www.zejournal.mobi
Kamis, 28 November 2024

Dilanda Krisis Besar, 75% Tambang Emas Di Afrika Selatan Dianggap Tak Lagi Menguntungkan

Penulis : RT | Editor : Indie | Jumat, 13 Juli 2018 10:52

Industri emas Afrika Selatan yang telah berkiprah selama 140 tahun dan pernah menjadi industri emas terbesar di dunia, saat ini mengalami krisis berat.

Dewan pertambangan negara tersebut mengatakan 75 persen tambang emas tak lagi bisa menghasilkan uang atau singkatnya tak lagi menguntungkan.

Informasi ini diberitahukan saat dewan pertambangan tengah berkumpul dengan para pekerja tambang untuk membahas masalah upah.

Dalam pertemuan yang digelar hari Rabu lalu, diperkirakan ada 200 orang terdiri dari pekerja dan perwakilan pekerja yang diundang dewan pertambangan untuk bernegosiasi.

Akibat krisis ini, persentase PHK di Afrika Selatan meningkat delapan persen dalam dua tahun terakhir.

Motsamai Molthamme, kepala bagian hubungan kerja Dewan Pertambangan turut mengatakan, seluruh pihak perlu menyatukan misi demi menyelamatkan industri pertambangan ini.

Padahal, sebagian besar tambang emas terdalam dan terkaya yang ada di dunia terletak sekitar 40 mil sebelah barat daya kota Johannesburg, Afrika Selatan. Sayangnya, semakin dalam tambang tersebut, semakin mahal pula ongkos penambangannya.

Selain itu, menurut Dewan Pertambangan tambang emas tersebut tak lagi bisa diandalkan karena sudah tua. Terlebih lagi, lokasi tambang yang dalam membuat ongkos produksinya semakin mahal.

Dampaknya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir industri pertambangan emas di Afrika Selatan telah kehilangan 70.000 pekerjanya.

Berbeda dengan kondisinya saat ini, di masa kejayaannya dulu sekitar tahun 1980, industri pertambangan Afrika Selatan mampu menyumbang seperlima dari total PDB negara, sedangkan sekarang industri ini hanya mampu menyumbang 7,3% kepada PDB negara.

“Meningkatnya biaya penambangan tanpa disertai kenaikan harga emas membuat industri ini tak lagi menguntungkan,” ujar dewan pertambangan pada hari Selasa.


Berita Lainnya :


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar