www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Mulai Sekarang, Biasakan Sebut Koruptor Maling

Penulis : Purnama Ayu Rizky | Editor : Anty | Selasa, 31 Agustus 2021 10:15

Usulan penggunaan kata “maling” dinilai lebih dekat dengan masyarakat luas, pun memiliki konotasi yang lebih buruk serta hina dibanding “koruptor".?

Dalam artikelnya pada 2017 lalu, Remotivi sudah pernah menyoroti penyebutan korupsi yang dilakukan oleh para elit politik. Pemantiknya adalah kasus Setya Novanto yang banyak diberitakan dengan sebutan gaya politaintment nan apolitis.

Remotivi mencontohkan sejumlah angle dari media mainstream yang mengangkat hal tidak penting, seperti benjolnya kepala Setnov karena tiang listrik, komentar orang-orang yang tidak relevan, dan bagaimana Okezone.com mengangkat berita tewasnya anak kecil yang tenggelam, yang kebetulan juga bernama Setya Novanto.?

Dengan banyaknya pemberitaan semacam itulah, Remotivi menyentil penggunaan kata koruptor yang tak lagi “menakutkan” dan hanya berakhir jadi meme di media sosial.

Di 2021, Remotivi kembali mempertanyakan penyebutan koruptor, sebab itu dirasa sudah tidak relevan dengan banyaknya kasus korupsi yang tidak diseriusi oleh negara. Buktinya, Juliari yang maling uang rakyat miliaran rupiah, malah mendapatkan pengurangan hukuman karena mendapatkan hinaan dari media sosial.

“Hari ini kita dikejutkan dengan permintaan KPK untuk mengganti istilah "mantan koruptor" dengan "penyintas korupsi". Jangankan "penyintas korupsi", kita selama ini memanggil mereka "koruptor" saja sudah terlalu sopan, elit, dan berjarak. Mulai sekarang kita panggil mereka "maling" saja,” tulis Remotivi dalam laman instagramnya @remotivi.or.id.

Kepada National Geographic, Community Engagement Manager Remotivi Ilham Bachtiar menjelaskan persamaan koruptor dan maling. Inntinya sama-sama mencuri, kata dia, meski koruptor dalam KBBI memiliki unsur pajak rakyat yang disetorkan kepada negara.

"Bayangkan, kalau sepeda Mas (Wartawan National Geographic) dicuri. Itu pencurian kepada satu orang oleh maling. Kalau seluruh perumahan tempat tinggal Mas dicuri sepedanya, tentu sama saja (yang mencuri) disebut maling," kata Ilham.

Lebih lanjut, usulan penggunaan kata “maling” dinilai lebih dekat dengan masyarakat luas dan memiliki konotasi yang lebih buruk dan hina dibanding “Koruptor”. Menurut Remotivi, perubahan dalam ranah bahasa ini juga akan berdampak positif dengan kembalinya esensi korupsi yang dinilai sudah keropos, yakni “mengambil barang orang secara sembunyi-sembunyi.”

Sehari setelah Remotivi mengusulkan penyebutan “maling” menggantikan “koruptor”, media lain pun turut mengikuti langkah perubahan penyebutan ini, diawali dengan tajuk berita Kompas pada (24/8) lalu yakni “Komplotan Lima Maling yang Dipimpin Seorang Menteri” dalam memberitakan aktor dalam kasus Korupsi eks mensos Juliari Batubara.

Tak hanya Kompas, sebutan Maling juga digunakan oleh Pikiran Rakyat. Media ini mengumumkan sikap perubahan ini melalui sosial medianya, dengan pilihan diksi "maling", "rampok", dan "garong uang rakyat", berlaku sejak Minggu (29/8) yang akan digunakan sebanyak 170 media di bawah Forum Pimred Pikiran Rakyat Media Network (PRMN).?

Sementara itu, Damai Pangkal Damai melalui akun twitternya @nirkekerasan menilai, apa yang dilakukan oleh kantor-kantor media ini sebagai tindakan pembangunan pola sosial yang baru (Sharp, 1973), dengan adanya perubahan bahasa yang diharapkan mendisrupsi praktik lama. Dalam hal ini adalah sebutan koruptor menjadi maling.

Disrupsi atau perubahan yang diharapkan itu tentu saja membutuhkan peran negara dengan mulai merevisi definisi korupsi dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar