www.zejournal.mobi
Senin, 23 Desember 2024

Ahmed Chalabi: Orang yang Mengundang Amerika untuk Menyerang Irak

Penulis : Patrick Cockburn | Editor : Admin | Jumat, 06 November 2015 18:53

Ahmed Chalabi, yang tutup usia pada umur 71 tahun karena serangan jantung di Baghdad pada hari Selasa kemarin, adalah salah satu tokoh yang paling difitnah dan disalahpahami untuk memainkan peran penting dalam penggulingan Saddam Hussein dan pembentukan Irak yang modern.

Chalabi adalah seseorang dengan kecerdasan dan kelincahan mental yang tinggi, yang menarik banyak teman dan sekutu, namun juga banyak musuh. Semua ini sangat berbeda yang berkisar antara Saddam Hussein sampai CIA dan Kantor Luar Negeri Inggris, yang semuanya mengutuknya dengan marah.

Seorang diplomat di Baghdad pernah mengatakan kepada saya: “Saya berpikir bahwa Chalabi adalah murni seorang durjana,” sebelum memuji seorang politisi Irak yang terkenal tidak kompeten dan korupsi sebagai penyelamat negaranya.

Orang-orang selalu memiliki pendapat yang kuat tentang Chalabi karena ia memiliki kepribadian yang tak dapat diabaikan oleh siapa pun dan karena ia tidak diragukan efektif. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam sebuah kampanye yang tak hentinya bertujuan untuk menggulingkan Saddam Hussein dan tidak peduli tentang metode yang ia gunakan untuk mencapai tujuan ini. Ia adalah seorang aktivis.

Tuduhan yang dibuat terhadap Chalabi setelah tahun 2003 adalah bahwa ia telah menarik AS dan sekutunya agar menyerang Irak dengan memalsukan atau memanipulasi bukti bahwa Saddam Hussein memiliki sanjata pemusnah massal (WMD). Pada waktunya, ia menjadi kambing hitam bagi para politisi dan wartawan yang mencari orang lain untuk disalahkan atas kegagalan dan kepalsuan mereka sendiri.

Tuduhan itu sendiri tampaknya tidak masuk akal bagi saya karena ini adalah urusan dari politik pengasingan untuk menyampaikan informasi yang merusak, benar atau salah, tentang pemerintahan yang sedang ia coba untuk gulingkan. Hanya para wartawan yang paling malas dan naif dapat membayangkan bahwa informasi-informasi yang diberikan kepada mereka oleh Chalabi – atau orang buangan Irak lainnya – adalah non-partisan.

Anak dari sebuah keluarga yang kaya di Baghdad, Chalabi melarikan diri dari Irak sejak remaja ketika sistem monarki dihapus. Ia memperoleh gelar sarjana di Institut Teknologi Massachussetts pada tahun 1965, dan kemudian melanjutkan untuk mendapatkan gelar S3 matematika nya di Universitas Chicago.

Saya pertama kali bertemu dengannya di London pada tahun 1992 ketiak ia mendirikan Kongres Nasional Irak (INC) sebagai organisasi payung untuk menentang Saddam Hussein. Pemimpin Irak ini telah menghancurkan Syiah dan pemberontakan Kurdi pada tahun 1991 dan itu jelas bagi semua lawan-lawannya bahwa satu-satunya cara untuk menyingkirkannya adalah untuk menarik Amerika untuk menyerang Irak. Tujuan Chalabi sama dengan tujuan pihak lain, dan ia berbeda dengan yang lainnya hanya dalam perhatian dan kerja keras yang ia tuangkan untuk mencapai tujuan ini.

Ia pindah ke Washington, membina para politisi dan wartawan serta bekerja dengan para pelobi politik Amerika. Ia berbaur dengan siapa saja yang mau mendengarkannya, tapi terutama dengan Partai Republik. Ia membantu untuk mengesahkan Undang-Undang Pembebasan Irak pada tahun 1998, meyakinkan AS untuk menggantikan rezim Irak dengan yang lebih demmokratis, namun sangat penting untuk mengingat bahwa semua ini bukanlah penyebab AS menyerang Irak, melainkan insiden 9/11.

