10.000 pengungsi di bawah umur hilang tanpa jejak di Eropa
Dengan diketahuinya kelompok penjahat yang secara terorganisir menyelundupkan anak-anak pengungsi ilegal ke Eropa, Kepolisian Eropa telah mengungkapkan bahwa sebanyak 10.000 pencari suaka di bawah umur telah hilang di wilayah tersebut sejak krisis ini dimulai.
Kepala Kepolisian Uni Eropa, Brian Donald mengumumkan angka ini kepada publik pada hari Senin dan menunjukkan bahwa perkiraan tersebut bersifat “konservatif”. Donald mengatakan bahwa angka tersebut berdasarkan laporan-laporan dari polisi, serta informasi dari pemerintah dan LSM-LSM di Uni Eropa. Penilaian ini mencakup jangka waktu sekitar 12 sampai 18 bulan hingga saat ini, atau sejak awal krisis pengungsi saat ini di Eropa.
Di Swedia, sebuah tujuan yang populer bagi para pengungsi, kira-kira 1.900 dari 55.000 anak-anak tanpa orang tua yang telah ditempatkan di tempat perlindungan telah dikonfirmasikan hilang, menurut statistik yang disediakan oleh Badan Migrasi Swedia. Pihak berwenang Swedia telah mengakui bahwa mereka memiliki sangat sedikit informasi mengenai nasib dari anak-anak yang hilang ini.
Donald menunjukkan bahwa pihak berwenang khawatir bahwa anak-anak yang hilang ini mungkin telah berada di tangan kelompok-kelompok kriminal terorganisis yang beroperasi di Uni Eropa.
“Mereka telah hilang dalam sistem pengawasan,” katanya. “Kami tahu bahwa ada orang-orang di luar sana yang akan mengeksploitasi anak di bawah umur. Kami tahu ada orang yang akan membawa mereka dan menggunakan mereka untuk tujuan mereka sendiri.”
Amir Hashemi-Nik, seroang anggota Administrasi Wilayah Stockholm menegaskan pernyataan tersebut, dan menambahkan bahwa “banyak” dari anak-anak yang hilang di Swedia telah menjadi sasaran berbagai macam aktivitas perdagangan manusia, termasuk prostitusi dan mengemis.
Kelompok kegiatan amal yang berbasis di Inggris, Save the Children melaporkan bahwa sekitar 26.000 anak-anak tanpa orang tua memasuki Uni Eropa pada tahun 2015. Kelompok ini menegaskan bahwa anak-anak tersebut secara langsung ditargetkan oleh peneyerang seksual dan perdagangan manusia. Meskipun adanya desakan dari kelompok tersebut kepada pemerintah Inggris untuk mengakomodasi 3.000 dari anak di bawah umur ini, otoritas negara mengatakan bahwa mereka lebih suka berfokus pada kebutuhan anak-anak di kamp-kamp pengungsian di Timur Tengah.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) di Italia mendokumentasikan bahwa 12.360 anak-anak tanpa orang tua telah diselamatkan ketika mencoba untuk mencapai Eropa melalui jalur laut. Berapa banyak dari mereka yang telah hilang sejak penyelamatan tersebut tidaklah diketahui.
“Belum ada kepastian mengenai keberadaan mereka,” juru bicara UNHCR, Carlotta Sami mengaku, menambahkan bahwa banyak anak-anak terus pindah ke bagian utara Eropa setelah mencapai Italia.
Michele Prosperi, seorang juru bicara dari Save the Children Italia, mengatakan bahwa “kekhawatiran” yang disuarakan oleh Europol adalah benar, karena hilangnya anak-anak ini secara otomatis memutuskan sistem perlindungan pengungsi, menempatkan diri mereka dalam “kondisi yang rentan”, dan mangsa yang empuk bagi kelompok-kelompok kriminal.
Para analis Eruropol menegaskan bahwa kelompok-kelompok kriminal yang terorganisir di Eropa telah mengambil keuntungan dari situasi yang sedang berlangsung.
“Mereka sangat mahir membuat perubahan yang mencerminkan situasi saat ini. Jadi jika pasar bagi mereka berubah maka mereka akan mengikuti pasar tersebut dan pada saat ini bidang eksploitasi yang tersedia secara luas adalah untuk mengeksploitasi para pengungsi.”
- Source : sputniknews.com