2019: Jokowi, Prabowo dan Upaya HTI Ciptakan Kerusuhan ala 98
Kisruh yang terjadi di Surabaya kemarin, melibatkan kelompok #2019GantiPresiden dan masyarakat Surabaya sedikit banyak telah mampu membuka mata kita tentang banyak hal. Menjawab satu pertanyaan membingungkan, mengapa masih deklarasi ganti Presiden padahal jelas yang bertarung nanti adalah Jokowi melawan Prabowo lagi? kenapa tidak kampanye Prabowo saja?
Saya memantau setiap pergerakan yang terjadi di Surabaya kemarin. Ada dua kejadian yang sepertinya tak sempat diliput oleh media massa dan luput jadi perbincangan sosial media, karena kita begitu fokus pada pernyataan “idiot” oleh Dhani, serta pernyataan temannya yang disinyalir orang FPI mengatakan “Banser idiot.”
Pertama, masyarakat Surabaya sempat emosi ketika salah seorang pengendara menempel stiker #2019GantiPresiden di mobilnya. Kedua, massa #2019GantiPresiden sempat merengsek ke lokasi masjid untuk melakukan kampanye atau deklarasi dengan dalih mau shalat duhur. Kelompok Banser yang juga masuk ke masjid awalnya tak mempermasalahkan hal ini. Tapi melihat gelagat provokasi, maka Banser merespon dan mengusir massa #2019GantiPresiden untuk keluar. Beberapa provokator yang terus memprovokasi sempat dihajar dengan tangan kosong, dipukul mundur.
Menurut informan Seword yang berada di tengah-tengah massa, ada begitu banyak upaya provokasi yang dilancarkan oleh massa #2019GantiPresiden. Mereka coba melakukan tindakan-tindakan melawan hukum dan melawan polisi. Memberontak dan terus menerus memancing emosi polisi yang bertugas.
Tujuan kelompok #2019GantiPresiden ini hanya satu; rusuh. Maka mereka melakukan segala cara agar terjadi kerusuhan di Surabaya. Dan setelah dilakukan analisis secara random, massa ganti Presiden ini merupakan anggota ormas terlarang, HTI.
Hari ini saya mendapat laporan analisis bahwa Pilpres 2019 tidak hanya soal Jokowi atau Prabowo, tapi ada skenario dan upaya kerusuhan yang ingin diulang seperti kejadian tahun 1998. Massa HTI yang sudah resmi dibubarkan oleh pemerintah sedang menunggu momentum ini, agar mereka bisa mengubah sistem demokrasi di Indonesia menjadi khilafah. Jika kerusuhan bisa sebesar tahun 98, ganti sistem demokrasi itu sangat mungkin terjadi. Sehingga HTI bisa meraih cita-citanya menegakkan khilafah di Indonesia.
Bagi kelompok HTI, tidak ada urusan dengan Jokowi ataupun Prabowo. Mereka punya agenda sendiri untuk menciptakan kerusuhan melalui gerakan #2019GantiPresiden. Hanya saja kebetulan saat ini Jokowi yang jadi Presiden, sehingga gerakan tersebut seolah menyerang Jokowi dan menguntungkan Prabowo. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Sekali lagi, agenda mereka hanya satu; khilafah. Dan itu hanya bisa dilakukan jika Indonesia dalam keadaan ricuh, sehingga mereka bisa memperjuangkan pergantian sistem demokrasi. Orang-orang HTI saat ini, sel tidur mereka sudah menempati posisi elit, mereka siap bergerak jika kerusuhan terjadi.
Maka jangan heran kalau hingga saat ini mereka terus melakukan deklarasi-deklarasi di beberapa tempat. Karena mereka memang punya agenda sendiri, bukan untuk mendukung Prabowo. #2019GantiPresiden akan terus memprovokasi dan mencari masalah, harapan dan tujuannya hanya satu, terjadi kerusuhan. Jika satu kota berhasil diprovokasi, maka itu akan diulangi lagi nanti jelang Pilpres. Tapi jika satu kota gagal diprovokasi dan adem-ayem saja, mereka akan coba cara dan pola yang lain untuk menimbulkan kerusuhan. Sampai berhasil. Mereka sadar betul bahwa setiap kota memiliki karakter masyarakat yang berbeda, inilah kenapa mereka pelajari dan terus mencoba aneka pola untuk menciptakan kerusuhan.
Jangan heran kalau massa di beberapa kota bisa dengan mudah digerakkan, karena HTI mengirim anggotanya. Logistik mereka juga luar biasa besar, karena mereka memang jaringan internasional, kurang lebih sama seperti kelompok teroris.
Tapi kenapa Prabowo atau PKS tidak menghentikan pergerakan ini? mengingat ini sudah mengancam Pancasila dan demokrasi? Malah Mardani Ali Sera dengan senyum sempurna membuat video bersama elite HTI dan mengatakan “2019 ganti Presiden, ganti sistem, Allahuakbar,” secara bergantian.
Jika melihat karakter PKS, partai ini sama sekali tidak punya ideologi Pancasila. inilah mengapa mereka konsisten menolak asas tungal Pancasila. Mengaku partai Islam tapi bukan NU dan bukan Muhammadiyah. Mengaku partai politik, tapi tidak bisa menciptakan kader unggul. Sehingga kalau kader PKS memenangkan Pilkada, maka bisa dipastikan wilayah tersebut akan semakin memburuk. Contohnya Jabar dan Sumut.
Secara politik, PKS tak memiliki pendirian. Lihat saja bagaimana 9 nama dan kader terbaik PKS diumumkan serta diperjuangkan untuk menjadi Capres. Kemudian berubah dan menurunkan standarnya menjadi Cawapres pendamping Prabowo. Dan akhirnya mereka tidak mendapat posisi apa-apa. Kenapa bisa begitu? Tanyakan saja kepada uang 500 miliar berkardus-kardus yang diberikan oleh Sandiaga.
Lemahnya ideologi partai, lemahnya pendirian dan sikap, membuat PKS seperti partai yang mudah dibelokkan ke kanan dan ke kiri, tergantung ada kardusnya atau tidak. Kalau anda kader PKS dan tidak terima dengan hal ini, silahkan jelaskan bagaimana ceritanya sebuah partai politik kalah oleh 1 orang kader bernama Fahri Hamzah, malah dituntut 30 miliar.
Bagi lawan-lawan Jokowi, mereka tak memikirkan soal ancaman serius HTI terhadap bangsa ini. Yang penting hastag tersebut menguntungkan mereka dan menyerang Jokowi. Yang penting mereka berkuasa dulu, dan salah satu caranya adalah menggaet suara massa HTI. Peduli apa soal ideologi, sistem dan kerusuhan? Yang penting berkuasa dulu.
Maka jangan heran kalau PAN, PKS dan Gerindra beberapa waktu lalu mendukung HTI mengajukan banding. Sebab secara hitung-hitungan politik, massa HTI ini lumayan besar.
Padahal bagi ormas terlarang HTI, kalaupun Prabowo yang menang, mereka akan tetap mengupayakan rusuh. Karena target mereka bukan mengganti Presiden Jokowi, tapi mengganti sistem demokrasi di Indonesia.
Melihat peta politik dan sosial yang ada sekarang ini, maka tugas kita sebagai masyarakat Indonesia adalah menjaga negeri ini agar tetap kuat, menolak segala aksi #2019GantiPresiden. Selain itu, kita juga harus paham bahwa partai-partai yang dengan sengaja bermain api, menawar-nawar ideologi Pancasila hanya untuk memenuhi hasrat kebelet Presiden, sudah selayaknya kita tenggelamkan. Lebih keras lagi, saya ingin katakan begini, anda boleh memilih partai apapun, asal bukan PKS, karena mereka sudah terang-terangan bersama HTI, menyerukan ganti sistem.
- Source : seword.com