Benahi Kontrak Impor Elpiji, Pertamina Bisa Hemat Rp 2 T/Tahun
Direksi PT Pertamina (Persero) banyak melakukan pembenahan dan efisiensi, salah satu membenahi kontrak-kontrak impor BBM dan elpiji jangka panjang namun nilainya terlalu mahal, termasuk kontrak yang menggunakan makelar dan atas intervensi penguasa.
Salah satu kontrak yang dibenahi adalah terkait impor elpiji dari Timur Tengah yang dari segi biaya saja mencapai US$ 65 per metrik ton (MT). Menurut Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, biaya tersebut sangat mahal.
"Itu angkutan elpiji impor dari Timur Tengah biaya per MT US$ 65, saya ancam akan ambil sendiri, kalau nggak punya tanker, sewa saja," ungkap Bambang kepada detikFinance, Jumat (27/11/2015).
Bambang mengatakan, akhirnya pihaknya lebih memilih untuk mengambil sendiri elpiji dari Timur Tengah, dengan menanggung biaya angkut sendiri. Setelah dihitung, ternyata keputusan tersebut dapat menekan biaya angkut elpiji, dari sebelumnya kalau diterima di Indonesia biayanya US$ 65/MT, sedangkan dengan diambil sendiri ke Timur Tengah biayanya hanya US$ 30/MT.
"Hemat US$ 35/MT. Coba kalikan impor Elpiji kita setahun 4,2 juta ton, hemat berapa? US$ 147 juta (setara Rp 2 triliun dengan kurs Rp 13.700)," ungkap Bambang.
Ia menegaskan, direksi Pertamina terus melakukan pembenahan semua kontrak kerja sama khususnya jangka panjang. Dengan pembenahan tersebut, BUMN energi ini dapat meningkat efisiensi, khususnya di sektor pemasaran.
"Kita juga membuang middle man (makelar), membenahi kontrak-kontrak lama yang pakai penguasa. Ke depan kalau kami sudah pasang meter, losses dalam distribusi BBM, elpiji dan lainnya bisa lebih ditekan lagi," tutup Bambang.
- Source : finance.detik.com