Pertikaian sektarian berlangsung sementara Bahrain memutuskan hubungan dengan Iran
Selama akhir pekan, sebuah kejutan geopolitik terjadi di Timur Tengah di mana eksekusi seorang ulama Syiah terkemuka di Arab Saudi menggerakan serangkaian peristiwa yang menyebabkan Riyadh untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.
Aksi-aksi protes terjadi segera setelah berita kematian Sheikh Nimr al-Nimr disiarkan di saluran-saluran berita. Ketegangan mencapai titik didihnya pada Sabtu malam di Teheran di mana para demonstran membakar kantor kedutaan Arab Saudi. Di Bahrain, umat Syiah yang marah membakar ban-ban dan melawan para polisi anti huru hara yang menggunakan gas air mata untuk membubarkannya.
Seperti yang dicatat oleh BBC, Bahrain “telah sering menuduh Iran mendukung pemberontakan Syiah yang berkobar dan menyusul Pemberontakan Arab regional pada tahun 2011 (Arab Spring uprising).”
“Otoritas Sunni Bahrain yang didukung oleh Arab Saudi menghentikan aksi-aksi protes yang dipimpin oleh mayoritas Syiah tak lama setelah aksi-aksi ini meletus pada tanggal 14 Februari 2011, memberikan isyarat bagi Pemberontakan Arab Spring di Timur Tengah dan Afrika Utara,” tulis al-Jazeera pada bulan Februari tahun itu ketika ratusan orang turun ke jalan-jalan Manama untuk memperingati peringatan Pemberontakan Arab Spring. “Ketegangan semakin meningkat di kerajaan di mana perpecahan sektarian semakin dalam dan ada kesenjangan yang tumbuh antara pemerintah minoritas Sunni dan mayoritas Syiah pulau tersebut.
Pada hari Senin, Bahrain mengikuti jejak Arab Saudi dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. “Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada hari Senin, memperdalam perpecahan sektarian di kawasan tersebut mengikuti eksekusi dari seorang ulama Syiah terkemuka di Arab Saudi,” WSJ melaporkan, menambahkan bahwa negara tersebut “menuduh Iran mencampuri urusan Bahrain dan negara-negara sekutunya, dan memerintahkan semua anggota utusan dari Iran untuk segera meninggalkan negara tersebut dalam waktu 48 jam.”
Dan ini bukan hanya Bahrain. Seperti yang diperkirakan selama akhir pekan, ini telah berubah dengan cepat menjadi konflik sektarian yang meletus dengan UAE yang mengurangi perwakilan diplomatik nya di Iran dan Sudan yang mengusir duta besar Iran.Duta Besar UAE, Saif Al Zaabi dipanggil untuk kembali,” Bloomberg melaporkan. “Langkah luar biasa yang diambil oleh UAE disaat Iran ‘mengintervensi’ di kawasan Teluk, urusan internal negara-negara Arab,” kementerian luar negeri mengatakan. Untuk bagiannya, Kuwait mengatakan bahwa pihaknya mendukung “semua langkah yang diambil oleh Arab Saudi untuk menjaga keamanan dan stabilitas.”
Sementara itu, Teheran mengatakan bahwa Riyadh menggunakan api untuk mengaburkan kejahatan mereka sendiri. “Iran telah bertindak sesuai dengan (diplomatik) kewajibannya untuk mengendalikan gelombang emosi populer luas yang muncul,” kata juru bicara kementerian luar negeri Hossein Jaberi Ansari pada hari Senin.
“Keuntungan dan perkembangan Arab Saudi dalam perpanjangan ketegangan telah menggunakan insiden-insiden ini sebagai alasan untuk menyulut ketegangan tersebut,” tambahnya.
