Kegagalan Kekaisaran: Pelajaran Dari Afghanistan dan Irak
Foto-foto di New York Times menunjukkan cerita-cerita yang kontras pekan lalu. Satu foto menunjukkan dua tentara Taliban dalam pakaian sipil dan sandal, dengan senapan mereka, berdiri di depan berdiri di depan sebuah kendaraan PBB yang direbut. Pasukan Taliban telah mengambil alih ibukota yang terletak di utara provinsi Kunduz. Foto lainnya menunjukkan tentara militer Afghanistan yang dilengkapi dengan peralatan, senjata dan kendaraan yang modern.
Tebak siapa yang menang? Jumlah yang diperkirakan mencapai tiga puluh ribu tentara Taliban tanpa angkatan udara, angkatan laut atau persenjataan berat telah menahan para tentara dan polisi Afghanistan yang berjumlah sepuluh kali lipat dan lebih dari 100.000 tentara AS dengan persenjataan yang paling modern di dunia – selama delapan tahun.
Pasukan ISIS dari Suriah telah mengambil alih daerah yang luas di Irak utara dan barat, termasuk kota terbesar kedua di negara itu, Mosul, dan kota Fallujah yang telah hancur. Pasukan ISIS di Irak dan Suriah diperkirakan berjumlah tidak lebih dari 35.000. Seperti para pejuang Taliban, ISIS yang bervariasi dalam pelatihan militer mereka, terutama memiliki persenjataan yang ringan. Kondisi tersebut ketika mereka sedang tidak mengambil kendali kendaraan-kendaraan berlapis baja Irak yang melarikan diri dan amunisi dari Amerika Serikat.
Melawan tentara Irak yang berjumlah lebih banyak, yang didukung oleh persenjataan AS, pemboman oleh pesawat AS di setiap harinya, pengawasan udara, dan penasihat militer AS di darat, sejauh ini ISIS masih memegang sebagian besar wilayahnya dan masih dominan di sebagian wilayah Suriah.
Orang-orang Amerika berhak untuk mengetahui bagaimana kuatnya militer dan triliunan dolar yang dihabiskan di Irak dan Afghanistan, sejak tahun 2003 dan 2001 masing-masing, dapat menghasilkan hasil yang negatif tersebut.
Tentunya kegagalan ini tidak ada hubungannya dengan pengamatan ketat terhadap hukum internasional. Presiden Bush dan Obama telah mengirim kekuatan militer di mana saja dan di mana-mana, walaupun adanya perbatasan-perbatasan nasional dan jumlah besar korban sipil yang dihasilkan, pada negara-negara yang dihancurkan secara tragis.
Persepsi saat ini tentang AS yang menduduki negara-negara ini adalah penjajahan dan pengamukkan. Merekrut pejuang-pejuang yang termotivasi, termasuk pasokan pembom bunuh diri yang tampaknya tak habis-habis, lebih mudah ketika para penjajah datang dari negara-negara Barat yang selama lebih dari satu abad telah dikenal untuk menyerang, membuat batas-batas negara buatan, campur tangan, menggulingkan, mendukung diktator yang dikendalikan, dan pada umumnya berpihak pada oligarki atau menjajah kepentingan-kepentingan yang brutal terhadap masyarakat sipil.
Ini tidak menghasilkan apapun, karena invasi-invasi ini didukung oleh budaya asing yang berakar dari Perang Salib Kristen terhadap Islam berabad-abad yang lalu, yang mana jingoisme tersebut di AS masih berlannjut di antara beberapa kelompok evangelis hari ini.
Namun tentu saja, situasi-situasi yang lebih kontemporer yang mana, pertama dan terutama adalah kehancuran dan kekacauan yang terjadi karena invasi tersebut. Dengan tidak adanya pemerintah pusat yang berfungsi dan dominasi dari masyarakat kesukuan, kompleksitas semata dari para penjajah yang mencoba untuk mencari tahu “politik” yang rumit antara dan di dalam suku-suku berubah menjadi perangkap yang besar yang sedang berlangsung bagi pasukan militer Barat.
Ketika AS mulai mengambil sisi dengan Syiah untuk melawan para Sunni di Irak, atau antara klan dan suku yang berbeda di Afghanistan, para tentara AS yang tidak mengetahui bahasa dan adat istiadat kebiasaan membagikan $100 dolar untuk mebangun sebuah aliansi. Pemerintah AS mengirim dan mendistribusikan peti-peti uang ini melalui udara. Dengan perekonomian lokal yang terhenti, fasilitas-fasilitas umum hancur, keluarga-keluarga yang dilanda ketakutan oleh kekerasan yang terjadi di jalanan, dan semua malapetaka yang pecah dalam perjuangan untuk keselamatan dan kelangsungan hidup.
Para tentara Afghanistan yang dibayar hanya $120 per bulan akan melakukan apapun unutk menambah penghasilan mereka, termasuk menjual senjata. Pada tingkat yang lebih tinggi, penyuapan, hadiah dan pemerasan yang menciptakan sistem ekonomi bawah tanah. Kombinasi dari kurangnya pemahaman, penyuapan yang sistemik dan korupsi berikutnya telah menghasilkan kekacauan ini.
Lalu ada pembantaian nekat terhadap warga sipil – di pesta-pesta pernikahan, sekolah-sekolah, klinik, anak-anak petani yang mengumpulkan kayu bakar di atas bukut – yang seharusnya akurat dan menentukan dari serangan-serangan helikopter tempur, pesawat tempur, pesawat tanpa awak (drone), atau rudal-rudal. Kebencian terhadap Amerika menyebar disaat orang-orang kehilangan orang yang mereka cintai.
Kebijakan-kebijakan AS memicu perluasan cabagn-cabang al-Qaeda dan kelompok-kelompok kekerasan baru di lebih dari 20 negara. Pada 9/11, “ancaman” tersebut berasal dari satu sudut negara – Afghanistan timur laut. Kebohongan Bush dan Cheney menyebabkan pemburuan berhadiah lokal untuk menangkap tawanan-tawanan yang tidak bersalah, secara palsu mencap mereka sebagai “teroris”, yang dikirim ke dalam penjara Guantanamo, Kuba. Tindakan ini telah merusak reputasi negara AS di seluruh dunia.
Semua ini seharusnya bisa dihindari jika AS mengindahkan nasihat dari para pensiunan petinggi militer, keamanan nasional dan pejabat diplomatik untuk tidak menyerbu Irak dan saran mereka untuk tidak bereaksi berlebihan di Afghanistan. Namun media massa yang masa bodoh, dan Kongres pengecut membiarkan kebohongan, penipuan dan kedok rezim Bush tidak tertandingi dan seperti yang dikatakan oleh seorang anggota Kongres Ron Paul (R-TX), Bush dan Cheney “menipu kami agar memerangi Irak.”
Hal ini tidak membuktikan bahwa Taliban dan ISIS memenangkan “hati dan pikiran” dari masyarakat setempat. Sebaliknya, sementara menjanjikan hukum dan ketertiban, mereka memperlakukan penduduk setempat dengan brutal, dan dengan beberapa pengeculian. Tetapi penduduk setempat telah lama diperlakukan secara brutal oleh polisi, tentara dan milisi yang memperebutkan rampasan dari sebuah konflik. Sayangnya, masih belum ada persamaan keamanan di seluruh daerah.
Semua Kekaisaran akan gagal dan akhirnya memakan dirinya sendiri. Kekaisaran AS tidaklah berbeda. Lihatlah betapa meruginya dan mengurasnya terhadap para tentara dan ekonomi domestik AS, mahal, bersifat bumerang, peperangan luar negeri yang tak berujung dan bangunan-bangunan Kekaisaran yang menyebarkan kecemasan dan menurunkan harapan rakyat Amerika terhadap anggaran publik dan pelayanan publik.
Tidak berulang kali melakukan hal yang salah adalah langkah awal menuju kebenaran. Betapa lebih baiknya dan murahnya jika di tahun-tahun yang telah berlalu AS menjadi sebuah kekuatan kemanusiaan – diterima dengan baik oleh miliaran orang yang membutuhkan di tanah-tanah yang hancur ini.
Perubahan apa yang diperlukan untuk keluar dari rawa-rawa ini dan meninggalkan pemandangan yang buruk ini? Tekan kawanan calon presiden, yang menjual peperangan dengan kebebasan dari hukum atau yang menghindari masalah serius ini, untuk sebuah jawaban. Buatlah mereka mendengarkan Anda.
- Source : www.counterpunch.org