Langkah Selanjutnya Menuju Sebuah Peperangan Besar
Buka halaman 214 dalam buku “War-making for Dummies.” Anda akan menemukan: “Rencanakan misi-misi udara tepat di perbatasan tetangga Anda, berkelok-kelok, membuat manuver-manuver kasar pada pilot musuh dan tembak jatuh mereka jika Anda mampu.”
Pada hari Selasa pekan ini, bentrokan yang tak terelakkan terjadi pada perbatasan Turki-Suriah bagian barat dari Aleppo. Dari apa yang kita ketahui sejauh ini, dua pesawat jet Rusia, SU-24 yang telah menghantam pasukan anti-Damaskus di perbatasan memasuki wilayah udara Turki selama 17 detik.
Jet-jet tempur F-16 secara strategis diposisikan di lokasi tersebut, menyerang Rusia dan menembak jatuh satu pesawat Sukhoi dengan rudal udara-ke-udara. Salah satu pilot Rusia tewas – mungkin dibunuh oleh suku Suriah yang pro-Turki ketika terjun menggunakan parasut nya. Seorang marinir Rusia terbunuh ketika helikopter yang ia kendarai untuk menyelamatkan pilot yang terjatuh dihantam oleh rudal anti-tank TOW yang disediakan oleh AS.
Turki mengklaim telah memperingatkan pesawat Rusia tersebut 10 kali sebelum menembaknya. Bagaimana pihak Turki memposisikan jet-jet F-16 nya dan memberikan 10 peringatan dalam waktu 17 detik tidak dijelaskan. Presiden Rusia Vladimir Putin dengan marah menuduh Turki atas pembunuhan dan mendukung kelompok ekstrimis ISIS.
Aliansi NATO yang dipimpin oleh AS bergegas untuk mendukung Turki yang merupakan anggotanya. Putin mengerahkan sistem rudal anti-pesawat S-400 nya yang mematikan ke Suriah dan rudal penjelajah “Moskva” di lepas pantai Mediterania. Kedua sistem tersebut dapat menjangkau sebagian besar Suriah barat, termasuk daerah yang secara rutin diterobos oleh pesawat-pesawat AS, Perancis, Inggris dan Israel.
Singkatnya, rebusan ramuan penyihir yang sempurna untukawal peperangan nyata antara Rusia dan Barat telah mendidih di Suriah dan Ukraina. Pasukan AS kini beroperasi di kedua negara tersebut.
Lokasi bentrokan Rusia-Turki ini sangat menarik, meskipun tidak disinggung oleh media Barat. Bentrokan tersebut terjadi di sepanjang ujung teritori selatan yang kecil, menonjol dan sempit di wilayah Turki yang menjorok ke Suriah.
Wilayah yang dimaksud adalah Provinsi Hatay: di sana terdapat bekas benteng Tentara Salib dari Antiokhia dan pelabuhan Iskanderun yang penting. Hatay telah menjadi arena krisis milite sejak pertempuran pertama yang tercatat pada tahun 853 sebelum masehi.
Hatay milik Suriah secara sejarah sampai direbut setelah Perang Dunia I oleh penguasa kolonial Perancis, dan menyerahkannya ke Turki dalam upayanya untuk menyuap agar menjadi sekutu Perancis. Suriah telah sejak lama menuntut pengembalian provinsi Hatay.
Bentrokan Minggu ini d Hatay kemungkinan akan mengaktifkan kembali tuntutan Suriah atas Hatay. Turki menolak semua klaim Suriah. Dengan demikian landasan tersebut telah diletakkan untuk sebuah konflik Suriah-Turki yang baru.
Siapa yang harus disalahkan atas krisis terbaru di perbatasan Turki-Suriah? Keduanya. Seharusnya kedua pihak tidak menerbangkan patroli tempurnya di wilayah perbatasan. Seharusnya ada zona penyangga minimal sepuluh km di kedua sisi perbatasan yang sensitif.
Orang-orang Turki lah yang harus disalahkan karena mengotorisasikan kekuatan mematikan ketika beberapa pesawat jet tersebut dapat memperingatkan Rusia – jika memang pesawat Rusia melanggar wilayah udara Rusia. Turki tidak berada dalam posisi untuk menyatakan bahwa pihaknya lah yang dirugikan ketika dukungan persenjataan, amunisi dan logistik bagi ISIS telah dituangkan melintasi perbatasan ke dalam Suriah selama hampir lima tahun.
Rusia, yang tidak sengaja menembak sebuah pesawat Korea Selatan pada tahun 1982 tidak lah baik pula. Begitu pun AS yang menembak jatuh sebuah pesawat Iran pada tahun 1988.
Turki adalah pendukung dari sebuah koalisi yang sembunyi-sembunyi mendukung ISIS, yang termasuk AS, Arab Saudi, UEA, Mesir, Perancis dan Inggris. ISIS adalah senjata pilihan mereka untuk melawan Syiah Iran dan sekutunya; Suriah dan Lebanon, dan sebentar lagi Taliban di Afghanistan. Masalahnya adalah, mereka mendukung ISIS tapi tidak dapat mengendalikan para anggotanya yang masih muda. Orang-orang fanatik yang mereka bantu berkembang sekarang menyebabkan masalah dan melukai orang banyak.
Dengan memilih bertikai dengan Rusia, Turki menembak kakinya sendiri. Rusia dan para pendahulu Turki yang sekarang, Kekaisaran Ottoman bersama memerangi peperangan yang tak terhitung dari tahun 1680 sampai Perang Dunia I. Rusia tidak pernah membuang keinginannya untuk merebut Selat Turki, begitu juga Konstantinopel dan Dardanella.
Turki mengekspor $4 milyar ke Rusia, dan mengimpor gandum, minyak, gas dan baja dalam jumlah yang besar. Empat setengah juta turis Rusia datang setiap tahunnya ke Turki. Menembak jatuh sebuah pesawat Rusia akan memusingkan para nasionalis Turki dan akan merusakan perekonomian Turki yang sudah goyah.
Putin dan Erdrogan harus bertemu secepatnya untuk menyelesaikan masalah mereka sebelum ini menjadi langkah selanjutnya menuju Perang Dunai III.
- Source : www.unz.com