Berlawanan dengan klaim media, AS selalu berada di sisi Arab Saudi
Masyarakat Barat, terutama di Eropa, sekarang lebih suka berhubungan baik dengan Iran daripada dengan Arab Saudi. Ini adalah sebuah perkembangan alami bila kita melihat bahwa para teroris jihad merupakan masalah yang nyata dan bahwa orang-orang yang terlibat dalam kebanyakan peristiwa terorisme mengikuti ideologi Wahabi yang sama disebarkan oleh Arab Saudi.
Sekarang hal ini berkembang menjadi masalah bagi pemerintah AS. Arab Saudi, seperti negara-negara Teluk lainnya adala negara klien AS. Tanpa dukungan dari AS negara tersebut mungkin sudah hilang sejak lama. Pihak Arab Saudi dipaksa untuk membayar keamanan AS dengan membeli sistem-sistem persenjataan AS yang mahal, miliaran dolar per tahun nya. Mereka juga membiayai proyek-proyek bersama seperti peperangan melawan Soviet di Afghanistan dan saat perang perubahan rezim AS di Suriah.
Hubungan AS dengan Iran telah menjadi agak lebih baik karena adanya kesepakatan nuklir. Namun Republik Islam Iran tidak akan pernah menjadi negara klien AS. Dilihat dari perspektif persaingan global, Iran berada di pihak yang sama dengan musuh-musuh AS, seperti Rusia dan China. Kecuali AS menghentikan perjuangannya untuk menguasai dunia, negara tersebut akan terus mendukung perwakilannya pada sisi barat Teluk Persia ketimbang Iran dari sisi timur.
Pandangan publik yang telah berubah, sangat terlihat setelah eksekusi Nimr al-Nimr baru-baru ini oleh Arab Saudi, mengharuskan untuk memberikan kedok pada posisi AS yang sebenarnya dengan menyatakan bahwa pihaknya menentang kebijakan-kebijakan Arab Saudi. Para stenograf media AS selalu bersedia untuk membantu pemerintah mereka ketika diharuskan adanya kedok bagi posisi mereka.
Di Washington Post, Karen De Young mendukung pemerintahan dengan menyediakan kebohongan ini:
Amerika Serikat telah lama bergabung dengan organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional dan pemerintah Barat lainnya dalam mengkritik pelanggaran HAM Arab Saudi..
Koleganya, David Sanger di New York Times membantah omong kosong itu dengan referensi yang langka dengan kenyataan:
Amerika Serikat biasanya memalingkan wajahnya atau mengeluarkan peringatan hati-hati yag terkalibrasi dalam laporan-laporan hak asasi manusia, di saat keluarga kerajaan Arab Saudi menindak keras perbedaan pendapat dan kebebasan berbicara serta memungkinkan para elit mereka untuk mendanai para ekstrimis Islam.
Sanger kemudian menggantikan kebohongan “dukungan hak asasi manusia di Arab Saudi” dengan suatu berita yang terang-terangan:
pemerintah telah [...] menjadi sangat kritis terhadap intervensi Arab Saudi di Yaman.
Pemerintah Obama sejak bulan Maret lalu menyediakan penjualan senjata, dukungan logistik, penargetan intelijen, pengisian bahan bakar udara dan proses pencarian dan penyelamatan yang dipercepat bagi perang Arab Saudi di Yaman. Angkatan lautnya membantu dengan memblokade pantai-pantai Yaman. Bagaimana bisa pemerintahan Obama menjadi “sangat kritis” dengan perang Arab Saudi di Yaman ketika menyediakan sarana yang penting bagi perang tersebut?
Sejak hari Minggu telah ada setidaknya 11 serangan udara Arab Saudi di Sanaa, ibukota Yaman. Semalam, aula pernikahan lainnya (Commerce Chamber dan Al-Noor Center for the Blind) dihancurkan oleh bom-bom Arab Saudi yang disediakan oleh AS. Saya tidak yakin bahwa kita akan mendengar pengutukan yang “sangat kritis” atas pemboman infrastruktur sipil tersebut dari para pejabat AS.
Dalam konflik Saudi-Iran, AS mendukung dan mendesak Arab Saudi karena konflik tersebut adalah salah satu kepentingan geopolitik nya. Para jihadis yang dibiayai oleh Arab Saudi telah sangat membantu dalam mencapai tujuan geopolitik AS pada tahun 1980-an di Afghanistan melawan Soviet, di Yugoslavia, di Chechnya dan sekaran di Suriah melawan Rusia dan di Xinjiang melawan China. Tidak ada ruang bagi hak asasi manusia dalam kerangka agenda tersebut. Meskipun demikian, agenda ini memiliki ruang bagi miliaran penjualan senjata dan jutaan yang diberikan oleh Arab Saudi untuk AS dan para politisi Inggris serta bag hubungan masyarakat.
Editor palsu dari New York Times tersebut mengklaim tidak ada pilihan lain bagi AS selain melakukan apa yang dilakukan nya:
Realitas yang rumit dan bergejolaj dari Timur Tengah tidak memberikan Amerika Serikat atau Uni Eropa pilihan untuk memilih atau menolak para sekutu berdasarkan kriteria moral. Washington tidak memiliki pilihan selain berurusan dengan rezim-rezim seperti di Teheran [...] atau di Riyadh untuk memerangi ancaman berbahaya yang jelas dan nyata ditimbulkan oleh para ekstrimis Islam atau untuk mencari solusi untuk konflik besar-besaran atas konflik destabilisasi besar-besaran seperti perang sipil di Suriah.
Ini adalah omong kosong. AS telah berupaya untuk mengubah rezim di Suriah setidaknya sejak tahun 2006. AS memungkinkan “bahaya yang ada dan jelas dari para ekstrimis Islam” melalui aliansi nya dengan al-Qaeda. AS selalu memiliki pilihan untuk berhenti mencampuri urusan di Timur Tengah dan tempat-empat lain dan memberikan keuntungan bagi warga negaranya serta mereka yang tinggal di Timur Tengah.
Media AS berbohong ketika mereka menggambarkan AS sebagai entitas baik hati yang tersandung di Timur Tengah dan daerah lainnya dalam gelap oleh Arab Saudi dan Israel. Kenyataannya adalah bahwa AS lah sebagai negara adidaya kejam yang memungkinkan munculnya pihak-pihak barbar yang ada.
- Source : www.moonofalabama.org