Ganjar Unjuk Gigi, Melesat Kalahkan Anies, Bersaing Dengan Prabowo!
Dalam bencana wabah corona yang sedang melanda, Ganjar memang terlihat menonjol di antara beberapa kepala daerah lainnya. Saya nggak omong kosong ini, dan bukan karena saya pendukung Ganjar. Ini kenyataan.
Sementara Anies, gubernur yang jadi pusat perhatian media, hanya sibuk dengan konferensi pers. Ganjar sibuk dengan pekerjaannya sebagai gubernur. Semua kegiatan Ganjar memang sering didokumentasikan dan disebarkan lewat media sosial. Tapi ini bukan hanya lip service, bukan sekedar iklan.
Ada beberapa kasus di mana Ganjar memberikan respon yang cepat dan membantu warganya, diawali dari keluhan yang disampaikan lewat media sosial. Intinya, Ganjar membumi, suka blusukan, aktif di media sosial dalam arti responsif dan juga kadang bercanda dengan warganet. Ganjar menyebut dirinya sebagai pelayan rakyat, dan kinerjanya bertaburan dengan prestasi yang didapatkan oleh provinsi maupun kota/kabupaten di wilayah Jateng. Ini kerja nyata, bisa kita lihat.
Nah, tahun lalu nama Ganjar hampir tidak terdengar ketika dikaitkan dengan urusan Pilpres 2024. Yang ada kan hanya Anies, jika kita membandingkan dengan sesama kepala daerah. Selain Anies, tidak ada. Karena tidak punya saingan, Anies terlihat begitu pede dengan sebutan halu “gubernur rasa presiden”.
Andalannya kemampuan berbahasa Inggris dan pernah ketemu dan shalat bersama Erdogan, Presiden Turki. Selain itu? Gak ada sih, tapi buzzernya memang selalu memenuhi media sosial dengan segala bentuk puji-pujian. Jadi hingga tahun lalu, Anies memang seakan merajai bursa capres di 2024. Seakan jadi aset paling berharga gitu deh.
Tahun 2020, semua berubah. Tahun ini bagai sebuah titik balik buat Anies. Pertama, dia dihajar oleh banjir besar Jakarta dan blunder balap Formula E yang mengorbankan pohon-pohon di Monas. Namun, dengan pedenya Anies terus menyangka bahwa “nilai” dirinya masih sama dengan tahun 2019.
Terutama karena dia akan menyelenggarakan event internasional balap Formula E, yang menurutnya akan makin mengibarkan namanya. Bahkan soal banjir pun (awalnya) dimanfaatkan Anies sebagai panggung, di mana dia bisa tampil. Walaupun lama-lama hilang sendiri karena soal banjir memang blunder besar, jadi pertanda dia tidak bekerja.
“Untungnya” wabah corona datang. Ini panggung besar buat Anies dan dia manfaatkan semaksimal mungkin. Konferensi pers (konpers) dijadikan sarana untuk mengangkat terus nama Anies. Tentu dengan bumbu persaingan dan perbedaan dengan arahan pemerintah pusat.
Bahkan ketika diwawancara oleh media asing, Anies berusaha menampakkan bahwa dirinya lebih pintar dari pemerintah pusat. Sesudah itu berbagai media pun memberitakan isi wawancara itu dengan narasi : “Anies merasa frustrasi dengan kinerja Kementrian Kesehatan menangani Covid-19”. Seakan kinerja Anies melebihi pemerintah pusat, padahal nyatanya, ya cuma ngomong doang tiap hari di konpers hehehe….
Itu dianggap sebagai strategi terbaik oleh Anies untuk terus mengangkat namanya. Padahal sejatinya, dia sedang tertinggal jauh dari Ganjar. Sementara Anies banyak membuang waktu “menyerang” pemerintah pusat, Ganjar terus bekerja yang mengeluarkan hasil. Ya, kalau buat para kadrun pemuja Anies sih, nampak keren lah, Anies kelihatan bisa bersaing dengan Presiden Jokowi.
Tapi Anies lupa, rakyat sekarang nggak bodoh. Mereka lebih suka pemimpin yang suka blusukan macam Ganjar. Videonya tersebar di media sosial.
Ganjar bersepeda ke kampung-kampung. Juga mengunjungi para mahasiswa luar daerah Jateng yang tidak bisa mudik sambil menyumbangkan sembako buat mereka. Ganjar meninjau waduk dan bendungan pencegah banjir. Juga turun mengatur lalu lintas di jalanan yang kena banjir rob. Ini dilakukan Ganjar sambil berkoordinasi dengan jajarannya.
Jangan lupa pula, Ganjar dengan tegas menolak kepulangan eks WNI pendukung ISIS. Ya, seperti seorang gubernur yang melakukan tugasnya, dengan kemampuan intelektual yang mumpuni. Nggak ada kan sebutan “bodoh” pernah diarahkan ke Ganjar? Sementara Anies “terjebak” dengan konpers di Balai Kota, tanpa turun langsung meninjau warganya.
Ironis memang. Yang merasa selevel dengan presiden dan siap jadi capres di 2024, makin lama makin nyungsep namanya. Sedangkan yang nggak pernah koar-koar, hanya kerja seperti biasa, malah makin berkibar namanya dikaitkan dengan Pilpres 2024. Itu lah yang terjadi.
Sebelum ini sudah ada 2 survei, dari Indonesia Elections and Strategic (IndEX) dan Polmatrix Indonesia, di mana hasilnya serupa. Yakni Ganjar menyalip Anies, hingga sekarang berada di urutan kedua, di bawah Prabowo.
Memang nama Prabowo masih menjadi juara 1 di survei-survei tersebut, namun dengan persentase yang makin berkurang. Beda dengan Ganjar yang persentasenya makin bertambah. Sudah ada 2 survei, dan ternyata kemarin ada survei lagi dari lembaga lain dengan hasil yang sama.
Elektabilitas pak Prabowo turun, meski tetap yg tertinggi.
— Dedek Prayudi - Uki || ig: @uki_dedek (@Uki23) June 7, 2020
Pak Anies turun, kini dibawah pak Ganjar.
Pak RK naik mendekati pak Anies. Seru juga, selama persaingannya diisi dengan kinerja. pic.twitter.com/ANml5yStka
Sekali lagi Anies dilangkahi Ganjar. Indikator Politik Indonesia kemarin merilis hasil survei mengenai dampak politik dan ekonomi wabah Covid-19. Artinya, perubahan persentase itu dinilai dari kinerja Ganjar dan Anies menangani Covid-19. Prabowo memang juga masih berada di tempat pertama, namun dengan persentase yang merosot dari 22,2% jadi tinggal 14,1%.
Ini saya kira karena hubungan Prabowo agak jauh dengan Covid-19. Beda dengan para kepala daerah. Dulu Anies berada di tempat kedua, namun sekarang melorot ke tempat ketiga. Dari 12,1% jadi 10,4%. Sementara Ganjar melonjak naik ke tempat kedua, dari 9,1% dulu, sekarang menjadi 11,8%.
Ini sebuah pukulan telak buat Anies. Bahwa dia sudah salah strategi. Sangat memalukan. Yang selalu dielu-elukan sebagai gubernur rasa presiden oleh para buzzer dan pemujanya, malah keok dengan yang tidak pernah ngomong soal pilpres 2024. Kalau mau bersaing dengan Ganjar, ya Anies harus bekerja dengan hasil yang nyata.
Referensi:
- Source : seword.com