Habib Kribo Mengubah Peta 'Kesucian' Label Habib
Kemunculan Habib Kribo melawan pernyataan Bahar Smith nampaknya cukup menarik perhatian banyak orang.
Awalnya, saya tahu Habib Kribo ini ketika dia banyak berbicara tentang Jokowi. Mengulas program kerja pemerintahan. Dalam kesimpulan saya, dia termasuk yang pro terhadap Jokowi, bahkan kalau ga salah ikut dalam gerakan 3 periode.
Tapi belakangan, namanya semakin luas diperbincangkan ketika dia melawan dan merendahkan Bahar Smith.
Bagi kita, ini babak baru cerita perhabiban di Indonesia. Karena sejauh ini, orang seperti Bahar dan Rizieq yang disebut habib itu seperti menguasai panggung. Tak ada satupun habib yang mau meladeni atau meluruskannya.
Mungkin bagi Habib Quraish Shihab atau Habib Lutfi, orang seperti Bahar dan Rizieq itu hanya bisa dilawan dengan diam. Tarkul jawabi alal jahili jawabun, tidak menjawab kepada orang bodoh adalah jawaban terbaik. Sekali lagi itu mungkin. Karena selain dalil tersebut, saya tak mendapat alasan logis lainnya.
Tapi kemunculan Habib Kribo ini bisa jadi mengubah peta permainan. Dia muncul dengan sangat keras dan frontal. Melawan dengan argumentasi logis yang cukup mengagetkan banyak orang.
Kenapa kita kaget? Karena sejauh ini yang ‘dibolehkan’ frontal hanyalah dari kalangan 212 dan sejenisnya. Sementara para habaib kalangan NU dan Muhammadiyah, cenderung tarkul jawabi.
Nah Habib Kribo masuk mengawali babak baru arena perdebatan soal politik dan pemerintahan. Tapi atas nama habib.
Bagi saya ini sebanding. Habib dilawan Habib. Sama seperti urusan Islam radikal atau teroris, maka yang paling pas untuk meluruskan dan melawan adalah orang-orang Islam itu sendiri. Bukan dari agama lain. Karena kita yang dirugikan.
Apa yang dilakukan oleh Habib Kribo sudah bagus. Meski untuk jangka panjangnya, dia harus bisa melawan Rizieq dan Bahar di level dalil. Karena suka ga suka, orang seperti Bahar dan Rizieq itu dikagumi dan digilai oleh Firza, eh maksudnya oleh para pendukungnya, karena dalil-dalil berbahasa arab dengan nada yang diarab-arabkan.
Nuansa yang dihadirkan dari ceramah-ceramah provokasi Rizieq dan Bahar adalah nuansa Arab. Yang sejauh ini saya lihat sangat mampu menyihir banyak orang Indonesia.
Entah kenapa masyarakat kita lebih yakin doa nya akan dikabulkan jika menggunakan bahasa arab, sekalipun mereka tak paham apa arti dan maksudnya. Sementara di sisi lain mereka meyakini Tuhan itu maha segala-galanya, termasuk paham bahasa kita, bahkan untuk semua kalimat yang tak sempat kita ucapkan secara terbuka.
Jadi kalau Habib Kribo hanya bermain di sisi logis, keras dan lugas dalam menyampaikan pendapat, itu tak akan mampu meruntuhkan panggung Rizieq dan Bahar secara keseluruhan.
Meski memang di sisi lain, saya coba paham maksud Habib Kribo. Dia muncul bukan dengan nama asli. Padahal nama aslinya sangat berwibawa sekali, Habib Zein Assegaf. Bagus.
Mungkin targetnya adalah untuk meruntuhkan kesucian label habib yang selama ini diagung-agungkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Karena sekarang ini kalau Rizieq atau Bahar melakukan kesalahan, provokasi, kebohongan atau bahkan pemukulan sekalipun, tetap saja akan dibenarkan oleh para pendukungnya. Tetap akan dicium kakinya dan dipuja-puja. Kenapa? Karena habib.
Ketika Rizieq melakukan chat mesum dengan Firza, sampai beredar suara rekamannya, pun masih tetap dibenarkan. Bahkan ada juga perempuan yang rela memberikan tubuhnya pada Rizieq. Sekali lagi, karena disebut habib yang maha suci.
Nah Habib Kribo hadir untuk merecehkan gelar habib. Seolah dia ingin bilang bahwa keturunan nabi yang kemudian dilabeli habib itu hanya soal sejarah dan silsilah. Selebihnya soal ilmu dan akhlak, tetap harus diperbaiki dan ditingkatkan sendiri. Jadi tidak hanya bergantung pada gelar habib lantas bebas melakukan apa saja, termasuk hal-hal yang melawan hukum.
Habib Kribo memberi pesan pada kita, bahwa habib itu orang biasa juga. Sama-sama manusia yang bisa saja salah satunya kribo. Jadi ga semua harus bersorban atau ngecat rambutnya biar pirang. Habib itu bisa juga pakai kaos dan santai, lah wong manusia.
Menarik. Tapi andai saya bisa meminta pada kalangan habaib, mestinya ada juga habib yang muncul dengan melawan dalil-dalil Rizieq dan Bahar. Dan mudah saja sebenarnya, hukum berbohong, hukum memprovokasi dalam Islam atau hukum tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan. Saya pun tau sebenarnya, dan hafal sekali. Tapi masalahnya saya bukan habib, jadi tak akan bisa ‘menyihir’ masyarakat yang sudah mabuk kepayang sama label habib.
- Source : seword.com