www.zejournal.mobi
Jumat, 27 Desember 2024

Washington dan Riyadh ‘tidak pernah belajar dari kesalahan mereka’

Penulis : Sputnik News | Editor : Samus | Selasa, 16 Februari 2016 19:00

Operasi militer Arab Saudi di Suriah hanya akan meningkatkan konflik dan memperkuat kelompok-kelompok teroris, kesalahan lainnya oleh Riyadh dan Washington, perwakilan kerajaan Arab tersebut, menurut Seyed Hossein Mousavian, seorang cendekiawan dari Princeton Woodrow Wilson School dan mantan diplomat Iran.

Washington dan Riyadh tidak belajar dari kesalahan mereka, analis tersebut menulis untuk Al-Monitor, menunjukkan bahwa AS sedang berkhayal jika mereka percaya bahwa Suriah akan mengikuti sebuah skenario seperti di Mesir.

“Amerika Serikat mendukun revolusi di Tunisia dan Mesir dan bahkan mendukung Ikhwanul Muslimin. AS membuat sebuah kesalahan dengan percaya bahwa Suriah dapat mengikuti jejak Mesir, meskipun Suriah memiliki keseimbangan sektarian dan politik yang jauh lebih sensitif daripada Mesir dan Tunisia,” tulis Mousavian.

Arab Saudi, Turki dan Qatar membuang hubungan baik mereka dengan Suriah segera setelah mereka melihat kesempatan bagi Salafi dan Ikhwanul Muslimin untuk mengambil alih, berusaha untuk mencapai tujuan mereka dengan cara apa pun, dengan mendukung para ekstrimis untuk menjatuhkan Alawi. Menurut analis tersebut, ini adalah kesalah lainnya.

Mousavian menyatakan bahwa pemerintahan Obama melihat sebuah kesempatan untuk menjatuhkan pemerintah Suriah saat ini, namun kebijakan lima tahun AS di wilayah tersebut telah membuat pengunduran diri Assad ini menjadi tidak mungkin.

Ia menegaskan lebih lanjut bahwa Washington seharusnya tidak membiarkan Duta Besar AS di Suriah, Robert Ford, berpartisipasi dalam demonstrasi yang menentang pemerintah Suriah, karena memberikan sebuah kesan kepada para ekstrimis bahwa Washington berada di pihak mereka.

Namun kegagalan terbesar AS, menurut Mousavian, adalah keputusannya untuk mendelegasikan wewenang atas pembentkan perjanjian Geneva-1 kepada Turki, Arab Saudi dan Qatar. Daripada diplomasi, negara-negara tersebut meluncurkan serangan-serangan militer besar, ditambah dengan dukungan keuangan, dengan menggunakan faksi oposisi Suriah. Assad harus merespon ini dengan semua kapasitas militer yang ia miliki, dan membuang kesempatan bagi sebuah resolusi yang damai.

Oposisi Suriah, menurut definisi apapun, tidak memiliki seorang pemimpin yang kredibel, kata analis tersebut. Tentara Suriah yang sah harus mencari bantuan dari luar, dan konflik tersebut meningkat, yang mengarah kepada krisis pengungsi besar-besar yang menentukan jalannya sejarah pada era ini.

Semua kelompok yang menganggap diri mereka sendiri sebagai “oposisi” bergantung pada sponsor, termasuk afiliasi-afiliasi suku dan daerah, dan mereka sering merubah kesetiaan mereka dan dipimpin oleh para fanatik agama yang mencari tujuan keras, tulis Mousavian.

“Setiap anggota asing ISIS, al-Qaeda dan Jabhat al-Nusra telah memasuki Suriah melalui Turki yang merupakan anggota NATO, di mana banyak kasus mereka diberikan uang, senjata, obat-obatan, wanita dan kamp-kamp pelatihan dan kemudian dikirim ke Suriah,” ia mengusulkan.

Oeprasi Arab Saudi, yang didukung oleh Washington, hanya akan membantu ISIS memperkuat posisi ideologisnya, dan konsekuensinya yang sudah mengerikan ini akan menjadi bencana, kata analis tersebut.


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar