Para Hakim berencana untuk melarang 'penolakan' gagasan perubahan iklim
Sebuah konferensi semi-rahasia para hakim peringkat atas mengusulkan untuk meng-ilegalkan setiap pendapat yang bertentangan dengan gagasan perubahan iklim.
Kita mungkin berpikir bahwa sebuah konferensi semi-rahasia para peringkat atas, yang diselenggarakan di ruang sidang tertinggi di Inggris, mengusulkan bahwa akan dibuat ilegal bagi siapa saja yang mempertanyakan bukti ilmiah pemanasan global buatan manusia, cukup aneh untuk menjadi layak mencakup halaman depan dari sebuah berita.
Minggu lalu saya menyebutkan bahwa Pangeran Wales telah mengirimkan pesan ke konferensi ini untuk menyerukan pertemuan mengenai iklim PBB yang akan diadakan di Paris untuk menyetujui “sebuah Magna Carta bagi Bumi”. Tapi ini hanya serangkaian postingan yang mengejutkan oleh seorang blogger yang mempunyai sepasang mata yang tajam, Donna Laframboise (pada Nofrakkingconsensus), telah memberitahu kita bahwa pertemuan aneh ini berubah menjadi sesuatu yang berbeda (bahkan pihak penyelenggara menolak untuk memberikan nama-nama mereka yang menghadiri pertemuan tersebut).
Termasuk hakim-hakim senior dan pengacara dari seluruh dunia, Konferensi tiga hari yang bertajuk “Climate Change and the Law” (Perubahan Iklim dan Hukm) diadakan di Mahkamah Agung London. Pertemuan ini didanai oleh, antara lain Mahkamah Agung itu sendiri, pemerintah Inggris dan Program Lingkungan PBB/United Nations Environment Program (UNEP).
Sebagai salah satu dari dua sponsor PBB dari Panel Antarpemerintah pada Perubahan Iklim, UNEP telah menjadi salah satu pendorong utama yang memperingatkan tentang pemanasan global selama 40 tahun. Penyelenggara dan ketua konferensi tersebut adalah hakim Mahkamah Agung, Lord Carnwath yang percaya sungguh-sungguh dalam perubahan iklim buatan manusia, yang telah bekerja dengan Pangeran Wales selama lebih dari 20 tahun, dan dengan UNEP sejak tahun 2002.
Tujuan dari pertemuan aneh ini diuraikan dalam sebuah pidato (dapat dilihat di YouTube) oleh Philipe Sands, seorang QC dari Matrix Chambers milik Cherie Blair dan seorang profesor hukum di University College, London. Karena sekarang ini tidak mungkin bahwa dunia akan setuju di Paris pada sebuah perjanjian yang terikat dengan hukum untuk membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 2 derajat Celcius dari tingkat-tingkat pra-industri, temanya adalah bahwa sekarang saatnya bagi pengadilan untuk mengambil langkah dan menegakkan hukum ini sebagai hukum di seluruh dunia.
Meskipun para pendengarnya, Sands mengatakan, akan setuju bahwa bukti-bukti ilmiah atas perubahan iklim buatan manusia tersebut “luar biasa”, masih ada “individu-individu yang berkualitas secara ilmiah, berpengetahuan dan berpengaruh” yang terus menyangkal “pemanasan atmosfer, mencairnya es dan meningginya permukaan laut”, dan bahwa semua ini terjadi karena emisi CO2 kita. Pengadilan-pengadilan dunia, yang dipimpin oleh Mahkamah Internasional, kata Sands, bisa memainkan peran penting “yang pada akhirnya memberantas klaim-klaim ini”.
“Yang paing penting yang dapat pengadilan lakukan,” katanya, adalah untuk mengadakan “temuan fakta” tingkat atas, untuk menyelesaikan “perselisihan ilmiah” ini untuk selamanya: sehingga kemudian pengadilan tersebut dapat melarang pemerintah, korporasi (atau ilmuwan individu) manapun untuk mempertanyakan “sains” yang telah disetujui. Selanjutnya, disaat “bukti ilmiah” tersebut memiliki kekuatan hukum internasional yang mengikat, dapat digunakan untuk memaksa semua pemerintah untuk membuat “pengurangan emisi yang diperlukan”, termasuk tidak memakai bahan bakar fosil secara bertahap untuk menghentikan pemanasan global.
Faktanya adalah hal itu bisa diusulkan dalam ruang sidang tertinggi bahwa hukum tersebut harus digunakan sekarang untuk menekan setiap perdebatan lebih lanjut tentang apa yang telah menjadi salah satu isu yang paling diperdebatkan dalam sejarah ilmu pengetahuan (disambut degnan tepuk tangan dari para penonton), membicarakan banyak tentang keadaan psikologis dari ketakutan akan pemanasan global telah mengurangi begitu banyak tokoh-tokoh berkuasa yang saat ini menggunakan pengaruhnya atas kehidupan masyarakat Barat.
Sebagai pandangan, kita hanya perlu memikirkan tanggapan bagi semua omong kosong dari Cina dan India (yang baru saja mengumumkan bahwa mereka berniat untuk meningkatkan emisi CO2 nya sebanyak tiga kali pada tahun 2030). Mereka tidak hanya menendang kesempatan dari “perjanjian iklim yang mengikat” ini pada bulan Desember. Memikirkan bahwa para pengacara yang mementingkan diri sendiri ini berusaha untuk mematuhi hukum internasional, mereka hanya akan meresponnya dengan senyuman ajaib, karena mereka akan terus bergantung pada bahan bakar fosil untuk menyalakan apa yang akan segera menjadi dua ekonomi terbesar di dunia.
- Source : www.telegraph.co.uk