Pengakuan Mengejutkan Korban Rumah Syariah, Ditawarkan Oleh Seorang Ustad
Kepolisian Daerah Metro Jaya membongkar penipuan rumah berkedok pengembang syariah. Pengembang dari perumahan tersebut adalah Amanah City Islamic Supeblock. Untuk menarik minat para calon korban, para pelaku menjanjikan rumah dengan harga murah, tanpa BI checking, tanpa denda, dan cicilan ringan. Selain itu, mereka juga menjanjikan perumahan dengan konsep syariah dan islami.
Menurut Kapolda Metro Jaya, jumlah korban penipuan yang sampai saat ini melapor ada 3.680 orang. Adapun total kerugian para korban sampai saat ini adalah Rp 40 miliar. Tersangka saat ini ada empat orang tapi mereka masih mengejar pelaku yang lain.
Tapi ada satu yang mengejutkan dari pengakuan salah satu korban, meski sudah bukan hal yang aneh belakangan ini.
Salah satu korban penipuan mengaku orang yang menawarkan perumahan tersebut kepadanya adalah seorang ustad. Dia mengaku ustad ini aktif menawarkan rumah tersebut di grup pengajian. "Kami percaya karena yang jual itu ustad, dia pakai ayat-ayat waktu menawarkan itu," katanya.
Dalam ceramahnya, dia mengatakan ustad tersebut mengingatkan soal dosa riba jika membeli rumah dengan sistem cicil ke perbankan. Selain itu, ustad ini juga menjanjikan konsep perumahan yang akan dibangun akan sesuai syariah. "Misal nanti di apartemennya ada kolam renang yang akan dipisah antara laki-laki dan perempuan," kata korban tersebut.
Karena tergiur dengan penawaran menarik dan janji tersebut, korban setuju untuk membeli tiga unit sekaligus, yaitu dua unit rumah tapak dan satu unit apartemen. Jika ditotalkan, dia telah membayar sebanyak Rp 99 juta kepada pengembang. Dan endingnya berakhir tragis, tertipu, uang pun hampir dipastikan bakal lenyap. Apa yang bisa mereka lakukan?
Penulis sudah ingatkan di artikel sebelumnya, banyak oknum mulai memanfaatkan agama untuk berbagai kepentingan. Yang paling nge-trend beberapa waktu belakangan ini adalah menjual agama untuk mengobrak-abrik dunia politik.
Gara-gara ini, kita semua pasti ingat kembali perkataan yang pernah dilontarkan oleh mantan gubernur, bahwa jangan mau ditipu pakai titik titik, silakan isi sendiri yah, jawabannya sangat mudah sekali, semudah membalikkan telapak tangan.
Kita tidak tahu apakah ustad ini terlibat atau tidak, tapi yang jelas pemanfaatan agama untuk kepentingan penipuan adalah bentuk penistaan terhadap agama itu sendiri. Agama diobral untuk menipu.
Jagalah negeri ini baik-baik, jangan sampai termakan iming-iming menggiurkan apalagi terjebak oleh oknum-oknum yang mungkin berpakaian putih, mengatasnamakan agama, mengaku pemilik kavling surga, sok kaya ilmu tapi pelan-pelan ingin meluluh lantakkan negeri ini hingga berkeping-keping.
Dan bukannya bermaksud menyindir, tapi inilah kenyataan pahit yang terjadi di negeri ini. Ternyata memang masih sangat banyak orang yang mudah dibodohi oleh para penipu. Mereka entah kenapa mudah sekali terbuai dengan segala sesuatu yang berbau agama, mudah percaya begitu saja kepada orang-orang yang hanya sekadar memakai pakaian berbau agama. Dijanjikan ini itu, logika langsung mati. Mau benar atau cuma tipuan, mereka tak peduli dan tak pikir panjang.
Iming-iming yang sebenarnya terlihat jelas too good to be true, tapi tak bisa pikir panjang soal legalitas dan track record pengembang. Ditakuti soal riba dan dibuai dengan janji yang menggiurkan, membuat banyak orang kesulitan berpikir logis.
Kalau jujur nih, bank yang memprogram cicilan tanpa bunga alias tanpa riba, saya juga mau banget. Tapi ingat pakai logika, kalau mau kredit atau pinjam uang di bank dengan jangka waktu 1-5 tahun, tapi kalau tidak ada riba, keuntungan dan biaya operasionalnya pakai apa? Kalau beli tuh jangan terlalu bernafsu. Kalau tidak mau riba ya jangan nyicil di bank, minta ke kerabat.
- Source : seword.com