Patahkan Stereotype Negara Muslim, Menlu Iran Ucapkan Selamat Natal Di Media Sosial
Menteri Luar Negeri Iran, turut mengucapkan selamat natal dalam akun Twitter pribadi miliknya menggunakan bahasa Inggris. Ia berharap agar semua orang dapat merasakan kedamaian dan kebahagiaan di tahun 2019 mendatang. Untuk diketahui, di Iran tidak ada larangan merayakan natal bagi umat Kristiani.
Zarif, yang sering menuliskan komentar berbau politik dan juga beradu argumen dengan Presiden AS di akun Twitternya, mengutip pernyataan dari Al-Quran untuk ikut memberikan ucapan selamat liburan natal. Ia bahkan sempat mengoreksi kutipan ayat yang ia sematkan setelah followers-nya memberitahu ada sedikit kesalahan pada cuitannya.
The angels said, "Mary, God gives you good tidings of a Word from Him whose name is Messiah, Jesus, son of Mary; high honored shall he be in this world and the next, near stationed to God. (QURAN 3:45)
— Javad Zarif (@JZarif) December 24, 2018
May the blessings of the birth of Jesus usher peace and joy to all in 2019.
“Para malaikat mengatakan, ‘Maryam, Tuhan memberimu kabar barik dari Dia yang bernama Mesias, Yesus putra Maryam; sosok yang akan sangat dihormati di dunia ini dan di kehidupan selanjutnya, dan kelak akan ditempatkan di dekat Tuhan.’ (Quran 3:45) Semoga kelahiran Yesus memberikan kedamaian dan kebahagiaan untuk kita semua di tahun 2019,” bunyi cuitannya.
Yesus sendiri dikenal sebagai salah satu nabi paling berpengaruh dalam agama Islam, namun bukan Tuhan itu sendiri.
Di Iran sendiri, ada lebih dari 300.000 umat Kristiani. Kebanyakan dari mereka merupakan keturunan Armenia dan Asiria, dengan sedikitnya ada 600 gereja di penjuru negeri yang ikut dihias untuk menyambut perayaan natal.
Beberapa kantor media bahkan turut memposting sejumlah video yang memperlihatkan suasana natal di jalanan kota Iran.
Iranian Armenians get prepared to welcome #Christmas in #Tehran#Iran#Armenia pic.twitter.com/UfDdAwk14A
— Press TV (@PressTV) December 23, 2018
Sebagai informasi, umat Krisitani beserta umat minoritas lainnya bebas merayakan upacara keagamaannya di Iran selama mereka tak melanggar aturan di negara tersebut seperti minum minuman beralkohol termasuk di antaranya anggur dan mencoba merayu umat Muslim untuk berpindah keyakinan.
Merayakan natal sebenarnya dapat menimbulkan masalah serius di sejumlah negara Islam seperti Arab Saudi, Somalia dan Brunei.
Tahun ini saja, Arab Saudi jadi sasaran ledekan netizen lantaran menginformasikan komunitas internasional mengenai larangan ketat negaranyanya terkait impor pohon natal dan perayaan natal menjelang musim liburan tiba. Padahal, sebelumnya Arab Saudi sempat menggembar-gemborkan reformasi liberal dan perubahan sosial yang terjadi di negaranya di bawah pimpinan Mohammed bin Salman.
- Source : www.rt.com