Israel VS Iran: Israel Kalah
Hari ini saya sudah memposting analisis yang sangat baik dari kegagalan Amerika Serikat untuk membuat Iran tunduk pada kehendaknya: yang satu oleh Alexander Mercouris, yang lainnya Soraya Sepahpour Ulrich. Saya tidak akan mengulangi argumen mereka di sini, terutama karena keduanya melihat ini sebagai konflik antara AS dan Iran, sedangkan saya melihatnya bahwa ini adalah konflik antara Israel dan Iran di mana Israel telah berusaha, namun gagal, untuk membuat AS untuk bertempur demi kepentingannya. Hal ini juga, meskipun untuk tingkat yang lebih rendah, sebuah konflik dari House of Saud melawan Iran, dan KSA adalah pecundang besar lainnya di sini. Namun pertama-tama, mari kita lihat penyebab sebenarnya dari konfrontasi ini.
Pertama dan yang terutama, saya tidak pernah mengakui bahwa di balik ini adalah program nuklir militer Iran. Sementara tidak ada keraguan bahwa Iran telah berusaha untuk menguasai sejumlah teknologi nuklir selama bertahun-tahun, dan sementara beberapa dari teknologi tersebut dapat dibayangkan digunakan untuk tujuan militer, saya benar-benar yakin bahwa para Pelobi AS Israel dan para neokon telah menggunakan masalah ini sebagai dalih untuk memicu konfrontasi antara Iran dan AS. Mengapa saya mengatakan ini? Karena dua alasan:
Pertama, tidak pernah ada bukti nyata dari program nuklir militer Iran, namun bahkan yang lebih penting adalah bahwa Iran tidak pernah memiliki kebutuhan untuk senjata nuklir. Banyak propaganda anti-iran secara langsung didasarkan pada gagasan bahwa memiliki senjata nuklir tersebut sangat diinginkan, menghasilkan beberapa keuntungan besar dan bahwa semua negara ingin mendapatkan senjata nuklir ini. Ini adalah omong kosong. Pada kenyataannya, memiliki beberapa perangkat nuklir hanya akan mengubah perangkat ini menjadi sebuah target prioritas tinggi untuk dihancurkan oleh AS dan/atau Israel. Dan bahkan jika, dengan beberapa keajaiban, Iran berhasil menyembunyikan perangkat ini saat menempatkannya pada rudal-rudal atau pesawat, menggunakan salah satu alat tersebut akan menjamin pembalasan besar-besaran dari Kekaisaran. Apa gunanya memiliki beberapa perangkat nuklir jika Israel memiliki ratusan? Akhirnya, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei telah menyatakan berkali-kali bahwa senjata nuklir dilarang bagi negara Iran karena senjata-senjata ini tidak Islami. Namun ktia begitu terbiasa dikendalikan oleh para politisi bahwa kita telah kehilangan kemampuan untuk membayangkan bahwa setiap pemimpin dapat benar-benar mengatakan kebenaran, dipandu oleh hati nuraninya atau, bahkan keyakinannya. Jadi kita mengabaikan semua ini.
Kedua, ancaman yang benar-benar ditimbulkan oleh Iran terhadap Israel dan KSA bukanlah senjata nuklir – ancaman tersebut terletak pada peradaban dan negara itu sendiri. Pikirkanlah:
Iran adalah sebuah Republik Islam dan satu-satunya negara di planet ini yang telah berani secara terbuka menentang Israel dan AS. Tidak hanya itu, Iran juga merupakan negara model dari Islam yang berbedari dari Wahabi Arab Saudi. Iran adalah sebuah negara yang telah bertahan peperangan yang dilancarkan oleh upaya bersama oleh AS, Uni Soviet, Perancis dan Irak, yang menang melawan penguasa Baath paling kuat di Timur Tengah, dan yang kemudian melanjutkan untuk mempertahankan perekonomian dan politiknya terlepas dari sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh semua negara industri di planet ini selam puluhan tahun. Selanjutnya, dan berbeda dengan semua negara Arab dan Muslim lainnya, Iran adalah satu-satunya yang seperti biasa benar-benar mendukung perjuangan Palestina dan yang telah memberikan dukungan penting bagi gerakan pembebasan nasional yang paling tangguh di planet ini: Hizbullah. Jadi ya, Iran sangat sangat berbahaya bagi Israel dan Arab Saudi.
Inilah sebabnya mengapa sejak kira-kira tahun 2002 komplotan aktor AS, neokonservatif, pelobi Israel, dan negara Israel sendiri serta, tentu saja Arab Saudi telah memulai kampanye besar-besaran untuk memaksa Iran bertekuk lutut dan menyerah pada tuntutan-tuntutan konyol yang melampai mandat NPT (catatan: sementara Iran selalu menjadi anggota dalam performa yang baik dari NPT, Israel tidak pernah menerima untuk menjadi anggotanya, namun kemudian, Israel bukanlah “negara penipu” melainkan “satu-satunya demokrasi yang ada di Timur Tengah”, kan?).
