Masker Istri KSAD, Kenapa Tak Coba Dikembangkan Di Sini?
Salah satu hal yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah soal masker istri KSAD Jenderal Andika Perkasa, Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono. Yang bikin heboh saya rasa ada dua. Pertama jelas karena media menulis harganya mahal, diperkirakan sekitar 22 juta rupiah. Ya bandingkan saja dengan masker kain yang digunakan banyak orang yang harganya paling berkisar ribuan sampai puluhan ribu. Sementara masker medis yang isi 50 biji saja sudah dianggap mahal bagi banyak orang karena harganya sekarang ini ada di kisaran 150 ribuan (rata-rata). Kedua, bentuknya memang unik jadi menarik perhatian sekali memang.
Dari berita yang saya baca di Detik, Masker yang dipakai Diah merupakan masker buatan CleanSpace Technology, sebuah perusahaan masker berteknologi tinggi asal Australia. Masker yang dipakai tersebut berseri Halo yang memang diciptakan untuk kebutuhan kesehatan. Masker ini dilengkapi teknologi yang canggih hingga mampu menghalau virus.
Berdasarkan laman cleanspacetechnology.com, masker unik istri KSAD tersebut dilengkapi teknologi perangkat medis terbaru. Desainnya pun ergonomis dan mudah dipasang. Masker ini memiliki sertifikat EN12942, NIOSH, CE Mark serta tahan terhadap debu dan cairan. Produk ini bahkan mengklaim diri menjadi perlindungan yang lebih baik dibanding Powered Air Purifying Respirator (PAPR). Uniknya, masker transparan ini dapat dipakai selama 9 jam karena juga dilengkapi dengan baterai tahan lama. Pengisian dayanya juga sangat cepat, kurang dari 2 jam.
Dengan memakai masker ini siapapun tak perlu khawatir akan merasa sesak karena ada teknologi AirSensit untuk mengontrol tekanan. Efisiensi penyaringan masker CleanSpace ini sampai 99,97% untuk partikel sekecil 0,3 um ke atas, termasuk biohazard. Sekaligus bisa menghasilkan hingga 230 liter udara bersih per menit. Karena bentuknya yang transparan maka memudahkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan siapa saja. Serta, membuat transmisi suara jadi cukup jernih. Masker berbahan latex-free ini juga nyaman untuk dipakai, tidak membuat kacamata berkabut, meskipun masker menutup rapat sebagian wajah penggunanya. Tak hanya itu, masker ini juga mudah dibersihkan untuk digunakan kembali.
Dengan spesifikasi di atas, saya pun jadi maklum kalau kemudian harganya terkesan pricey. Lha memang canggih banget. Bisa dipakai berulang kali pun. Dengar-dengar, jika mengikuti perkiraan pandemi ini berlangsung setidaknya dua tahun, maka biaya penggunaan masker ini sebenarnya hanya 15 ribu rupiah per hari.
Apakah lebay kalau seorang Ibu KSAD memakai ini? Saya sempat mendapat cerita bahwa Ibu KSAD merasa sedih karena ada sebagian kelompok masyarakat yang menganggapnya pamer masker mewah. Padahal niat Beliau adalah proteksi diri, juga proteksi orang-orang yang bertemu Beliau sepanjang acara-acara yang diikuti mengingat kegiatannya setiap hari dan berpindah-pindah lokasi. Tudingan sebagian masyarakat yang menganggapnya pamer inilah kabarnya membuat Beliau sedih sebab tentunya tak ada niatan menyakiti rakyat karena persoalan masker ini.
Lebay atau nggaknya ini ada di tataran perpsektif masing-masing orang. Cuma setahu saya, yang namanya istri tentara atau polisi itu memang banyak giat yang harus diikuti. Tak terkecuali di musim pandemi seperti ini, baik yang sifatnya eksternal maupun internal. Apalagi kalau levelnya sudah istri KSAD ya pastilah kegiatannya seabreg dan orang yang ditemui banyak.
Soal kesehatan pasti jadi prioritas utama. Ini sama halnya lah dengan orang yang mungkin mobilitasnya tinggi sehingga kemudian dia memilih beli sepatu mahal karena nyaman dan aman buat kakinya yang harus bergerak kesana kemari, lebih awet digunakan untuk pemakaian yang tinggi daripada sepatu yang mungkin harganya lebih murah.
Selain itu sebenarnya, melihat masker ala Ibu KSAD ini adalah peluang bagi kalangan kreatif kita, kenapa sih nggak kita kembangkan produk yang bisa seperti itu juga. Apalagi melihat perkembangan pandemi ini, saya kira sampai 1,5 tahun ke depan pun penggunaan masker akan sangat krusial. Saya yakin kok dengan kreatifitas dan intelijensia bangsa ini, bisa lah kalau buat yang punya spesifikasi sama. Dan kalau itu bisa diwujudkan, diproduksi massal, mungkin harganya bisa ditekan dan bisa digunakan untuk mereka-mereka yang aktivitasnya tinggi, harus bertemu banyak orang, rentan terpapar covid, dan sebagainya. Misalnya tim medis yang kerja di garda depan, guru, dosen, mereka yang bekerja di pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Juga mungkin bagi Presiden dan para pembantunya yang sepertinya sudah mau keliling nusantara terjun ke masyarakat lagi, masker seperti ini layak jadi pilihan.
- Source : seword.com