Peringkat Ketahanan Pangan RI Kalah dari Vietnam, Malaysia, dan Thailand
Hari ini, Kamis (20/10/2016), Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) genap 2 tahun memimpin. Masih banyak masalah yang mesti diselesaikan duet Jokowi-JK, salah satunya soal ketahanan pangan.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan saat ini peringkat ketahanan pangan Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
"Indonesia dalam ketahanan pangan menurut Global Food Security Index dari 113 negara, kita masih di peringkat 71. Bandingkan dengan Vietnam di peringkat 57, Malaysia 35, Thailand 51," jelas Heri di kantor INDEF, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Menurut Heri, peringkat tersebut sebenarnya meningkat dibandingkan 2015 lalu yang berada di 76 dari 113 negara.
"Memang naik, tapi hanya naik sedikit. Sebenarnya dalam hal perbandingan paling mudah, yakni membandingkan peringkat Indonesia sesama negara Asia Tenggara. Indonesia jauh tertinggal dari Vietnam dan Thailand. Atau sesama negara berkembang seperti Argentina. Argentina negara yang banyak konflik saja peringkatnya 37," ujar Heri.
Selain peringkat ketahanan pangan, pihaknya juga menyoroti angka impor pangan yang masih tinggi setiap tahunnya. Impor beras bahkan nilai impor periode Januari-Juli, sudah melebihi angka impor setahun penuh pada 2015 lalu.
Dari data BPS, sepanjang periode Januari-Juli 2016, berikut komoditas pangan yang paling besar nilai impor antara lain impor gandum Indonesia tercatat sebesar US$ 1,49 miliar, gula US$ 937 juta, kedelai US$ 571 juta, beras US$ 447 juta, susu US$ 248 juta.
Kemudian impor daging lembu US$ 236 juta, bawang putih US$ 210 juta, jagung US$ 159 juta, garam US$ 41 juta, terigu US$ 30 juta, cabai US$ 20 juta, dan minyak goreng US$14 juta.
- Source : finance.detik.com