Para pemilik baru-baru ini menjual Batlacan teater, di mana ISIS membunuh puluhan
Batlacan teater, sebuah gedung pertunjukkan yang ditargetkan oleh para teroris pada hari Jumat di Paris adalah milik orang Yahudi selama beberapa dekade, namun telah dijual dua bulan yang lalu, kata mantan pemiliknya.
Majalah Prancis Le Point mengatakan pada hari Sabtu bahwa Bataclan, di mana setidaknya 80 orang dibantai oleh para militan ISIS pada Jumat malam, telah bertahun-tahun menjadi sasaran kelompok anti-Zionis karena pemiliknya sering mengadakan acara-acara yang pro-Israel. Publikasi tersebut mengutip seorang anggota dari kelompok ekstrimis Tentara Islam, yang mengatakan kepada pihak berwenang Perancis pada tahun 2011, “Kami telah merencanakan serangan terhadap Bataclan karena pemiliknya adalah orang-orang Yahudi.”
The Eagles of Death Metal, band yang tampil saat serangan Jumat malam di Bataclan bermain di Barby Club di Tel Aviv pada bulan Juli.
Pascal Laloux, salah satu pemilik teater tersebut mengatakan pada hari Sabtu bahwa teater tersebut “terjual pada bulan September setelah 40 tahun berdiri.”
“Kami sangat terpukul karena kami kenal semua orang yang bekerja di sana,” katanya kepada berita Channel 2 Israel.
Saudaranya, Joel, seorang pemilik juga mengatakan kepada Channel 2 bahwa mereka menjual teater tersebut pada tanggal 11 September, dan baru-baru ini berimigrasi ke Israel. Ia mengatakan bawa ia sedang menelpon Bataclan teater ketika serangan berlangsung dan mengatakan “saya dapat mendengar suara tembakan.”
Ia juga mengatakan bahwa seorang anggota dari Eagles of Death Metal “terkena peluru dan tewas. Tidak ada konfirmasi mengenai ini. “Darah di mana-mana,” katanya. “Akan memakan waktu tiga hari hanya untuk membersihkannya.”
Pascal mengatakan bahwa warga Paris kini tidak lagi merasa aman setelah apa yang telah terjadi.
“Para teroris tidak memiliki aturan,” kata Pascal. “Kita harus menangkap seekor kerbau dengan menangkap tanduknya” dalam peperangan melawan teror, “dan Perancis dan pemeritahan belum pernah melakukannya sebelumnya.”
- Source : www.timesofisrael.com