www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Ini adalah kerjasama militer yang sudah lama terjalin dan “bukan rahasia”

Penulis : RT | Editor : Admin | Kamis, 10 September 2015 08:13

Para penasihat militer Rusia memang berada di Suriah, kata juru bicara Kementrian Luar Negeri Maria Zakharova dan menekankan bahwa Moskow ridak pernah menyembunyikan kerjasama teknis militer yang sudah terjaliin lama dengan Suriah.

Personil militer Rusia hadir di Suriah karena Moskow memiliki fasilitas angkatan lautnya di pelabuhan Tartus, tambah Zakharova dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

“Rusia tidak pernah merahasiakan kerjasama teknis militer dengan Suriah. Negara kami telah lama memasok persenjataan dan peralatan militer ke Suriah dibawah kontrak bilateral yang sah,” katanya.

“Ada juga beberapa penasihat militer Rusia di Suriah untuk memberikan pelatihan dalam penggunaan peralatan yang akan tiba.”

Ia juga menguraikan pada kondisi apa yang akan memungkinkan Rusia untuk mengirimkan bantuan anti-terorismenya ke Suriah.

“Jika langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan upaya anti-terorisme diperlukan dari pihak kami, masalah ini akan dipertimbangkan dengan secara eksklusif atas dasar hukum internasional dan legislatif Rusia,” katanya.

Pada hari Selasa, Zakharova mengatakan kepada jaringan berita Rusia-24 bahwa Moskow telah lama mendesak para sekutu untuk melawan terorisme bersama-sama.

“Kami tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa kami menyediakan Damaskus bantuan teknis militer dalam memerangi terorisme. Selama bertahun-tahun, kami telah menyerukan rekan-rekan kami dari Barat untuk melakukan hal yang sama dan untuk mengkonsolidasikan upaya memerangi ISIS, dan untuk melakukan hal ini bersama-sama dengan Damaskus.”

“Masalahnya adalah selama tiga tahun pertama atau lebih, tidak ada seorang pun di dunia ini, kecuali bagi kami yang mengakui keberadaan terorisme di Suriah. Terorisme tersebut disamarkan sebagai gelombang baru dari Arab Spring,” tambahnya.

Apakah Rusia akan bergabung dengan koalisi internasional untuk memerangi ISIS, Presiden Vladimir Putin menyatakannya pada hari Jumat lalu di Vladivostok: “Anda tahu, ini adalah masalah yang dua masalah yang terpisah dan kita dapat melihat apa yang sedang terjadi. Angkatan udara AS sedang melakukan serangan-serangan tertentu. Efisiensi nya belum terlalu tinggi sejauh ini. Tapi terlalu dini pula untuk mengatakan bahwa kami siap untuk melakukannya hari ini. Kami sudah memberikan dukungan yang besar terhadap Suriah, baik dalam peralatan dan pelatihan personil, dan persenjataan. Kami menandatangani kontrak-kontrak besar lima sampai tujuh tahun lalu, dan kami mematuhi kontrak tersebut sepenuhnya.”

Namun, kata-kata Putin dipublikasikan diluar konteks oleh media mainstream Barat, yang disajikan sebagai pengakuan resmi atas keterlibatan militer Moskow dalam perag sipil Suriah.

Gedung Putih segera menyatakan kekhawatirannya atas laporan tersebut dan mengklaim bahwa “Rusia mungkin telah mengerahkan personil militer tambahan dan pesawat-pesawat ke Suriah.”

“Langkah-langkah ini dapat menyebabkan kematian yang lebih banyak, mereka dapat meningkatkan arus pengungsi dan beresiko untuk berhadapan dengan koalisi anti-ISIS yang beroperasi di Suriah,” kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, Selasa.

Sekjen Nato, Jens Stoltenberg telah memperingatkan di halaman Facebook-nya bahwa “Setiap dukungan militer kepada rezim Assad dapat meningkatkan konflik yang menyebabkan lebih banyaknya nyawa-nyawa hilang yang tidak berdosa.”

The New York Times berspekulasi pada hari Jumat bahwa Rusia telah diduga memasok Suriah dengan “prefabricated housing units” dan portable air traffic control station”. Sebuah sumber aninum mengatakan kepada surat kabar bahwa Moskow bisa saja merencanakan pengerahan “sebanyak 1.000 penasihat  atau personil militer lainnya kelapangan udara dekat rumah leluhur keluarga Assad” di Suriah. Berdasarkan pejabat pemerintah AS lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa kesatuan militer Rusia yang tadinya tidak ada dapat “akhirnya bertumbuh menjadi 2.000 sampai 3.000 personel”.

Menteri Informasi Suriah Omran al-Zoubi membantah laporan atas pengumpulan militer Rusia di negaranya.

“Tidak ada pasukan dan aksi militer Rusia di wilayah Suriah baik di darat, udara maupun laut,” kata Zoubi kepada stasiun TV Manar dari Lebanon menurut AFP.

“Semua ini adalah untuk menyindir bahwa negara Suriah lemah dan militernya melemah sampai pada titik yang membutuhkan bantuan dari teman-teman secara langsung,” Zoubi menegaskan pada hari Selasa.

Bryan MacDonald (seorang wartawan Irlandia dan kontributor RT) bertanya-tanya mengapa keterlibatan Rusia di Suriah tiba-tiba menciptakan kegemparan seperti itu.

“Apakah karena hubungan antara Kremlin dan Arab Saudi yang berkembang dengan cepat? Atau mungkin ini karena kekhawatiran Washington atas Moskow yang mungkin akan memutuskan untuk menghabisi ISIS secara sepihak atau dengan persetujuan Eropa, dan mengasingkan Amerika?” MacDonald berkata.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar