Tujuh orang Kurdi tewas dalam bentrokan dengan pasukan Turki sementara tindakan keras Ankara berlanjut
Tujuh orang Kurdi tewas setelah bentrokan dengan pasukan keamanan Turki di bagian tenggara negara tersebut. Dua tewas di kota Diyarbakir ketika para demonstran berjuang melawan polisi, sementara lima lainnya tewas di provinsi Mardin.
Sekitar 5.000 orang berkumpul untuk sebuah unjuk rasa di Diyarbakir pada hari Senin menurut AP, yang dikerahkan oleh Partai Demokrasi Rakyat (HDP). Mereka tidak senang dengan jam malam yang diberlakukan di wilayah tersebut. Provinsi Diyarbakir di sebelah tenggara Turki adalah markas pihak Kurdi di negara tersebut.
Namun, aksi protes tersebut berubah menjadi aksi kekerasan, dengan para polisi yang menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan para demonstran. Dua orang tewas ketika pihak kepolisian bentrok dengan kerumunan demonstran, seorang petugas rumah sakit dan para saksi mengatakan dan dikutip oleh Reuters.
Ada laporan-laporan di media sosial bahwa polisi Turki menembak mati dua pengunjuk rasa Kurdi.
Sementara itu, di distrik Dargecit provinsi Mardin, lima orang Kurdi terbunuh. Wilayah ini diberlakukan jam malam menurut para petugas keamanan, namun tidak ada informasi bagaimana lima orang tersebut terbunuh.
Pemerintah mengatakan bahwa aksi-aksi protes di Diyarbakir ini adalah ilegal, sementara kehidupan sehari-hari di kota telah menjadi lebih sulit. Sejumlah toko ditutup, layanan transportasi yang buruk dan penumpukan sampah yang tak terbendung.
Para pemuda dengan syal yang menutupi wajah mereka mencoba untuk memblokir jalan-jalan dengan tumpukan batu bata dan kayu yang dibakar sebelum polisi mengejar mereka di pinggiran jalan, Reuters melaporkan.
Seorang kolumnis dan penulsi yang berbasis di Diyarbakir, Nurcan Baysal memperingatkan bahwa tingkat kekerasan di provinsi ini akan meningkat jika pemerintah Turki tetap akan memberlakukan jam malam.
“Situasi saat ini benar-benar buruk. Ada banyak bentrokan di berbagai belahan Diyarbakir,” katanya.
Menurut Baysal, bentrokan-bentrokan tersebar di seluruh kota setelah aksi unjuk rasa ditangani oleh “kekerasan polisi”.
Pihak Kurdi memprotes tindakan jam malam tersebut karena “tidak hanya Anda tidak dapat keluar dari rumah Anda... Tidak ada makanan. Tidak ada air. Tidak ada listrik. Mereka mengambil semuanya,” jelasnya.
“Jika jam malam ini berlanjut di beberapa tempat warga Kurdi, saya rasa kekerasan tersebut akan meningkat,” kata kolumnis tersebut.
Ia juga mendesak otoritas Turki untuk “berhenti memberi dukungan kepada ISIS; dan bergabung dengan orang-orang Kurdi dalam pertempuran” melawan para teroris di Suriah.
Milisi Kurdi, yang memerangi ISIS, “adalah para pemuda Kurdi di Turki” karena peristiwa-peristiwa di Suriah secara langsung terkait dengan proses perdamaian antara pihak Kurdi di Turki dengan pemerintah Ankara, kata Baysal.
Jam malam dan keamanan yang ketat juga telah diberlakukan di sekitar provinsi Sirnak. “Jam malam tersebut dinyatakan akan menetralisir para anggota kelompok teror separatis, membersihkan barikade dan selokan-selokan yang dipasang bahan peledak... dan mengamankan ketenteraman umum,” kata kantor gubernur Sirnak dalam sebuah pernyataan, seperti yang dikutip oleh Reuters.
Yayasan HAM Turki mengatakan bahwa telah ada 52 jam malam yang diberlakukan sejak pertengahan Agustus di tujuh provinsi wilayah tersebut, yang mempengaruhi kehidupan sekitar 1,3 juta orang di daerah ini.
Ketegangan di sebelah tenggara Turki telah mencapai puncaknya selama berbulan-bulan sementara pasukan keamanan terus melawan para militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) setelah sebuah gencatan senjata berakhir pada bulan Juli.
Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Diyarbakir pada akhir November setelah Tahir Elci, seorang pengacara dan aktivis bagi hak orang Kurdi, ditembak mati di siang hari saat memberikan pidatonya di kota tersebut pada tanggal 28 November.
“Pembunuhan ini adalah tindakan intimidasi politik yang disengaja terhadap semua pihak yang mengambil bagian dalam perjuangan politik melawan ketidakadilan di Turki,” Firat Anli, seorang pengacara hak asasi manusia dan teman dari Tahir Elci mengatakan kepada RT.
Para warga yang pro-Kurdi di kota kecil Silvan, sekitar 80 km bagian timur laut dari Dibaryakir mengklaim bahwa mereka telah ditembaki oleh pasukan Turki pada pertengahan November, sementara jam malam yang berlangsung berminggu-minggu telah menyebabkan mereka kelaparan.
Wakil HDP, Ziya Pir mengaku bahwa seorang pejabat dari Kementerian Dalam Negeri mengatakan kepada mereka bahwa pasukan keamanan “akan menghapus tiga lingkungan Silvan dari peta kependudukan,” seperti yang dikutip oleh surat kabar Evrensel.
Beberapa orang telah tewas sejak jam malam diberlakukan di kota tersebut pada tanggal 3 November. AFP melaporkan bahwa ada tujuh korban, termasuk dua warga sipil dan seorang polisi. Situs berita lokal IMC mengatakan bahwa seorang anak kecil berada di antara mereka yang tewas dalam serangan tersebut.
- Source : www.rt.com