksi Dengan Menggunakan Cryptocurrency

Setahun Rezim Taliban: Potret Perempuan dan Kemiskinan Afghanistan

Diminta Serahkan Pekerjaan pada Pria, Perempuan Afghanistan Seperti Terkubur Hidup-hidup

Sebagai informasi, sudah sejak awal tahun 2019 AS meningkatkan keberadaan militernya di Timur Tengah dengan dalih melindungi diri dari “ancaman Iran” yang diduga tengah mengembangkan senjata nuklir.

Di Teluk Persia sendiri, beberapa kejadian telah terjadi, meliputi drone mata-mata AS RQ-4A Global Hawk yang ditembak Iran pada bulan Juni karena dianggap telah melanggar wilayah udaranya.

Hingga kini, Iran sudah berulang kali menegaskan bahwa pihaknya tidak menginginkan perang. Bahkan, Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengatakan, kalau Iran memang menginginkan (perang) pihaknya sudah mengembangkan senjata nuklir dari dulu.