Penceramah Intoleran Jangan Diberi Ruang Menebarkan Paham
Rilis yang dikeluarkan Jubir Badan Intelijen Negara (BIN) bahwa beberapa penceramah di masjid-masjid institusi pemerintah telah terpapar paham radikal, menjadi petunjuk bahwa mereka sedang membidik aparat pemerintah dan lembaga resmi sebagai agen mereka.
Agak mudah jika menanggulangi kalangan aparat pemerintah, karena mereka relatif mudah dirangkul dengan pendekatan kedinasan, meskipun hal itu tidak berlaku mutlak. Yang paling dikhawatirkan adalah penularan itu juga dilakukan di masjid-masjid dengan jamaah kalangan umum dan warga biasa.
Menko Polhukam Wiranto mengaku sudah mengetahui adanya 50 penceramah yang terpapar paham radikal. Wiranto menegaskan segala seuatu yang menyangkut paham radikal harus dibersihkan. "Ya bersihkan, awasi, diwaspadai. Kita ajak semua bersihkan itu. Radikalisme, terorisme sampai kapan pun kita bersihkan," kata Wiranto usai menghadiri HUT Paguyuban Jawa Tengah, di TMII, Jakarta Timur, Selasa (20/11/2018). Pemerintah menurut Wiranto sudah melakukan koordinasi untuk mengatasi dan membersihkan paham radikal tersebut. sumber : Wiranto Akan Bersihkan Penceramah Radikal.
Pendekatan yang dilakukan oleh Kementerian Polhukam, sepanjang kadar sifat radikal mereka masih rendah, mungkin cukup dengan cara halus dan pemantauan berkala.
Namun para radikalis itu sesungguhnya tidak bisa hanya dilihat dari isi ceramahnya saja, bisa jadi kadar pesannya mereka kemas sedemikian rupa sehingga pendengarnya tidak sadar kalau telah disusupi paham aneh.
Jika dianalogikan dengan penjual narkoba, dimana mereka pada awalnya menawarkan barang itu dengan gratis, dan dengan dosis ringan. Ketika korbannya mulai ketagihan, maka dosis dan tuntutan bayarannya semakin kencang.
Para penceramah radikal itu juga sepertinya memiliki bakat lebih dari rata-rata, karena ingin menarik minat pendengarnya. Dan seperti terlihat memiliki banyak kelebihan karena berkesan ada muatan berbeda dibanding penceramah pada umumnya.
Badan Intelijen Negara (BIN) mengatakan ada 50 penceramah yang menyebarkan paham radikal di 41 masjid. Para penceramah itu sudah didekati. "Tidak banyak, sekitar 50-an. Ini masih terus kita dekati mudah-mudahan ini bisa," kata jubir Kepala BIN, Wawan Hari Purwanto, di Restoran Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11/2018).
Wawan mengatakan ada tiga kategori radikal, yakni rendah, sedang, dan tinggi. BIN punya pendekatan yang berbeda dari tiap kategori tersebut. "Kalau yang rendah ya masih dalam kategori yang masih ditolerir nilainya. Kalau sedang sudah mulai mengarah ke kuning, kuning itu perlu disikapi lebih. Tapi yang merah artinya sudah parahlah, ini perlu lebih tajam lagi untuk bagaimana menetralisir keadaan," ujarnya. sumber : BIN Sebut Penceramah Radikal Tidak Banyak.
Seperti pada umumnya sebuah hasil penelitian, gejala yang terlihat seperti sebuah puncak gunung es, yang tampak tidak mengkhawatirkan sementara di bawah permukaannya justru merupakan hamparan yang sangat besar, dan bahkan kerap diluar perkiraan.
Indikasi telah meluasnya paham radikal di kalangan masyarakat, cukup kita lihat dari massa yang dengan setia mengikuti aksi-aksi demo bela Islam atau bela Tauhid, dimana mereka dapat dipastikan mendapat backup dari ulama mereka.
Dan tidak semata-mata menawarkan paham di luar Pancasila dalam tata kenegaraan versi mereka, secara terselubung mereka pun berlagak seperti tidak mempermasalahkan ideologi negara kita, namun di balik itu, secara tersirat mendukung agenda mendirikan negara Khilafah seperti yang diusung Hizbut Tahrir.
Untuk menandainya sebenarnya cukup mudah, lihatlah berapa banyak yang rajin mengikuti demo bela Islam, dan lengkap pula dengan atribut yang selalu mereka bawa atau kenakan. Ditambah dengan cara mereka melakukan orasi, adalah cara yang cenderung tidak menggambarkan karakter Pancasila.
Indikasi lainnya, mereka seperti abai dengan himbauan pemerintah, bahwa aksi-aksi seperti itu sudah tidak lagi sesuai dengan momentumnya. Mereka tetap saja melakukan aksinya, karena bukan konteks bela Islam sesungguhnya yang ingin ditunjukkan, melainkan agenda politik, yakni semacam unjuk kekuatan.
Kita sebenarnya cukup yakin bahwa aparat keamanan telah membaca gejala yang terjadi. Pemerintah pun telah memiliki pilihan-pilihan dalam melakukan pendekatan terhadap fenomena tersebut. Harapan kita, semoga cara pemerintah memperlakukan pengusung paham radikal itu, tidak menunda-nunda sampai saatnya terlanjur meluas.
Jika mereka memiliki basis massa yang semakin luas, tentu pendekatannya akan semakin sulit pula. Tekanan kepada para penceramah yang terindikasi radikal dan intoleran, mungkin kadarnya terus ditingkatkan dari waktu ke waktu, sehingga mereka tidak lagi memiliki ruang untuk terus menebarkan pahamnya.
- Source : seword.com