Kemudian hal-hal ini mulai mendapatkan momentum mereka sendiri: jika Kekaisaran dan Israel telah memutuskan bahwa Iran baik harus mematuhi atau menjadi hancur (secara militer atau ekonomi) maka ini benar-benar harus terjadi. Namun, tentu saja, ini tidak terjadi. Jadi menghancurkan Iran segera menjadi tujuan dalam dirinya sendiri: untuk membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menentang Kekaisaran AngloZionis ini dan tetap bertahan. Iran, tentu saja, tidak hanya akan bertahan namun akan menjadi makmur. Dan berkat kebijakan fantastis AS dan Israel, Iran justru berhasil meningkatkan pengaruhnya di kawasan tersebut, terutama setelahi invasi AS di Irak. Tidak hanya Iran telah menjadi pemeran kunci di Irak, namun berkat kemenangan Hizbullah melawan “Tsahal yang tak terkalahkan” pada tahun 2006, Iran juga menjadi sekutu dan pelindung kekuatan militer satu-satunya di kawasan tersebut yang seorang diri telah mengalahkan negara Zionis.
Adapun Arab Saudi, mereka takut akan koalisi Rusia-Iran-Hizbullah ini, yang mereka percaya mengancam mereka, dan perang anti-Syiah mereka di Bahrain, Yaman, Suriah, Lebanon dan Irak. Arab Saudi juga takut pada fakta bahwa Iran adalah sebuah bukti bahwa sebuah megara Islam tidak harus menjadi rezim yang tidak maju, primitif dan menindas, namun bahwa Islam tersebut, modernitas dan kekuatan orang-orang dapat hidup berdampingan dan berhasil digabungkan (di sinilah kegagalan para elit Iran yang didukung oleh CIA untuk menggulingkan Republik Islam Iran selama “Revolusi Gucci”).
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Israel dan Arab Saudi benar-benar marah pada kesepakatan yang dinegosiasikan antara Iran dan P5+1. Untuk kedua negara ini, pencabutan sanksi terhadap Iran, bahkan dikombinasikan dengan pengenaan “sanksi-sanksi mini” baru oleh AS, merupakan sebuah kegagalan dari upaya anti-Iran yang telah berjalan selama puluhan tahun.
Ini adalah kedua kalinya Obama telah setuju untuk pada dasarnya menukar sesuatu dengan yang tidak ada: yang pertama, Obama harus membatalkan sebuah serangan AS terhadap Suriah dalam pertukarannya untuk memusnahkan senjata kimia Suriah yang sama sekali sebenarnya tidak berguna, dan sekarang Obama mengangkat sanksi-sanksi tersebut dalam pertukarannya untuk pemantauan program nuklir militer Iran yang sebenarnya tidak ada. Israel memahami hal ini, dan tidak mengherankan jika mereka sangat membenci Obama.
Saya berharap saya salah, namun saya tidak bisa membayangkan orang-orang Israel dan Arab Saudi akan menerima situasi seperti ini. Tidak akan mungkin orang-orang gila Wahabi dan Zionis akan mengizinkan Iran untuk mempermalukan mereka dan terus berkembang serta tumbuh telah di “halaman belakang” mereka (dari sudut pandang mereka, tentunya).
Dalam syarat-syarat militer murni, baik Israel maupun KSA tidak memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil menyerang Iran. Israel bahkan tidak mampu mengendalikan sebuah kota kecil Lebanon tepat di seberang perbatasan mereka sendiri (Bint Jbeil) meskipun mereka telah mencobanya selama 33 hari. Adapun orang-orang Arab Saudi yang sangat kaya bahkan tidak mampu mengalahkan pasukan Houthi yang miskin di Yaman. Jika ada, Israel dan KSA adalah bukti bahwa uang dan persenjataan yang mahal dan berteknologi tinggi bukanlah faktor yang membangun kekuatan militer yang kuat. Bandingkan mereka dengan orang-orang Iran yang melatih Hizbullah.
Adapun angkatan bersenjata AS, mereka kewalahan, terlalu berkomitmen dan hampir kehilangan kendali atas beberapa posisi di Irak dan Afghanistan, dan mereka juga tidak memiliki apa yang diperlukan untuk melawan Iran, setidaknya di daratan. Dan, mari kita bersikap jujur di sini, angkatan bersenjata AS jauh lebih baik dalam mengelola “PR drives” dengan visibilitas tinggi yang melibatkan beberaoa APCS dan umvee di Baltik, Ukraina dan Polandia daripada melawan musuh yang memiliki tekad tinggi. Jadi meskipun kebanyakan calon presiden AS mengatakan tentang “menghadapi Rusia”, kenyataannya adalah bahwa AS tidak bisa melakukan lebih dari membom negara seperti Serbia, dan bahkan pemboman ini mengambil dukungan penuh dari NATO dan berakhir pada sebuah kegagalan yang hina (setidaknya dari sudut pandang militer yang murni).
Inilah mengapa Kekaisaran harus beralih dan menggunakan trik-trik tradisional yang kotor: serangan-serangan palsu, mendukung berbagai kelompok teroris, subversi Republik Islam dengan cara menyuap para elit lokal, sabotase, kampanye “hak asasi manusia” palsu, dukungan untuk “hak-hak kaum gay”, mempersenjatai kelompok separatis, dll.
Tapi, setidaknya untuk saat ini, ini adalah sebuah kemenangan besar bagi Iran dan kekalahan yang besar bagi Israel: Zionis kasihan ini telah dirampok tidak oleh satu, tapi dua peperangan yang sangat mereka iniginkan, dan bahkan “kesuksesan” mereka di Libya tidak cukup dapat menghibur. Saya dapat mendengar teriakan-teriakan putus asa bahkan dari sini.
- Source : www.unz.com