Pelajaran Berharga dari Bohemian Rhapsody
Penulis sekeluarga menonton film biografi Bohemian Rhapsody beberapa hari yang lalu, seisi bioskop ikut menggoyangkan kepala dan menjejakkan kaki seiring lagu-lagu yang dibawakan di dalam film tersebut. Tidak ada yang tidak ikut serta. Di balik semua gegap gempita hidup seorang Freddie Mercury, ternyata ada pelajaran berharga bagi penulis, menyangkut latar belakang keluarga yang akhirnya berpengaruh kepada sikap dan orientasi seksual seorang Freddie. Penulis akan mengungkapkannya melalui pandangan seorang emak-emak yang tentunya terlepas dari segala tetek bengek ilmu pengetahuan ilmiah dan sejenisnya. Cekidot.
Sejak kecil Freddie selalu dekat dengan ibu dan adik perempuannya, sedangkan ayahnya adalah seorang yang tegas dan dingin, sang ayah melalui sikapnya selalu tampak mendiskreditkan Freddie, Freddie selalu salah di mata ayahnya, sedangkan ibunya seperti kebanyakan orang Asia, adalah seorang ibu rumah tangga dengan ketaatan tanpa batas kepada suaminya. Dalam kasus Freddie, sebetulnya sang ayah bermaksud baik ingin supaya Freddie berhasil, tetapi mungkin cara yang ditempuhnya tidak sesuai dengan jiwa sang anak.
Freddie sendiri sebetulnya berusaha menarik perhatian sang ayah, berusaha mati-matian membuat ayahnya bangga, tetapi usahanya tampak tidak pernah bisa membuat ayahnya mengakui bahwa dia bangga kepada Freddie. Freddie mendambakan figur ayah yang mengayomi, yang selalu menyambutnya dengan pelukan dan kasih sayang, yang kalau bisa selalu hadir di saat dia membutuhkan perlindungan, yang membacakan kisah sebelum tidur kepadanya, yang memeluknya saat dia selesai bernyanyi di panggung dan menyebutnya sebagai anak yang hebat. Semua itu tidak pernah didapatkan Freddie. Pelukan terakhir dengan ayahnya mengakhiri kegundahan dihatinya walaupun terlambat, tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Semua orang bertanya-tanya kenapa Freddie mencintai Mary tetapi juga menjalin hubungan dengan pria. Itu bisa terjadi, karena sampai kapanpun Freddie mendambakan perlindungan, pengayoman dan kasih seorang ayah yang tidak pernah dia dapatkan. Dalam hubungannya dengan Mary, Freddie bertindak sebagai pria, sebagai pihak yang memberikan perlindungan dan mengayomi karena dia pria, bukan sebaliknya. Perlindungan dan pengayoman, Freddie dapatkan dari pria-pria yang mendekatinya entah karena berbagai sebab, ada yang karena ingin numpang tenar, ada yang cuma pengen morotin, ada yang penasaran menginginkan pengalaman seksual, dan berbagai macam alasan lainnya. Sebelum bertemu Jim yang sangat kebapakan, tidak ada satupun pria yang betul-betul mengasihi dia apa adanya.
Manusia adalah makhluk sosial, membutuhkan pengakuan, penghargaan dan kasih sayang. Setiap orang pasti menginginkan dikasihi dan dibutuhkan. Demikian juga Freddie. Haus kasih sayang akan pria-pria tipe bapak-bapak menyebabkan dia menjadi petualang cinta, pindah dari satu pria ke pria lain. Hal ini pula yang akhirnya menyebabkan dia terkena virus HIV yang saat itu mulai menyebar luas dan belum ditemukan pengobatan seperti saat ini. Kisah yang hampir sama juga penulis temukan pada beberapa teman penulis dari keluarga yang broken home dengan orang tua tunggal seorang ibu. Merindukan figur ayah yang tidak pernah ada, membuat akhirnya menjalani kehidupan dengan pria yang dianggap memberikan perlindungan dan keamanan yang didambakan.
Semua perjalanan hidup seorang Freddie Mercury membuat kita dapat mengerti kenapa dia tetap menjalin hubungan dekat dengan Mary dan juga Jim sampai akhir hidupnya. Dia membutuhkan Mary, karena dia dapat merasa menjadi seorang laki-laki normal secara publik bila bersama Mary, anak Mary juga diangkat menjadi anaknya. Dia membutuhkan Jim, karena dia merasa kebutuhan akan kasih sayang seorang ayah yang tidak pernah dia dapatkan sejak kecil, dipenuhi secara keseluruhan oleh Jim. Jim bahkan sempat ditawarkan untuk pergi oleh Freddie setelah Freddie tahu dirinya terkena HIV. Jim menolak tawaran itu, dia tetap menyertai Freddie sampai akhir hidupnya.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari film Bohemian Rhapsody bukan hanya lagu-lagu yang luar biasa indah, tetapi juga pelajaran bagaimana menjadi seorang manusia dan bagaimana seharusnya memperlakukan sesama manusia. Pelajaran bagaimana kondisi suatu keluarga akan berdampak jauh pada kehidupan anak-anaknya. Pelajaran bahwa anak yang dianggap aneh atau eksentrik sebenarnya membutuhkan ruang dan kasih sayang bukan penolakan dan penghakiman bahwa dia jelek. Pelajaran bahwa kita harus belajar menerima bahwa setiap orang ada keunikannya. Pelajaran bagaimana menjadi seorang ayah, seorang ibu, seorang pasangan, seorang teman, seorang manajer dan berbagai peran manusia yang ada di sana. Pelajaran bahwa kita tidak boleh menghakimi seseorang hanya berdasarkan satu sisi, entah karena sifat anehnya, entah karena seksualitasnya, entah karena hal lainnya, karena setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, kita tidak tahu apa yang telah orang lain lalui sepanjang kehidupannya.
Kita bisa melakukan banyak hal yang lebih positif. Kita bisa saling menguatkan, saling mendukung, berbahagia bila ada orang yang walaupun antik tapi memiliki talenta istimewa. Kita juga bisa selalu mengingatkan dan menyediakan waktu bagi orang yang ingin membutuhkan. Kita juga bisa memperbaiki sikap dan kehidupan kita dari hari ke hari. Salah satu contoh nyata dilakukan oleh Mary. Saat Freddie tersesat dengan perilaku hedonisnya, Mary tetap berusaha menghubunginya dan akhirnya datang untuk menarik Freddie kembali ke dalam “keluarga” yang mencintainya. Mungkin hanya Mary satu-satunya yang didengarkan Freddie, karena bagi Freddie, Mary saat itu merupakan satu-satunya miliknya yang paling berharga.
Pelajaran akhir yang juga berharga adalah kejujuran. Sepanjang film, sepanjang jalan kehidupan Freddie Mercury, sekeras apapun menjadi The Great Pretender, akhirnya kejujuran tampak, sehingga kata-kata di dalam Bohemian Rhapsody dapat dimengerti.
Image source :
- Source : seword.com