Ingat apa yang kami katakan pada hari Minggu malam:
Juga penting untuk mengetahui menggelikannya Arab Saudi untuk mengatakan bahwa Iran lah yang “menyebarkan kekacauan dan sektarianisme” di wilayah tersebut. Pada akhirnya, bukan hanya Iran yang mengeksekusi anggota sekte lain yang terkemuka, dan bukan Iran yang mengajarkan interpretasi berbahaya mengenai Islam yang sangat fanatik, yang sama dengan para ekstrimis Sunni gunakan untuk membenarkan eksekusi mereka terhadap orang-orang yang murtad. Selain itu, bukanlah Iran yang mendestabilisasi Suriah dengan menyulut api perselisihan sektarian.
“Bahrain juga memberikan para anggota utusan Iran waktu 48 jam untuk meninggalkan negara tersebut, dan berencana untuk menutup perutusannya di Teheran,” Bloomberg menulis sebelum menggarisbawahi kemunafikan dari negara-negara Teluk dengan penilaian atas pemikiran Bahrain: “Langkah tersebut diambil dalam menanggapi intervensi Iran di Bahrain dan negara-negara Teluk lainnya. Bahrain menuduh Iran mendanai, mendukung dan mempersenjatai para ‘teroris dan ekstrimis’ serta menghasut perselisihan di wilayah ini.”
Dan berbicara mengenai kelompok-kelompok yang didukung oleh Arab Saudi dan yang beberapa analis menyebutnya sebagai “ekstrimis”, Jaish al Islam memberikan dukungannya di balik langkah Riyadh unutk memutuskan hubungan dengan Iran. Anda akan ingat bahwa Jaish al Islam secara aktif mengendalikan Ghota yang merupakan tempat terkenal pada serangan senjata kimia sarin pada tahun 2013 di Suriah. Akhir bulan lalu, pemimpin kelompok tersebut, Zahran Alloush tewas oleh serangan Rusia dalam apa yang dianggap sebagai pukulan serius bagi pemberontak oleh banyak pihak. Iran “mengancam keamanan wilayah dengan mengirim militan yang menyebar kehancuran dan kematian serta dipenuhi dengan dendam sektarian”, kata kelompok tersebut, sebuah penilaian yang berlaku lebih kepada Arab Saudi daripada Iran.
Dapat ditebak, Irak melihat reaksi terhadap penduduk Sunni di negaranya. Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, “setidaknya dua masjid Muslim Sunni telah diserang dan dua orang tewas dalam pembalasan yang jelas atas eksekusi seorang ulama senior Syiah di Arab Saudi yang diperintah oleh Muslim Sunni.” Berikut ini yang lebih berwarna:
Serangan terhadap Masjid Ammar bin yasir di tengah kota Hilla menghancurkan kubah dan beberapa dindingnya, menurut seoran kameramen TV Reuters yang mengunjungi lokasi kejadian. Anggota dewan provinsi Falah al-Khafaji dan sumber dari kepolisian mengatakan seorang penjaga di dalam masjid juga tewas.
“Kami lihat asap mengepul dari kubah masjid. Kami menemukan semua dinding hancur dan mebel-mebel hancur di dalamnya,” kata Uday Hassan Ali, seorang warga setempat.
Masjid lain di pinggiran utara kota Hilla, Masjid al-Fath al-Mubeen juga diserang, sumber Khafaji dan kepolisian mengatakan.
Seorang ulama Sunni lokal tewas dalam insiden terpisah di Iskandariyah, sekitar 40 km bagian selatan dari Baghdad, mereka menambahkan.
Jadi inilah: sebuah pertikaian besar sektarian. Kita tidak boleh meremehkan parahnya dari apa yang berlangsung di wilayah ini.
Jangan lupa bahwa banyak dari negara-negara ini secara efektif sudah berperang dengan Iran di Suriah dan Yaman. Pertimbangkan juga bahwa ini mungkin akan menginspirasikan aksi-aksi protes lebih lanjut oleh warga Syiah yang tertindas di negara-negara Teluk – terutama karena sebentar lagi adalah peringatan lima tahun Pemberontakan Arab Spring. Lemparkan dalam kenyataan bahwa Iran akan mendapatkan dorongan ekonomi atas pencabutan sanksi-sanksi internasionalnya dan Anda akan melihat apa yang diperlukan dari dinamika yang membentuk keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.
- Source : www.zerohedge.com