www.zejournal.mobi
Jumat, 03 Januari 2025

Tentara Israel menembak mati seorang warga Palestina yang sudah terluka (VIDEO)

Penulis : RT | Editor : Samus | Selasa, 29 Maret 2016 14:09


Tentara Israel yang menembak mati seorang penyerang Palestina yang sudah terluka terlihat berjabatan tangan dengan seorang aktivis Yahudi sayap kanan, sementara tubuh korban dipindahkan dari tempat kejadian.

Video baru tersebut – yang dirilis oleh B’Tselem, Pusat Informasi Israel untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan – menunjukkan tentara tersebut berada di belakang komandannya sementara keduanya berjalan menjauhi tubuh Abdel al-Fattah al-Sharif, yang ditembak pada hari Kamis.

Tentara tersebut kemudian berjabat tangan dengan aktivis sayap kanan Baruch Marzel, mantan pemimpin partai Kach yang telah dilarang, yang telah dicap sebagai kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa dan Israel.

Rekaman tersebut bukan insiden pertama yang tercatat dari pertemuan persahabatan antara kedua pihak; foto yang diambil oleh kantor-kantor berita asing telah menunjukkan tentara tersebut tersenyum bersama Marzel.

Menanggapi laporan dari persahabatan antara tentara tersebut – yang namanya masih dilarang disebutkan dalam perintah pengadilan – dan Marzel, keluarga tentara tersebut dikutip oleh surat kabar Haaretz: “Kami tidak akan mengomentari rumor apapun yang dimaksudkan untuk terus mencoreng citra seorang pejaung IDF yang luar biasa.”

Mereka melanjutkan dengan mengatakan bahwa laporan-laporan tersebut adalah sebuah “gosip murahan yang tidak memiliki hubungan operasional dengan insiden tersebut,” sambil menunjuk langsung ke arah Haaretz.

Tentara tersebut telah dikecam karena telah menembak al-Sharif – yang dilaporkan telah terluka dalam pembalasan karena menusuk seorang tentara IDF – di Hebron pada hari Kamis. Warga Palestina tersebut sedang terbaring di tanah ketika tentara tersebut menembaknya di kepala.

“Sebuah ambulans Israel tiba, namun para petugas medis tidak memberikan pertama kepada warga Palestina tersebut, yang sedang terluka parah. Mereka membawa tentara IDF yang terluka ke dalam ambulans, kemudian saya mendengar suara tentara lainnya sedang bersiap untuk menembak. Ia berjalan ke arah al-Sharif dan menembaknya di kepala,” aktivis hak asasi manusia Emad Abu Shamsia yang merekam video tersebut, mengatakan kepada RT.

Army Radio melaporkan pada hari Minggu bahwa penyelidikan militer menemukan bahwa tentara tersebut mengatakan kepada temannya bahwa “para teroris harus mati” karena telah menusuk seorang tentara. Meskipun upaya untuk menenangkannya, tentara tersebut menembak al-Sharif.

Pengacara tentara tersebut, Ilan Katz, membantah pernyataan tersebut, bersikeras bahwa insiden penembakan itu dilakukan sesuai dengan prosedur militer.

Sementara itu, tentara tersebut dilaporkan mengatakan dalam sebuah percakapan dengan anggota keluarganya menyusul penangkapannya bahwa ia menembak al-Sharif karena ia merasa sedang “terancam nyawanya”, dan khawatir bahwa al-Sharif mungkin mencoba untuk meledakkan dirinya sendiri.

“Ia mengenakan mantel tebal dan karena itu saya takut ia akan berdiri dan meledakkan sabuk peledaknya... setelah saya melihat teroris itu bergerak, saya menembaknya...” The Jerusalem Post mengutip tentara tersebut.

Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ia percaya ia “melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat untuk mencegah hal buruk apa pun yang dapat terjadi.”

Tentara tersebut saat ini sedang diselidiki atas tuduhan pembunuhan, menurut Haaretz, yang mengutip Hakim Letkol Ronen Schur yang mengatakan bahwa ada “kecurigaan bahwa tersangka menembakkan senjatanya secara tidak sah dalam situasi tersebut.”

Pendiri Free Palestina Movement, Paul Larudee mengatakan kepada RT bahwa kekuatan mematikan yang digunakan tentara IDF sebenarnya tidak diperlukan.

“Sebagian besar dari luka-luka tusukan pisau, dalam beberapa kasus yang terjadi, adalah luka ringan dan tidak memerlukan kekuatan mematikan militer untuk menghentikan mereka. Alasannya adalah untuk memprovokasi warga Palestina lainnya. Semakin warga Palestina bereaksi, semakin pihak Israel merasa mereka memiliki pembenaran untuk mengambil tindakan-tindakan yang sangat represif,” katanya.

Namun, jajak pendapat yang diterbitkan oleh Channel 2 News Israel pada hari Sabtu menunjukkan bahwa mayoritas publik (57%) percaya bahwa tidak perlu menahan dan menyelidiki tentara tersebut, dibandingkan 32% lainnya. 42% dari responden menyebutkan perilaku tentara tersebut “bertanggung jawab”, sementara 24% lainnya percaya bahwa insiden tersebut adalah reaksi alami karena ketakutan. Hanya 19% mengatakan bahwa ini adalah penyimpangan dari perintah, sementara hanya 5% yang menetapkan bahwa insiden tersebut sebagai kasus pembunuhan.

Pejabat senior Palestina, Saeb Erekat mengajukan permohonan kepada PBB pada hari Senin meminta untuk secara resmi mengatasi apa yang disebutnya sebagai “eksekusi” di luar hukum dari para warga Palestina oleh Pasukan Pertahanan Israel / Israeli Defense Forces (IDF), menyusul insiden penembakan di Hebron. Ia mengajukan permintaan tersebut selama pertemuan dengan koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian di kawasan tersebut, Nickolay Mladenov.

Setelah pertemuan tersebut, Erekat mengatakan bahwa 207 warga Palestina telah “dieksekusi” oleh Israel sejak bulan September lalu.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar