Ketimbang Kalung Anticorona, Lebih Baik Pakai Saja Kalung Sabun?
Kalung antivirus Kementan yang katanya diklaim dapat membunuh virus corona, masa iya? Awalnya dikatakan dalam 15 menit pemakaian, kalung antivirus ampuh membunuh 42 persen virus corona. Sementara untuk pemakaian 30 menit dapat membunuh 80 persen virus. Dalam pengujian in vitro balai penelitian Kementan, eucalyptus dapat membunuh virus corona sebesar 80-100 persen.
Sejurus kemudian, muncul berbagai macam info simpang siur yang makin lama makin liar. Kalung antivirus disebut hanyalah aksesoris kesehatan. Ada yang menyebut ini hanyalah jamu. Label antivirus hanyalah untuk kalangan pribadi dan saat tersedia nanti tidak akan dinamai antivirus. Bahkan ada yang bilang, kalau pun nantinya tidak ampuh menangkal virus corona, anggap saja seperti memakai minyak kayu putih.
Banyaknya kesimpang siuran ini menandakan kalau Kementan sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Entah karena panik dikritik habis-habisan atau mungkin takut langkah produksi produk ini akan terhambat karena tekanan publik.
Saya sampai hari ini pun masih belum bisa memahami, mengapa Kementan mengurusi ranah yang seharusnya diurusi Kemenkes? Ralat kalau saya salah, Kementan kok urus obat-obatan? Bukankah urusannya terkait dengan pangan dan pertanian?
Atau begini deh, gimana kalau Kemenkes mengurusi masalah pangan? Atau Kemenkominfo mengurusi masalah ekspor benih lobster? Atau Kementerian BUMN mengurusi masalah ibadah haji? Kemenpar mengurusi masalah pemblokiran internet?
Atau Kemendikbud menciptakan buku anti corona yang mana bahan kertasnya dapat membunuh virus corona sehingga siswa tidak perlu takut ke sekolah seperti biasa. Dan kalau tidak efektif, anggap saja sebagai buku pelajaran biasa?
Jangan pikir semua orang bisa diyakinkan dengan alasan konyol seperti ini. Ini zaman modern, bukan zaman purba di mana orang tidak memiliki akses untuk mencari sebuah kebenaran.
Saya juga masih belum tahu, anggaran mana yang dipakai oleh Kementan ini. Kalau anggaran dari rakyat, ini namanya keterlaluan. Daripada produksi produk seperti ini, bukankah lebih baik langsung teliti vaksin corona? Akhir dari wabah ini baru bisa tercapai kalau sudah ada vaksin yang ampuh. Obat-obatan apa pun hanya penangkal sementara yang tidak akan efektif memutus mata rantai penularan.
Dan itu pun sebenarnya bukan ranah Kementan. Gak nyambung. Ibarat arsitek disuruh menyusun kurikulum pendidikan. Gak logis.
Bicara soal efektivitas, 15 menit pemakaian, kalung antivirus ampuh membunuh 42 persen virus corona. Sementara untuk pemakaian 30 menit dapat membunuh 80 persen virus. Saya mikirnya begini, cuci tangan pakai sabun selama dua puluh detik saja bisa membunuh virus 100 persen. Bagus pakai saja kalung dari sabun. Beres. Biar lebih efektif lagi, lumuri saja sabunnya dengan eucalyptus, pasti lebih maknyus lagi. Atau celup sabun ke dalam desinfektan, maka daya bunuh virusnya menjadi berkali lipat. Hahaha.
Tanpa uji klinis tapi sudah berani mengklaim bombastis. Vaksin saja harus melalui berbagai tes, uji klinik ke hewan atau manusia dalam beberapa fase baru bisa dipasarkan. Kalung ini hasil risetnya pun masih belum diberitahu hingga saat ini. Seolah produk ini dipaksakan beredar dengan cepat seperti sistem kejar tayang. Kenapa tidak tunggu uji klinis dulu baru dijual? Why now? Pasti nunggunya lama, mungkin takut nanti keburu disalip oleh luasnya penerapan TPK atau kemunculan vaksin sehingga produk ini jadi tidak laku lagi?
Kenapa Kementan tidak mengurusi pangan, memikirkan bagaimana membuat teknologi baru di bidang pangan, memperbesar ekspor beras seperti China atau Thailand? Ketika ada yang mengatakan, banyak yang aji mumpung menggunakan wabah corona ini sebagai ajang bikin panggung, kali ini saya percaya dan tidak akan membantah.
Ada paranormal yang mengaku pernah menelan virus corona, ada yang menantang hirup corona, ada kepala daerah yang cari muka untuk kepentingan politik, para mafia yang ingin untung besar dari pandemi ini, Kementan terjun ke bisnis kesehatan.
- Source : seword.com