www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Saat Archandra Ungkap Alasan Tesla Lebih Memilih India Ketimbang Indonesia

Penulis : Niha Alif | Editor : Anty | Kamis, 25 Februari 2021 11:25

Saat Jokowi berhasil memberdayakan mineral berharga kita, yakni nikel untuk diolah sendiri, masih ada tantangan lain yang harus dihadapi. Dengan sumber daya energi terbarukan yang begitu banyak. Sangat penting bagi bangsa ini untuk memulai memproduksi kendaraan listrik sendiri. Untuk itu, isu masuknya Tesla sangat dinanti-nanti. Ternyata sumber daya alam yang melimpah saja tak bisa menjadi pertimbangan utama masuknya investor.

Secara hitungan sumber daya manusia, negara kita jauh tertinggal. Bahkan oleh negara India sekalipun yang sama-sama berasal dari Asia. Di India, tak hanya industri film bollywood yang dikedepankan, tapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah ada orang pertama yang menjadi astronot dan diabadikan di museum Jawaharlal Nehru. Bahkan kota Bangalore dijuluki "IT city" oleh orang asli. Saya mengetahui hal ini karena berkesempatan ikut program magang (pertukaran pelajar). Meski tak mendapat proyek di TATA dan harus menetap di New Delhi.

Sebelumnya Archandra juga membeberkan alasan Tesla lebih memilih India. Seperti dilansir kumparan.com, mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebutkan secara tak langsung, bila Indonesia sebetulnya belum masuk radar Elon Musk untuk pengembangan dan produksi mobil listrik Tesla.

Elon Musk mempertimbangkan 2 negara, yakni India dan Israel.

"Kalau Tesla ingin mengembangkan technology centre-nya di luar Amerika Serikat (AS), secara logika mereka akan mencari kota yang ekosistemnya mendekati apa yang ditawarkan oleh Silicon Valley. Dua kota di dunia yang yang mendekati persyaratan ini adalah Tel Aviv di Israel dan Bangalore di India," kata Arcandra seperti dikutip kumparan dalam akun Instagram pribadinya, Rabu (24/2)

Pertimbangan Elon Musk terhadap kedua negara tersebut, lanjut Arcandra, adalah soal ekosistem seperti ketersediaan sumber daya manusia yang sangat terampil di bidang IT dan engineering, technology chips yang mutakhir, dan venture capitalist (pemodal) yang berani mendanai proyek startup yang berisiko tinggi.

Bila merujuk pada pertimbangan tersebut, Bangalore dan Tel Aviv jadi opsi yang dipilih. Kedua 'Silicon Valley' di luar AS tersebut juga telah menjadi pusat pengembangan teknologi bagi raksasa perusahaan otomotif, elektronik hingga teknologi dunia.

Mercedes-Benz, Great Wall Motors, General Motors, Continental, Mahindra & Mahindra, Bosch, Delphi and Volvo sudah lebih dulu berada di Kota Bangalore. Sementara itu, Tel Aviv menjadi pusat pengembangan teknologi bagi perusahaan seperti Intel, IBM, Google, Facebook, Hewlett-Packard, Philips, Cisco Systems, Oracle Corporation, SAP, BMC Software, Microsoft, dan Motorola.

Ketertarikan perusahaan dunia di Bangalore dan Tel Aviv tidak terwujud dalam waktu singkat. Arcandra menyebut Tel Aviv dan Bangalore memulainya dengan keunggulan di bidang sumber daya manusia. Teknologi IT yang berkembang dan masuknya para pemodal adalah hasil dari kerja keras para talenta yang berkualitas tinggi.

"Mereka bisa membuktikan bahwa hasil kerja mereka tidak kalah dari talenta yang berasal dari AS. Kepercayaan ini tidak dibangun dalam hitungan bulan tapi puluhan tahun," tambahnya.

Meski kedua negara memiliki keunggulan di bidang ekosistem SDM dan teknologi, namun Tesla akhirnya memutuskan India sebagai lokasi pengembangan teknologinya.

Arcandra menilai, Elon Musk memiliki beberapa pertimbangan dengan mendahulukan Bangalore sebagai pusat pengembangan teknologi di luar AS. Di Bangalore, Tesla tidak saja mendapatkan ekosistem IT terbaik, tapi juga bisa mendapatkan akses pasar yang sangat besar.

"India adalah negara dengan jumlah penjualan mobil ke-empat terbesar di dunia setelah China, AS dan Jepang," tuturnya.

Pertimbangan kedua adalah soal biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan Tel Aviv. Biaya hidup di Tel Aviv sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Bangalore. Rata-rata gaji pegawai juga 3 kali lebih tinggi di Tel Aviv. Biaya hidup di Tel Aviv lebih tinggi dari London, Sydney, dan Berlin.

"Biaya hidup di Bangalore bahkan lebih rendah dari Jakarta," tambahnya.


Berita Lainnya :

Ternyata sumber daya alam yang melimpah tak lantas menjadi indikator kemajuan sebuah bangsa. Perlu kerja keras untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bisa mengolah kekayaan alam. Karena tanpa keahlian dan pengetahuan yang cukup selamanya kita akan bergantung dari luar. Memang apa yang dilakukan Jokowi cukup baik, memberi nilai tambah produk sebelum diekspor, tapi itupun belum cukup. Kita tak mungkin jadi eksportir baja atau baterai terus menerus, tapi harus merambah ke kendaraan listrik.

Andai saja tak ada SBY yang jadi pengekspor nikel mentah selama 10 tahun, mungkin hari ini kita sudah siap mental seperti India. Setidaknya lebih baik terlambat ketimbang tak melakukan apapun. Saatnya bangsa ini bergerak maju menyusul ketertinggalan. Sekali lagi penting menyiapkan sumber daya manusia yang melek sains dan teknologi informasi. Terutama terkait dengan mineral atau material dan aplikasinya di industri. Belum terlambat bagi kita membuat perusahaan otomatif berkelas seperti TATA di Bangalore. Semoga Tuhan terus berpihak bagi kemajuan bangsa kita.

Referensi:

https://m.kumparan.com/amp/kumparanbisnis/archandra-sebut-ri-tak-masuk-radar-elon-musk-untuk-pengembangan-mobil-listrik-1vEmKET1eZQ


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar