Raffi – Agnes Dilirik PKB Memimpin DKI di 2024. Gibran-AHY Jadi Lawan Terberat
Raffi Ahmad adalah anak muda yang kreatif dan inovatif. Seorang pekerja keras yang berhasil mencapai kesuksesan bukan dengan jalan pintas. Dalam kepopulerannya, Raffi tetap rendah hati dan dapat menunjukkan sikap empati.
Sementara Agnes Monica adalah sosok perempuan gigih, pekerja keras dan pantang menyerah. Mampu mengharumkan nama Indonesia lewat dunia yang digelutinya. Tempaan pengalaman kariernya dapat menjadi modal sebagai pemimpin yang empati terhadap nasib dan kehidupan rakyat.
Begitulah puja puji khas politikus saat memberi penilaian kepada sosok yang tengah diharapkan bersedia dilamar sebagai calon pemimpin daerah. Penilaian keduanya muncul dari Luqman Hakim, Sekretaris Bidang Sosial dan Kebencanaan DPP PKB.
Luqman memuji mereka berdua sebagai sosok muda yang punya empati kuat terhadap nasib dan kehidupan rakyat. Namun demikian, Luqman menegaskan bahwa munculnya nama Raffi Ahmad dan Agnes Monica masih dalam tahap kajian internal partai. Tujuan dimunculkannya dua anak muda diatas saat ini, adalah untuk melihat respon serta masukan dari masyarakat DKI.
Lirikan PKB terhadap dua sosok muda diatas, adalah hal yang biasa dalam dinamika politik. Apalagi era keterbukaan demokrasi saat ini, dapat memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk tampil menjadi pemimpin. Dan tentang kapasitas dan kapabilitas seorang artis, tentu juga harus dapat memilih dan memilah, mana artis yang memenuhi syarat dan mana yang hanya sekedar mempunyai popularitas.
Perebutan kursi DKI-1 tampaknya memang sangat penting diperebutkan oleh banyak parpol. Banyak kepentingan dan tujuan serta keingginan yang lebih besar akan mudah diraih bila DKI-1 dapat dimenangkan.
Demikian pula selentingan bahwa Gibran akan ‘diluncurkan’ ke DKI meniru jejak sang ayah, tampaknya juga bukan sekedar selentingan. Rumor itu menguat di tengah kecurigaan beberapa kalangan, akan agenda terselubung di balik keputusan penghentian revisi UU Pemilu dan Pilkada.
Meskipun kecurigaan tersebut masih terlalu bias, namun terdapat analisa tersendiri tentang rencana tersembunyi dari Presiden Jokowi beserta partai koalisi untuk memboyong Gibran ke DKI.
Kengototan PDIP mencalonkan Gibran dalam Pilkada Solo, dapat dijadikan ‘kecurigaan’ awal tentang rencana memboyong Gibran ke DKI. Padahal keputusan PDIP dalam pencalonan Gibran menjadi Walikota Solo, tidak memenuhi aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh PDIP sendiri.
Hal itu pula yang sempat ditentang oleh Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo. Sebab saat itu, DPC PDIP Solo sudah menetapkan pasangan Ahmad Purnomo – Teguh Prakoso , dimana hal tersebut sudah melewati berbagai tahapan penjaringan sesuai AD/ART partai.
Tetapi bagaimanapun, pada akhirnya Gibran yang dicalonkan oleh PDIP dan berahkir dengan kemenangan. “Kelincahan” parpol dalam memutuskan seorang calon, meskipun sedikit nakal dan menabrak aturannya sendiri, merupakan hal biasa dalam proses dinamika perpolitikan tanah air. Dan hal tersebut sah-sah saja, sepanjang tujuan dari “kelincahan” tersebut untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Demikian halnya tentang kemungkinan AHY untuk ikut serta dalam persaingan memperebutkan kursi DKI-1. Sosok muda Mayor purnawirawan tersebut, akan melengkapi pernak-pernik keseruan panasnya konstelasi perebutan Gubernur DKI, terlepas dari segala sisi seorang AHY yang tidak dapat lepas dari bayang sang pepo.
Untuk membidik posisi puncak di DKI, jelas AHY akan kesulitan untuk mendapatkannya, mengingat capaian Partai Demokrat hampir merata tenggelam di seluruh daerah di tanah air. Jalan satu-satunya yang masih mungkin dapat dicapai adalah menjadi orang nomor dua di DKI.
Politik “rangkul-rangkulan” ala Jokowi, sangat mungkin akan diincar SBY untuk melakukan lobi-lobi politik guna mengantar putra kesayangannya menuju DKI, meskipun harus pasrah dan sedikit menekan ego hanya sebagai orang nomor dua.
Dalam politik, apapun dapat terjadi. Masih segar dalam ingatan, bagaimana KH Ma’ruf Amin, Prabowo, dan terahkir Sandiaga Uno pada akhirnya jatuh dalam pelukan Jokowi. Atau dapat juga dibaca Jokowi yang membutuhkan pelukan lawan-lawan politik nya tersebut untuk mengamankan kondisi negara yang hampir retak.
Kadang rakyat awam terlalu idealis memikirkan apa dan siapa tokoh yang akan maju dalam perebutan kekuasaan di daerah maupun nasional. Tetapi pergaulan dan pergulatan politik tidak dapat dirumuskan sedemikian rupa layaknya hukum pythagoras. Atau dibuatkan sebuah jurnal sebagaimana hasil kajian dari sebuah penelitian dan riset.
Jika benar kelak Gibran dan AHY maju sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, maka akan menjadi pasangan tangguh yang akan sulit dikalahkan oleh siapapun. Termasuk pasangan Raffi Ahmad dan Agnes Monica bila memang benar PKB melamar kedua artis tersebut.
Kita tunggu saja di tahun 2024.
Referensi :
- Source : seword.com