Ahli Virus Kenamaan Dunia Soal COVID-19: Pakailah Masker Tapi Jangan Pikir Anda Aman Dari Corona
Di saat virus corona terus menghantui planet ini, seorang ahli virus terkenal di dunia belum lama ini menjelaskan kapan Covid-19 akan lenyap dan yang paling kontroversial tentang seberapa efektif menggunakan masker untuk melindungi diri dari corona.
Mulai dari China dan Korea Selatan hingga Iran dan Italia, virus corona kian menjadi momok menakutkan bagi seluruh kota dan negara di dunia. Imbasnya, sejumlah penerbangan dan acara publik dibatalkan, wilayah perbatasan ditutup, hingga perdagangan global pun ikut menurun.
Di seluruh pelosok dunia, kekhawatiran masyarakat terus meningkat. Banyak di antara mereka yang panik langsung memborong bahkan rela berebut masker yang dijual di pasaran.
Namun, bagi para profesional kesehatan, covid-10, yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat global, hanyalah salah satu dari banyak epidemi yang biasa datang dan pergi tanpa menimbulkan kerugian besar bagi umat manusia.
Seorang ahli virus kenamaan Dmitry Lvov, yang dikenal lantaran kerap meneliti berbagai virus paling berbahaya di dunia, ditemani jurnalis Anton Krasovsky akhirnya angkat bicara soal fenomena wabah corona ini.
Apakah Covid-19 Lebih Mematikan Dari Virus Lainnya?
Virus corona yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 3.000 orang, sangat sulit diperangi lantaran dapat dengan cepat memasuki tingkat terendah dari sistem pernapasan korbannya, hingga menyebabkan darah dan oksigen masuk ke alveoli.
Dampaknya, “darah, plasma darah dan elemen darah lainnya menyebabkan edema paru sehingga manusia tidak bisa bernafas dan akhirnya meninggal,” Lvov mengatakan.
Sementara hampir 90.000 kasus virus corona dilaporkan di seluruh dunia, “penyakit flu sendiri telah menginfeksi sekitar 5 juta orang.” Dan meskipun tingkat kematiannya lebih rendah, faktanya influenza telah membunuh lebih banyak orang di dalam periode yang sama.
Upaya Karantina Masuk Akal, Namun Mengenakan Masker Tidak Cukup Efektif
Dikarenakan belum diciptakannya vaksin virus corona, karantina menjadi upaya utama yang dilakukan untuk mencegah penyebarannya. China sendiri saat ini telah mengisolas seluruh kotanya, sementara negara lainnya mulai gencar mengkarantina wisatawan yang baru saja kembali dari wilayah terdampak corona.
“Dalam kasus virus corona, upaya karantina cukup masuk akal,” ujar Lvov, sebelum membahas upaya pencegahan lainnya, seperti penggunaan masker yang dibeli di pasaran.
“Benda yang disebut-sebut masker ini sebenarnya tidak terlalu bermanfaat,” jelasnya. Kendati demikian, masker berbahan non-kain dengan dilengkapi alat bantu pernapasan seperti yang terlihat di China dan Rusia merupakan “masker yang berbeda”.
Sedangkan masker kain yang kerap dibeli dan diperebutkan banyak orang “hanya dipakai oleh mereka yang sakit agar virusnya tidak menulari orang sehat lainnya”, namun tetap saja masker semacam ini tidak dapat melindungi Anda dari ancaman corona.
Ketika kembali ditanya apakah masker medis efektif digunakan sebagai tindakan pencegahan, sang ilmuwan menegaskan: “Biasanya tidak.”
“Saya tidak mengatakan Anda tidak usah pakai masker. Tentu Anda bisa memakainya, tapi ketahuilah tidak ada jaminan kalau masker yang Anda kenakan melindungi Anda dari ancaman virus corona.”
Bagaimana Prediksi Wabah Virus Corona?
Sulit untuk memprediksi akhir dari epideminya, namun “jika semua orang di dunia melakukan upaya lakyanya China, epidemi ini akan segera berakhir,” Lvov meyakini. Menurut Lvov, para ilmuwan di China langsung mencari tahu soal virusnya, memeriksa struktur genetiknya dan kemudian menerbitkan hasil penelitiannya.
China telah mengambil “langkah yang luar biasa” untuk memerangi penyebaran virusnya. “Kita patut memberikan ucapan selamat pada sistem kesehatan mereka dan pemerintahnya yang dengan cepat mengambil tindakan,” sang ahli virus mengatakan, sambil menambahkan “upaya mereka dalam memerangi corona sudah sangat baik.”
Di fase ini, Lvov merasa penyebaran Covid-19 sudah lebih melambat dari sebelumnya dan kemungkinan wabah corona akan berakhir dalam setahun. Lebih lanjut menurut Lvov, peluang virus corona menjadi penyakit yang ditularkan manusia masih “minim”.
“Pada akhirnya, virus ini akan kembali menyerang kelelawar dan bisa muncul kembali dalam kurun waktu sepuluh atau dua puluh tahun, mungkin di China, mungkin juga Rusia,” Lvov memprediksikan.
- Source : www.rt.com