Saya melihat Chalabi berkali-kali selama tahun-tahun tersebut dan bahwa pertimbangan politiknya sangat jelas, kecuali dalam hal-hal mengenai karir politiknya sendiri. Saya ingat ia pernah mengatakan kepada saya tentang Irak yang “hampir tidak mungkin untuk menggulingkan sebuah pemerintah berkuasa yang dijaga oleh dinas intelijen yang pro-aktif terhadap kekerasan”. Ini terdengar aneh karena ia sebenarnya sudah berusaha untuk melakukan hal ini ketika ia berbasis di wilayah Irak di Kurdistan, merencanakan untuk memulai pemberontakan melawan Saddam Hussein atau memicu pemberontakan di dalam militer Irak. Saya menduga bahwa tujuan dari intrik-intrik ini adalah untuk melibatkan Amerika sekali lagi di Irak, namun tidak ada dari skema ini yang berhasil.

Serangan pimpinan AS pada tahun 2003 adalah dalam artian giliran bagi Chalabi; ia dan Amerika telah memanfaatkan satu sama lain, namun tidak pernah percaya satu sama lainnya. Ia mengatakan kepada saya kemudian bahwa masalah besarnya bagi AS adalah sama baik di tahun 2003 maupun 1991, pada akhir Perang Teluk: jika Amerika menyingkirkan rezim Saddam Hussein, maka penggantinya secara otomatis adalah sebuah pemerintahan Syiah (karena warga Syiah menjadi 60 persen dari seluruh populasi Irak) yang akan menjadi dekat dengan Iran. Solusi Amerika atas masalah ini adalah tidak hanya untuk menyerang Irak tapi juga untuk mendudukinya, dan ini adalah asal dari semua bencana yang mengikuti.

Salah satu alasan mengapa begitu banyak pejabat Amerika tidak menyukai Chalabi adalah bahwa mereka tidak dapat mengendalikannya dan lebih memilih perwakilan-perwakilan yang dapat dikendalikan dan disuruh-suruh. Mereka juga mencurigai hubungannya yang terbuka dengan Iran, meskipun sebenarnya AS sangat membutuhkan saluran hubungan ke Teheran. Kemampuan Chalabi dibuat untuk berbalik melawannya sendiri karena energi dan kecerdasannya memberikan rasa takut terhadap saingan-saingannya yang menggabungkan upaya untuk mengecualikan dia dari kekuasaan.

Tuduhan lainnya adalah bahwa ia melakukan tindakan-tindakan korupsi. Tuduhan ini juga sangat tidak masuk akal yang berasal dari para politisi Irak yang secara ajaib merubah diri mereka menjadi multijutawan hanya dalam waktu singkat masa jabatannya. Tuduhan tersebut biasanya berkisar pada runtuhnya Bank Petra di Yordania pada tahun 1980 dan Chalabi selalu membantah melakukan kesalahan, mengatakan bahwa bank tersebut telah ditargetkan oleh bank-bank Yordania lainnya dan para pejabat negara tersebut.

Sebagian besar pada saat itu ia tinggal di Baghdad dan, pada saat itu ia menjalankan sebuah sistem komite darurat. Suatu kali, saya pergi bersamanya ke sebuah jembatan di atas Sungai Tigris yang telah hancur oleh bom truk dan ia ingin melihat bagaimana jembatan tersebut dapat dibangun ulang. Saya sangat sadar bahwa di sisi kejauhan dari sungai ini  berada di bawah kendali pemberontak dengan para penembak jitu yang dapat dengan mudah menembak Chalabi. Saya berlindung di balik sebuah dermaga yang rusak di bawah jembatan sampai ia selesai memeriksa kerusakannya.

Visi politiknya tetap jelas sampai akhir dan pada awal tahun lalu ia mengatakan kepada saya bahwa tentara Irak akan hancur segera setelah diserang oleh para pelopor ISIS. Saya tadinya tidak percaya akan hal ini, namun beberapa bulan kemudian tentara Irak ditangkap di Mosul dan mendirikan Negara Islam / ISIS.


- Source : www.unz.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar