www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Seorang anak atau teroris? Anak kelas 6 SD tewas dalam serangan drone AS di Yaman

Penulis : RT | Editor : Admin | Jumat, 16 Oktober 2015 11:35

Para kerabatnya menggambarkan Muhammad Saleh Qayed Taeiman sebagai seorang anak berumur 12 tahun yang girang dan menikmati sekolah. Ketika ia tewas dalam serangan drone terbaru di Yaman, pihak berwenang mendaftarkannya sebagai ‘militan’. Keluarganya sebelumnya telah kehilangan ayah dan kakak Muhammad Saleh dalam serangan yang serupa.

Muhammad Saleh Qayed Taeiman adalah satu dari tiga orang yang tewas dalam sebuah serangan drone pekan lalu, menurut Organisasi Nasional Yaman untuk Korban Drone/Yemeni National Organization for Drone Victims (NODV). Organisasi tersebut juga mengatakan bahwa serangan drone AS sebelumnya telah membunuh ayah Muhammad Saleh dan kakaknya pada tahun 2011, dan dalam serangan yang terpisah, saudaranya juga telah terluka.

Mereka adalah di antara 424 orang Yaman, 8 di antaranya adalah anak-anak, yang telah tewas sejak serangan drone dimulai di wilayah tersebut pada tahun 2002, menurut laporan terbaru oleh Biro Jurnalisme Investigatif.

NODV mengatakan bahwa salah satu korban lainnya adalah seorang pekerja peternakan bernama Abdallah Khaled Aziz al-Zindani, yang menikah dengan seorang wanita dari keluarga Taeiman, yang dijadwalkan bertemu dengan keluarga lainnya di daerah tersebut untuk membahas tanggapan mereka terhadap serangan-serangan drone AS.

Para pejabat Yaman awalnya mengatakan bahwa tiga orang tersebut telah diyakini sebagai para militan Al-Qaeda yang terbunuh di dalam mobil dalam perjalanan menuju provinsi Ma’rib. Seorang pemimpin suku mengatakan kepada Reuters bahwa Taeiman pernah menjadi militan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Sepupu Muhammad Salehm Hussein Taeiman di kairo berbicara secara eksklusif untuk RT. Host RT, Ben Swann bertanya padanya apakah Muhammad Saleh seorang militan.

“Tidak, tidak. Ia adalah seorang anak kecil. Muhammad Saleh sama seperti anak-anak lain, ia belajar di sekolah dan tinggal di rumah,” kata Taeiman. “Ia seperti anak lainnya. Ayahnya tewas sekitar empat tahun yang lalu. Ketika itu ia berumur delapan tahun dan tidak mengerti apa-apa. Ia kehilangan cinta dan kasih sayang dari ayahnya, namun tidak memiliki perasaan dendam. Ia hanya seorang anak kecil. Muhammad Saleh sangat menyenangkan. Seorang anak yang paling bahagia di desa.”

“Ia dibunuh oleh drone AS tanpa alasan... ia berada di kelas enam. Apa yang dapat ia lakukan? Tidak ada seorangpun yang memiliki pembenaran hukum untuk  membuatnya terbunuh.”

Serangan-serangan drone di wilayah ini dilakukan oleh CIA sebagai bagiand ari operasi kontraterorisme dan oleh Pentagon sebagai bagian dari operasi pasukan rahasia khusus nya – Gabungan Komando Operasi Khusus/Joint Special Operations Command (JSOC). Ini adalah serangan pertama sejak awal tahun.

Biro Investigasi Jurnalisme (BIJ) sedang mengumpulkan data mengenai serangan-serangan militer tersebut. Termasuk dalam data jumlah korban yang terpisah untuk para kombatan, warga sipil dan anak-anak.

Serangan pertama AS di Yaman terjadi pada tanggal 3 November 2002 – sebuah operasi terisolasi di bawah pemerintahan Bush. Serangan berikutnya tidak terjadi lagi sampai pada tanggal 5 Mei 2011 di bawah pemerintahan Obama.

Sejak tahun 2011 setidaknya ada 103 operasi pembunuhan AS yang ditargetkan dan telah dikonfirmasikan, 88 dari 103 operasi tersebut telah dilakukan dengan drone, menurut BIJ. Lima belas dari serangan lainnya jatuh pada kategori lain, seperti serangan rudal jelajah dan penggerebekan oleh pasukan khusus.

BIJ mengatakan serangan-serangan yang telah dikonfirmasikan ini telah menewaskan sedikitnya 580 orang, 424 di antaranya terkena serangan drone. Dari angka kematian tersebut, 131 orang adalah warga sipil, dan 65 di antaranya tewas oleh drone.

Jumlah anak-anak yang tewas dalam serangan ini sekarang telah mencapai 34 secara total, sejak serangan hari Senin. Delapan tewas oleh drone dan 26 lainnya oleh metode lain. Biro tersebut mengatakan ada 70 serangan drone lainnya yang belum dikonfirmasikan yang mana dapat menambah 304 orang dalam angka kematian tersebut, 6 di antaranya adalah anak-anak.

“Korban-korban dari penyerangan drone Amerika lebih dari 500 orang... sekitar 540... Warga Yaman melihat adanya pelanggaran kedaulatan negara mereka tanpa pembenaran hukum yang sah. Bahkan acara pernikahan pun menjadi target dari serangan drone... di mana lebih dari 10 orang tewas,” kata Taeiman kepada RT.

Salah satu serangan paling kontroversial adalah ketika 12 warga sipil tewas dan 15 lainnya luka-luka pada bulan Desember 2013, ketika sebuah drone menargetkan kendaraan-kendaraan yang merupakan bagian dari prosesi pernikahan yang sedang menuju desa mempelai pria di luar bagian barat dari kota Rad’a. Human Rights Watch mengatakan, “beberapa, jika tidak, semua dari mereka yang tewas dan terluka adalah warga sipil.”

Selama 25 tahun terakhir pemerintahan yang berbasiskan Sanaa dan Huthi telah berperang atas kekuasaan di wilayah tersebut. Ketegangan-ketegangan saat ini adalah hasil dari protes massa pada tahun 2011 yang berusaha mengakhiri seorang penguasa diktator dan kleptokratis, Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa selama 30 tahun.

Orang-orang Huthi, adalah sebuah kelompok Syiah yang telah diduga memiliki hubungan dengan Iran – negara saingan Arab Saudi – telah melanda Yaman, negara termiskin di dunia Arab, mereka menembus kunci lembaga pemerintahan dan instalasi militer. Orang-orang Huthi yang menghuni bagian utara Yaman mewakili minoritas Syiah di negara ini, sedangkan umat Islam mayoritas Sunni tinggal di bagian selatan Yaman.

Bulan lalu, kelompok Huthi mengambil alih ibukota Sanaa, setelah bentrokan yang berlangsung beberapa hari dan penggulingan Presiden Yaman dari kantornya. Departemen Luar Negeri AS mengevakuasikan sebagian personelnya dan menutup kedutaan Amerika bagi publik atas alasan keprihatinan keamanan. Orang-orang Huthi diyakini tidak bersahabat kepada drone AS dan Al-Qaeda.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar